JAKARTA. PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) berancang-ancang menambah cadangan batubara. Untuk mengamankan pasokan di masa mendatang, KKGI mengandalkan jurus akuisisi. Awal bulan ini, perseroan itu meneken dua perjanjian akuisisi terhadap empat perusahaan tambang batubara di Kalimantan Timur (Kaltim). Di kesepakatan akuisisi pertama, KKGI memborong 75% saham PT Kaltim Mineral, PT Jaya Mineral, dan PT Tambang Mulia. Nilai transaksinya US$ 6,25 juta. KKGI juga mengakuisisi 75% saham PT Chaido Mega Mineral di Kutai Kartanegara senilai US$ 1,67 juta. Kendati sudah mengantongi Izin Usaha Pertambangan (IUP), keempat perusahaan itu belum beroperasi, alias masih berstatus green field.
Luas lahan tiga perusahaan pertama mencapai 23.521 hektare (ha). KKGI menargetkan tambang yang dikelola ketiga anak usahanya mulai beroperasi pada tahun 2015. Sedangkan Chaido memiliki wilayah konsesi seluas 500 hektare (ha), dengan target produksi pada tahun 2013. "Meski perusahaan yang diakuisisi belum bisa segera beroperasi, namun prospeknya menarik," ujar Teddy Ditama, analis OSK Nusadana Securities, kemarin (13/2). Pada tahun ini, KKGI menargetkan produksi batubara sebanyak 6 juta ton, naik 71% dari target produksi tahun lalu. Teddy optimistis, KKGI tidak kesulitan mencapai target tersebut. Alasan dia, peningkatan produksi batubara KKGI dari tahun ke tahun cukup baik. Analis Indosurya Asset Management Reza Priyambada menilai target produksi KKGI terlalu tinggi. Menurut hitungan Reza, total produksi batubara KKGI tahun ini di kisaran 4,5 juta-5 juta ton. Ia memperkirakan akuisisi tambang, baru menimbulkan dampak terhadap KKGI di tahun depan. Saat itu, ada satu tambang hasil akuisisi yang mulai berproduksi. Kendati demikian, Reza menilai, akuisisi merupakan strategi yang tepat untuk mendukung kebutuhan operasional perusahaan di jangka panjang. PER murah Pada tahun 2012 perseroan menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 4 juta. Dana itu di antaranya untuk membangun fasilitas pemecah batubara baru di pelabuhan Jetty Loa Dori, di Kaltim. Namun, perlu diingat, harga batubara global yang fluktuatif menjadi tantangan bagi perseroan ini. "Faktor cuaca pun bisa menjadi penghalang produksi," kata Teddy.