Menakar Prospek Saham Barito Renewables (BREN) Masuk MSCI, Simak Rekomendasinya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) akan fokus menambah kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan pada sumber panas bumi (geothermal) dan tenaga angin. Emitem milik taipan Prajogo Pangestu ini dikabarkan akan masuk dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) dalam rebalancing bulan depan.

Direktur Utama Barito Renewables Energy, Tan Hendra Soetjipto mengatakan BREN ingin mencapai kapasitas 1 Gigawatt (GW) pada tahun 2025 melalui penambahan kapasitas di aset eksisting, dan 1,95 GW pada tahun 2030 dengan proyek pengembangan baru (green field). Ia pun membeberkan lima strategi pertumbuhan BREN.

Pertama, mengoperasikan pembangkit eksisting secara efisien pada kapasitas optimal dengan kapasitas 961 Megawatt (MW). Kedua, memaksimalkan kapasitas sumber daya dari lapangan yang sudah matang, dengan estimasi kontribusi tambahan sebesar 118 MW.


Ketiga, mengembangkan prospek green field, yang ditargetkan berkontribusi menambah 770 MW - 1.425 MW dari panas bumi dan 318 MW dari tenaga angin. Keempat, mengkapitalisasi pendapatan dari kredit karbon dan Renewables Energy Certificate (REC) dari aset yang dimiliki.

Kelima, melakukan akuisisi aset-aset energi baru dan terbarukan (EBT) baik di dalam maupun luar negeri. Tapi, Hendra belum merinci rencana akuisisi lanjutan yang akan dilakukan oleh BREN.

Baca Juga: Barito Renewables Energy (BREN) Kucurkan Capex Rp 2,5 Triliun hingga Akhir 2024

Hendra hanya menegaskan fokus BREN untuk saat ini masih pada aset energi terbarukan berbasis panas bumi dan angin.

"Apakah akan ke air atau surya? masih belum ada rencana ke arah sana, Tapi ke depan tidak menutup kemungkinan. Sangat tergantung pada feasibility dari proyek tersebut," kata Hendra dalam paparan publik, Kamis (24/10).

Hendra menerangkan dalam jangka pendek hingga tiga tahun ke depan, proyek strategis BREN adalah penambahan kapasitas panas bumi hingga 104,6 MW. BREN mengestimasikan belanja modal (capex) sebesar US$ 346 juta untuk mencapai target tersebut.

Sedangkan pada tahun ini, Direktur Barito Renewables Energy, Merly memperkirakan alokasi capex BREN sebesar US$ 165 juta sampai tutup tahun 2024 seiring dengan proyek ekspansi yang sudah dimulai. 

Sampai dengan September 2024, BREN sudah mengucurkan capex sekitar US$ 52,4 juta. Dana tersebut dialokasikan untuk aset eksisting sekitar 33 juta dan untuk kebutuhan pengembangan sekitar US$ 19 juta. 

Rekomendasi Saham 

Founder Stocknow.id Hendra Wardana melihat pelaku pasar akan menilai seberapa efektif BREN dapat mengelola investasi dan merealisasikan rencana ekspansinya. Jika proyek bisa tuntas sesuai jadwal dan berhasil memberikan return yang menarik, maka ekspansi ini akan memoles prospek BREN di mata pelaku pasar.

"Di sisi lain, perlu dicatat proyek energi terbarukan, terutama panas bumi memiliki siklus pengembangan yang panjang. Sehingga pasar mungkin membutuhkan waktu untuk merespons secara positif dari sisi kinerja keuangan," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Kamis (24/10).

Praktisi Pasar Modal & Founder Warkop Saham, Raden Bagus Bima menambahkan, outlook kinerja BREN dari sisi ekspansi cukup positif. Namun, ada risiko terkait eksekusi proyek dan pembiayaan yang perlu diperhartikan pelaku pasar.

"Dengan besarnya capex, risiko pembiayaan proyek juag perlu diperhatikan. Jika menggunakan utang tambahan, rasio leverage perlu dimonitor untuk memastikan beban keuangan tidak terlalu tinggi dan memengaruhi profitabilitas," terang Bima.

 
BREN Chart by TradingView

Dari sisi pergerakan saham, harga BREN sempat terjun akibat terseret sentimen pencoretan dari indeks Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell. Belakangan ini, harga saham BREN mengalami fluktuasi cukup kencang.

Pada perdagangan Kamis (24/10) harga BREN ditutup melemah 2,31% ke level Rp 7.400. Bima melihat kemungkinan sentimen negatif yang menekan harga saham BREN bersifat sementara. Sentimen negatif bisa mereda, terutama jika didukung oleh faktor fundamental yang kuat dan katalis dari ekspansi perusahaan.

Katalis lain yang ramai diperbincangkan adalah potensi BREN masuk ke dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) dalam rebalancing bulan depan.

 "Jika BREN masuk, permintaan terhadap sahamnya kemungkinan meningkat, karena investor global biasanya membeli saham yang ada dalam indeks ini," ungkap Bima.

Hendra mengamini, rebalancing MSCI seringkali diikuti oleh peningkatan volume perdagangan karena banyak investor institusi yang terlibat.

"Jika benar masuk, akan ada tambahan permintaan dari fund yang berpatokan pada MSCI, sehingga bisa mendorong harga saham naik," imbuh Hendra.

Baca Juga: BREN Amankan Rekor Market Cap Terbesar di BEI Selama 10 Tahun Jokowi

Senior Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Fath Aliansyah melihat peluang BREN masuk ke indeks saham global seperti MSCI masih terbuka selama memenuhi kriteria penilaian indeks tersebut. Dari sisi fundamental, Fath turut mengingatkan ekspansi yang dilakukan masih perlu waktu untuk teralisasi hingga tercermin pada kinerja keuangan.

Dus, Fath melihat saham BREN masih bisa dipertimbangkan sebagai pilihan trading. Bima juga merekomendasikan BREN untuk jangka pendek, dengan target harga di level Rp 8.000.

Saran dia, pertimbangkan stoploss jika turun ke area Rp 7.200. Jika BREN masuk ke dalam indeks MSCI pada rebalancing November nanti, maka harganya berpeluang kembali menuju level Rp 10.000. Sedangkan Hendra menyarankan buy BREN untuk target harga Rp 8.825 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih