Menakar prospek furnitur Chitose Internasional



JAKARTA. PT Chitose Internasional Tbk (CINT) mempunyai rencana besar untuk meningkatkan bisnis furnitur. Perusahaan yang berlokasi di Cimahi, Jawa Barat, ini berencana membangun pabrik baru untuk meningkatkan kapasitas produksi kursi, tempat tidur, dan berbagai varian produk furnitur mereka.

Untuk membiayai ekspansi tersebut, Chitose menggelar penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. CINT menawarkan 300 juta unit saham biasa atau setara 30% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Adapun harga penawarannya senilai Rp 330 per saham. Dari aksi korporasi ini, CINT meraup dana Rp 99 miliar.

Chitose akan menggunakan 25% dana hasil IPO untuk membeli tanah di Jalan HMS Mintareja, Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat. Kemudian sekitar 10% dana IPO akan digunakan untuk membangun pabrik beserta gudang penyimpanan dan kantor operasional di atas lahan itu.


Perusahaan ini menjadwalkan pembangunan pabrik dimulai paling lambat pada kuartal pertama tahun depan. Alhasil, pabrik itu bisa beroperasi pada kuartal pertama tahun 2016.

Selanjutnya, Chitose akan menggunakan 20% dana hasil IPO untuk membeli mesin dan perlengkapan pabrik, 30% dana IPO untuk memperkuat penetrasi pasar, serta 15% dana IPO untuk modal kerja seperti membeli bahan baku serta mengembangkan riset dan pengembangan.

Demi memperkuat penetrasi pasar, CINT akan membangun flagship shop yang berlokasi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), serta Jawa Timur. Flagship shop ini nantinya berfungsi sebagai ruang pamer bagi distributor. Pembangunan flagship shop akan dilakukan secara bertahap mulai semester kedua 2015 dan diperkirakan mulai beroperasi semester kedua 2016.

CINT saat ini memimpin pangsa pasar di hampir semua kategori produk dengan merek dagang Chitose dan Yamato, yakni untuk produk folding chair, office and working chair, dan school chair di pasar domestik. Satu-satunya kategori produk CINT dengan market share yang berimbang dengan kompetitor adalah produk hotel, restaurant dan food court chair.

Sejak 2001, CINT mempunyai target mengembangkan produk baru setiap tahun. Dengan perkembangan produk baru, CINT sudah memiliki 300 varian produk. Tahun 2011, CINT mampu mencapai kapasitas produksi 1 juta unit per tahun.

Fadjar Swastyas, Direktur Keuangan CINT, mengatakan, kapasitas produksi CINT tahun lalu sekitar 1,19 juta unit. CINT akan memaksimalkan kapasitas pabrik yang ada sebelum pabrik baru selesai dibangun. Untuk itu, emiten ini akan membeli sarana dan prasarana demi menunjang produksi, seperti membeli mesin baru. “Tahun ini kami menargetkan kapasitas produksi 1,25 juta unit,” papar dia.

CINT optimistis, industri properti di Indonesia berpeluang tumbuh pesat. Hal ini didukung berbagai faktor, seperti kondisi ekonomi yang baik, inflasi terkendali, berkurangnya tingkat pengangguran serta tingkat pendapatan masyarakat yang juga terus meningkat.

Selain itu, sebuah riset Global Property Guide atas negara-negara di Asia pada 2014 menempatkan pasar properti Indonesia berada di peringkat kedua setelah Filipina. Ini berarti, Indonesia merupakan pasar potensial bagi industri properti di Asia, mengalahkan Thailand, Jepang dan Kamboja yang masing-masing di urutan ketiga, keempat dan kelima. CINT juga tak perlu mengkhawatirkan keterbatasan pasokan kayu. Pasalnya, sebesar 70% produk furnitur CINT berasal dari besi.

Chitose mendapatkan peluang dari maraknya pembangunan pusat belanja baru, apartemen dan perkantoran, baik di wilayah Jabodetabek maupun kota besar lainnya. Manajemen CINT menyatakan permintaan properti dari perkantoran tumbuh paling tinggi. Untuk pasar domestik, penjualan produk CINT paling besar di Jakarta dengan porsi 18%, disusul Surabaya 15% dan Semarang 13%.

Sedangkan pasar ekspor CINT baru berkontribusi 5% dari pendapatan. Mayoritas produk ekspor CINT menyasar Jepang dengan porsi 70%. Fadjar mengaku, perseroan saat ini berencana meningkatkan kontribusi ekspor secara bertahap hingga 10%.

Tahun lalu, CINT membukukan pendapatan Rp 288 miliar dan laba bersih Rp 43 miliar. Tahun ini, CINT menargetkan pendapatan dan laba bersihnya tumbuh masing-masing 15% dan 11%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro