KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga sejumlah komoditas tambang, mulai dari batubara hingga nikel, diproyeksi masih lesu tahun depan. Walhasil, prospek emiten tambang dihantui sentimen negatif. Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi, Agung Ramadoni menilai, saham-saham berbasis komoditas masih belum prospektif tahun depan. Bukan hanya dari sisi pasokan yang berlebih, prospek komoditas tambang juga dibayangi sentimen dari sisi permintaan. Pertumbuhan perekonomian negara-negara maju seperti Amerika Serikat, China, dan wilayah Eropa masih belum mampu mencapai ke level pra-pandemi. "Terutama China sebagai sumber permintaan terbesar dari komoditas," paparnya ke KONTAN, Minggu (3/12).
Baca Juga: Laju Saham Perindustrian Masih Ketinggalan, Simak Prospek Sahamnya Bernardus Irmanto, Chief Financial Officer (CFO) PT Vale Indonesia Tbk (
INCO) menjelaskan, saat ini masih ada tekanan harga nikel terutama dari tendensi kelebihan pasokan di semua kelas nikel. Harga nikel berfluktuasi di US$ 16.000-US$ 17.000 per ton. INCO memperkirakan, produksi nikel matte tahun depan di angka 70.000 ton. Angka ini tidak mengalami kenaikan dari estimasi produksi tahun ini, juga di angka 70.000 ton. Direktur PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG), Yulius Kurniawan Gozali memproyeksi, outlook batubara tahun depan tidak banyak berubah dari tahun ini. "Di level saat ini permintaan cukup kuat. Sehingga harga stabil di US$ 110-US$ 120 per ton," kata Yulius.
Tahun depan, ITMG menaksir, volume produksi akan cenderung naik seiring dengan prospek batubara yang dinilai masih baik. Tambang baru ITMG yakni Graha Panca Karsa akan beroperasi dengan proyeksi satu juta ton di tahap awal.
Baca Juga: Indo Tambangraya (ITMG) Sampaikan Kemajuan Tambang Baru Graha Panca Karsa Namun meski harga batubara tahun ini tidak sebagus tahun kemarin, Farida Thamrin, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Bukit Asam Tbk (PTBA) optimistis bisa meningkatkan penjualan di sisa tahun ini. Dari banyaknya emiten tambang, Agung lebih condong ke saham, ADRO, ITMG, dan INCO. Analis BRI Danareksa Sekuritas, Hasan Barakwan juga merekomendasikan buy saham INCO dengan target harga Rp 6.500 per saham, Rekomendasi di tengah potensi surplus pasar nikel masih tetap tinggi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli