JAKARTA. Sebagian emiten produsen batubara telah mengumumkan laporan keuangan untuk kuartal pertama tahun ini. Berdasar laporan yang telah dipublikasikan, sejumlah analis bersiap merevisi proyeksinya. Dua produsen batubara yang telah merilis laporan keuangan kuartal pertama 2012 adalah PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) dan PT Adaro Energy Tbk (
ADRO). RTI mencatat, selama tiga bulan pertama tahun ini, PTBA membukukan pertumbuhan laba bersih 14% daripada periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 870,54 miliar. Pencapaian laba bersih tersebut seirama dengan pertumbuhan pendapatan PTBA sebesar 30%
year on year (yoy) menjadi Rp 3,02 triliun.
Sementara, ADRO mencetak laba bersih mencapai US$ 122 juta selama kuartal I-2012. Jumlah itu tumbuh 12% dari periode yang sama tahun lalu senilai US$ 109 juta. Hasil itu sejalan dengan kenaikan pendapatan bersih ADRO sebesar 21% year on year menjadi US$ 916 juta. “Kinerja ADRO dan PTBA sebenarnya cukup mengecewakan dan di bawah ekspektasi,” kata Frederick Daniel Tanggela, analis Bahana Securities, Jumat (27/4). Laba bersih ADRO dan PTBA masing-masing 23% dan 14% di bawah hitungan Frederick. Menurut dia, boleh jadi, kinerja emiten-emiten batubara lain yang belum mengeluarakan laporan keuangan juga berada di bawah ekspektasinya atau konsensus analis. Saham pilihan Meski di bawah ekspektasi, Frederick tetap merekomendasikan beli untuk ADRO dan PTBA. Dia menilai, saham kedua emiten tersebut cukup menarik untuk dikoleksi dibandingkan saham emiten tambang batubara yang lain. Tapi, karena kinerja lebih rendah dari ekspektasi, Frederick akan memangkas target harga kedua emiten tersebut. Ini lantaran prediksi kinerja keuangan juga bakal berubah. Alasan Frederick memilih kedua emiten tersebut berdasarkan prospek bisnis jangka panjang. ADRO memiliki cadangan batubara terbesar ketiga di Indonesia, yakni sebanyak 1,2 miliar ton. Selain itu, Adaro memiliki porsi penjualan domestik kedua tertinggi dibandingkan emiten batubara lain, yaitu sebesar 25% dari total penjualan. Sedangkan kinerja PTBA akan banyak terbantu pengembangan jalur kereta api perseroan. Analis Panin Sekuritas, Fajar Indra, juga menyarankan para investor mengoleksi saham PTBA. “Selama ini, bottleneck PTBA adalah transportasi,” ungkap dia. Fajar mencatat, langkah PTBA membangun rel ganda yang menghubungkan Tanjung Enim dan Prabumulih sejauh 105 kilometer sudah mencapai 50%. Rel ganda adalah bagian dari proyek pembangunan rel kereta api yang sudah ada untuk mencapai target transportasi batubara PTBA sebanyak 22,7 juta ton per tahun pada 2014 nanti. Dengan mengembangkan jalur transportasi, produsen batubara pelat merah ini akan semakin mudah meningkatkan produksi. Selain PTBA, Fajar merekomendasikan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). “ITMG menawarkan deviden yang besar, mereka tidak banyak proyek. Sehingga tidak perlu banyak menyisihkan laba bersih untuk belanja modal,” kata Fajar. Sedangkan analis Ciptadana Securities, Suraj Khiani, menjatuhkan pilihan ke PT Harum Energy Tbk (HRUM). Alasan dia, HRUM memiliki pertumbuhan produksi paling tinggi di antara produsen lain.
Selama tiga tahun terakhir, yakni 2009-2011, HRUM mencetak pertumbuhan produksi 48% CAGR. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan produksi emiten batubara di Indonesia sebesar 11%. Ambil contoh, produksi ADRO tumbuh 8%, BUMI 6%, ITMG 12%, INDY 13%, BYAN 25% dan BRAU 12%. Herman Koeswanto, analis Mandiri Sekuritas, merekomendasikan emiten berdasarkan beberapa kriteria. Saham yang paling undervalued atau memiliki potensi naik paling tinggi adalah PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU). Jika profitabilitas tinggi yang menjadi ukuran, dia menyarankan PTBA, HRUM dan ITMG. Untuk dividend yield tinggi, rekomendasinya adalah HRUM dan ITMG. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini