Menakar prospek konsolidasi para pengembang properti



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsolidasi bisnis lewat akuisisi kepemilikan saham maupun kolaborasi pengembangan usaha, masih marak terjadi di berbagai sektor industri. Tak terkecuali di bisnis properti. 

Terbaru, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) melalui anak usahanya, yakni PT Ciputra Nusantara resmi mengakuisisi 15% saham PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) pada 9 November 2021. Ciputra Nusantara membeli 1.148.268.950 saham dengan harga Rp 320 per saham sehingga total transaksinya mencapai Rp 367,44 miliar.

Direktur CTRA Harun Hajadi mengungkapkan bahwa dengan harga saham akuisisi tersebut, MTLA tergolong undervalue di tengah kualitas aset, cadangan lahan (landbank), kinerja proyek serta kualitas manajemen yang dimilikinya. Meski saat ini sudah mengempit 15% kepemilikan saham, namun Harun belum membeberkan secara rinci potensi kolaborasi CTRA dengan MTLA.


"Kami melihat MTLA sebagai investasi CTRA. Biarlah MTLA tetap menjalankan operasional sesuai dengan keunikannya," ungkap Harun kepada Kontan.co.id, Senin (22/11).

Di sektor properti, Harun melihat bahwa penguatan bisnis lewat akuisisi kepemilikan saham tidak menjadi tren. Sebab, konsolidasi bisnis melalui cara ini tidaklah mudah. Tak sekadar nilai saham, tapi juga mesti ada kesamaan visi owner hingga tujuan korporasi ke depan.

Baca Juga: Kinerja moncer, Suryamas Dutamakmur (SMDM) revisi target laba tahun ini

"Misalnya kita kerjasama saja, harus jelas pembagian tugasnya gimana. Kalau masing-masing punya core expertise yang sama, pasti nggak ada yang mau disuruh nganggur," ujar Harun.

Dihubungi terpisah, Direktur PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) Olivia Surodjo menyampaikan, untuk saat ini belum ada pembicaraan terkait kolaborasi lebih lanjut bersama CTRA dalam hal pengembangan atau pengelolaan proyek properti. "Namun kami tentunya membuka diri untuk berkolaborasi ke depannya," kata Olivia.

Saat ini pun MTLA sudah melakukan sejumlah kolaborasi bersama mitra dalam bentuk Joint Operation (JO) maupun Joint Venture (JV). Misalnya dengan Keppel Land untuk proyek The Riviera at Metland Puri dan Wisteria at Metland Menteng dalam bentuk JO.

Selanjutnya untuk proyek Metland Cyber City yang berkonsep mix used residensial, komersial maupun high rise akan melakukan kerjasama JV dengan Karyadeka Pancamurni melalui PT. Metropolitan Karyadeka Development. "Metland sudah banyak berkolaborasi dengan beberapa partner dalam bentuk JO maupun JV. Ke depannya kami selalu terbuka untuk bekerja sama dengan pola ini," sambung Olivia.

Sementara itu, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) Minarto Basuki menerangkan setidaknya ada tiga model pengembangan bisnis di sektor properti. Pertama, dengan model Kerja Sama Operasi (KSO) antara pengembang dengan pemilik lahan.

Kedua, pengembang yang memiliki landbank sangat besar yang bekerjasama dengan mitra strategis. Model ini juga memungkinkan pengembang menjual lahan kepada perusahaan lain untuk dikembangkan. Ketiga, model pengembangan dengan landbank milik sendiri, seperti yang dijalankan oleh Pakuwon Jati.

Editor: Handoyo .