Menakar prospek bisnis WTON



JAKARTA. Bisnis PT WIKA Beton Tbk (WTON) sedang tertekan. Hingga kuartal III-2015, anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini mencatat pendapatan Rp 1,55 triliun, turun 33% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih WTON anjlok 61% menjadi Rp 87,74 miliar.

Bryan Sjahputra, analis Sinarmas Sekuritas, mengatakan, siklus bisnis beton pra cetak atau precast memang mengikuti siklus proyek infrastruktur. Tapi, perekonomian saat ini lebih lambat dibanding kan tahun lalu.

Sehingga, meski siklusnya masih tetap ada, pencapaiannya juga sulit melebihi tahun lalu. "Penurunan juga terjadi karena WTON kehilangan pangsa pasar, khususnya di Pulau Jawa, lantaran ada beberapa pemain baru beton precast," jelas Bryan, kepada KONTAN, Kamis (3/12).


Para pemain baru ini merupakan anak usaha sejumlah perusahaan infrastruktur. Mereka mulai mendirikan anak usaha beton precast, sehingga bisa memenuhi kebutuhan sendiri tanpa harus membeli dari WTON.

Tapi, saham WTON tetap prospektif. Bryan bilang, kondisi kinerja sembilan bulan pertama tahun ini lebih karena efek lemahnya kinerja periode semester I-2015. Mulai kuartal III, penjualan WTON naik signifikan. "Di Juli-September, penjualan Rp 657 miliar, naik 42% quarter on quarter (qoq)," ujar Bryan.

Perseroan juga masih memiliki peluang memaksimalkan proyek high speed railway  (HSR) dan light rail transit (LRT). Kedua proyek itu bisa memunculkan permintaan beton precast sebesar 10,4 ton.

Bryan menghitung, tanpa kedua proyek itu, WTON akan mencatat kontrak baru sekitar Rp 4,17 triliun dan Rp 5,1 triliun untuk tahun 2016 dan 2017. Tapi, jika bisa memaksimalkan kedua proyek itu, WTON bakal mencatat kontrak baru masing-masing menjadi Rp 5 triliun dan Rp 5,8 triliun.

Aditya Sastrawinata, analis Mandiri Sekuritas, bilang, laba bersih WTON hanya 35%-42% dari prediksi setahun konsensus dan prediksi setahun Mandiri Sekuritas. "Kinerja itu juga lebih rendah daripada rerata kinerja sembilan bulanan selama tiga tahun terakhir," ujar Aditya dalam riset 1 Desember lalu.

Aditya melihat, ada kenaikan pada periode Juli-September. Penjualan kuartalan menguat pada lima daerah, dari total enam daerah. Hanya penjualan Sumatra Utara yang turun sebesar 9%.

Bob Setiadi, analis Bahana Securities, dalam riset 1 Desember lalu, menambahkan, katalis positif bagi WTON yang paling terlihat adalah jangka waktu penyimpanan. Pada kuartal III-2015, siklus operasional ruang penyimpanan 97 hari. Bandingkan dengan kuartal II-2015 dan kuartal III-2014 yang masing-masing 139 hari dan 110 hari. "Ini artinya ada akselerasi permintaan," tambah Bob.

Namun, ini masih ada di bawah ekspektasi Bahana maupun konsensus. Atas dasar hal ini, Bob merekomendasikan reduce WTON dengan target harga Rp 895. Bryan merekomendasikan buy dengan target harga Rp 1.225.

Aditya masih menghitung ulang atas pencapaian WTON. Terakhir, Aditya merekomendasikan neutral WTON dengan target Rp 1.060.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia