KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten dalam bursa memiliki return on equity (ROE) yang tinggi. ROE bisa menjadi salah satu indikator pelaku pasar dalam mempertimbangkan masuk ke portofolio saham. Namun, apakah ROE tinggi sudah menjamin emiten tersebut bisa menjanjikan? Mengacu data Bloomberg, lima emiten dengan ROE tertinggi di antaranya seperti PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) dengan ROE sebesar 201,80%, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) sebesar 157,43%, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar 137,12%, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) sebesar 112,85% dan PT Paramita Bangun Sarana Tbk (PBSA) sebesar 60,99%. Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menyatakan, sebagian besar dari emiten dengan ROE tinggi tersebut masih likuid. Di antaranya seperti LPPF, UNVR, MLBI, dan PSAB. Sementara yang tidak likuid adalah BYAN. "Kelebihan perusahaan ini sudah tumbuh, memiliki cashflow operasional positif dan memiliki gross profit margin rata-rata di atas 50%," terang Bertoni kepada KONTAN, Selasa (17/10).
Menakar prospek emiten dengan ROE tinggi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten dalam bursa memiliki return on equity (ROE) yang tinggi. ROE bisa menjadi salah satu indikator pelaku pasar dalam mempertimbangkan masuk ke portofolio saham. Namun, apakah ROE tinggi sudah menjamin emiten tersebut bisa menjanjikan? Mengacu data Bloomberg, lima emiten dengan ROE tertinggi di antaranya seperti PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) dengan ROE sebesar 201,80%, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) sebesar 157,43%, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar 137,12%, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) sebesar 112,85% dan PT Paramita Bangun Sarana Tbk (PBSA) sebesar 60,99%. Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menyatakan, sebagian besar dari emiten dengan ROE tinggi tersebut masih likuid. Di antaranya seperti LPPF, UNVR, MLBI, dan PSAB. Sementara yang tidak likuid adalah BYAN. "Kelebihan perusahaan ini sudah tumbuh, memiliki cashflow operasional positif dan memiliki gross profit margin rata-rata di atas 50%," terang Bertoni kepada KONTAN, Selasa (17/10).