KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam beberapa hari terakhir terus tergerus. Dalam perdagangan hari ini (4/5), kinerja IHSG masih loyo dan ditutup melemah 1,13% ke level 5.792. Pasar yang tengah lesu darah karena terpaan sentimen global ini ikut mempengaruhi rencana hajatan pencatatan saham perdana alias
initial public offering (IPO). Sejatinya, IPO mengincar investor di pasar primer. Investor di pasar ini lebih fokus pada fundamental perusahaan ketimbang fluktuasi pasar sekunder yang saat ini terjadi.
Kepala Riset Ekuator Swarna, David Sutyanto mengatakan meski IPO pada dasarnya mengincar pasar primer, kondisi pasar sekunder juga ikut mempengaruhi penyerapan saham-saham perdana. "Saat ini investor lagi melakukan
net sell, mereka (investor di pasar primer) sedang mengurangi portofolio," ujar David, Jumat (4/5). Senada,
Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia Frederik Rasali mengatakan penurunan IHSG juga bisa jadi pertimbangan emiten-emiten yang mau menggelar IPO. "IHSG turun karena beberapa investor sudah
taking profit," ujar Frederik, Jumat (4/5). Kondisi ini dianggap belum berpihak pada emiten yang mau menggelar IPO. Soalnya, pasar belum tentu mau menyerap produk baru di tengah kondisi pasar yang tengah lesu dan mereka mengurangi portofolionya karena sudah untung. Selain itu, menggelar IPO di saat pasar lesu juga tak terlalu menguntungkan emiten. Sebab, harga yang dipatok meski sesuai valuasi belum tentu menarik minat investor. Apalagi, jika setelah IPO harga IHSG masih terus tergerus, harga saham emiten tersebut juga berpotensi ikut terbawa penurunan harga IHSG. Terlebih, di bulan Mei terjadi perlambatan di pasar saham karena terdapat tanggal merah. Ini membuat pasar tutup, baik di pasar saham domestik maupun pasar saham luar seperti
London Stock Exchange. Frederik bilang, IPO juga harus memperhatikan waktu yang tepat agar saham-saham yang dilepas dapat diserap pasar dengan baik. Saat ini, kondisi pasar sedang tak kondusif. Sebab, selain terdapat tanggal merah yang menyebabkan pasar tutup, dalam waktu dekat juga akan ada libur panjang karena lebaran. Di saat pasar sedang lesu begini, Frederik mengatakan pasar cenderung lebih selektif dalam membeli saham yang akan masuk ke dalam keranjang portofolionya. "Saat pasar sedang turun dan ada produk baru dari IPO pasar akan lihat dan incar tapi akan lebih selektif," kata Frederik. Sehingga, beberapa emiten yang berencana IPO dianggap perlu memundurkan rencananya hingga pasar kembali bergairah. Fokus pada fundamental Meski demikian, secara fundamental pasar saham domestik masih dianggap dalam kondisi bagus. Kinerja IHSG yang tengah melorot ini diprediksi berlangsung hanya dalam jangka pendek. "Selama emiten fokus memberikan pertumbuhan, rasio utang baik, dan menjanjikan pembagian dividen pasar akan tetap tertarik dengan saham yang dijual saat IPO," ujar William Siregar, Senior Analis Paramitra Alfa Sekuritas. Frederik menambahkan, umumnya investor yang tertarik membeli saham-saham IPO adalah investor yang memperhatikan faktor fundamental. "Kalau bicara
long term, umumnya mereka tidak lihat kondisi IHSG, tapi lihat bagaimana kondisi sektornya ke depan dan apakah mereka akan membagikan dividen juga," kata Frederik.
Nah, investor ini biasanya tertarik dengan saham-saham berkapitalisasi besar, sudah teruji bisnisnya dan industrinya sedang berkembang secara ril di Indonesia. David sependapat. Dia bilang, prospek IPO tak semata-mata dilihat dari kondisi IHSG. "Biasanya investor juga akan lihat penggunaan dananya untuk apa, P/E rationya berapa dan apakah sektornya sedang berkembang atau tidak," kata dia. William memprediksi pada kuartal II-2018 IHSG akan kembali
rebound. Kondisi ini dianggap tepat untuk menggelar hajatan IPO. "Ada sentimen Asian Games dan pertemuan IMF World Bank, Juni nanti IHSG diprediksi akan kembali
rebound," kata William. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi