Menakar prospek saham CPIN



JAKARTA. Prinsip banyak anak banyak rezeki sepertinya tak berlaku bagi PT Charoen Phokpand Tbk (CPIN). Buktinya, emiten ini harus mengerem ekspansi karena kelebihan pasokan anak ayam ayam usia harian atau day old chicken (DOC). Tahun ini, CPIN memangkas belanja modal alias capital expenditure (capex) sampai 50% menjadi Rp 1,5 triliun.

Angka tersebut lebih rendah dari tahun lalu yang sekitar Rp 3 triliun. Dana belanja modal itupun bukan mengalir untuk ekspansi, tapi hanya untuk perawatan.

Langkah CPIN mengerem ekspansi sesuai kondisi bisnis DOC tahun ini yang masih dihantui oversupply. Robertus Yanuar Hardi, Analis Reliance Securities, menilai, dengan mengerem ekspansi, perseroan bisa lebih efisien. "Lebih membutuhkan penghematan dibanding ekspansi," ujar dia.


Sebab harga DOC anjlok menjadi Rp 2.500-Rp 3.500 per ekor di tahun lalu. Ini harga terendah sejak lima tahun terakhir. Penyebabnya, produksi DOC mencapai 60 juta ekor sepekan, padahal kebutuhan normal hanya 40 juta ekor per pekan

Tapi kondisi tersebut sepertinya  bisa diatasi pada tahun ini. Ini nampak dari harga DOC yang sudah mulai membaik. Michael Ramba, Analis Buana Capital dalam riset pada 22 Juni mencatat, harga DOC kini antara Rp 4.500-Rp 5000 per ekor. Penyebabnya, keputusan pemerintah yang memotong 20% porsi impor DOC di tingkat grand parent stock (GPS) pada tahun ini menjadi 665.000 ekor.

Permintaan DOC juga semakin meningkat menjelang Ramadan dan Lebaran. "Namun, kenaikan harga DOC agaknya semu, sebab ada ancaman penurunan harga DOC usai Ramadan berakhir," ujar Michael.

Andre Varian, Analis Ciptadana Securities,  memprediksikan, harga DOC akan turun tajam dan secara otomatis akan langsung menekan kinerja. Ini karena permintaan DOC di bulan biasa tidak tumbuh signifikan. Maklum dengan inflasi tinggi, masyarakat tak bisa berbelanja terlalu banyak bahkan cenderung menurun.

Tak ayal Andre menghitung, bakal ada penurunan kinerja pada CPIN di kuartal III 2015. Namun, dia yakin pada kuartal IV 2015 kinerja perseroan akan sedikit pulih. "Sebab, harga DOC akan kembali pulih, meski tidak sebagus kuartal II," analisa dia. 

Sejatinya, kontribusi pendapatan terbesar CPIN masih dari pakan ternak, yakni sebanyak 76% dari total pendapatan. Sehingga meski permintaan DOC menurun, CPIN masih bisa ditopang dari penjualan pakan ternak.

Sayang, pendapatan dari lini bisnis pakan ternak terimbas dari komponen biaya produksi yang tergantung fluktuasi dollar Amerika Serikat (AS) dan harga komoditas. Akibatnya margin CPIN bakal tergerus.

Selain itu, CPIN baru saja masuk ke bisnis minuman. Bisnis ini bisa menjadi penopang di masa depan.

Hingga akhir tahun, Michael memproyeksikan pendapatan CPIN akan menjadi Rp 33,23 triliun, naik dari Rp 29,15 triliun. Sedangkan laba bersih menjadi Rp 3,48 triliun, melesat dari Rp 2,11 triliun.

Michael dan Andre menyarankan buy dengan target harga di Rp 4.100 dan Rp 4.400 per saham. Robertus menyarankan, hold di Rp 3.000. Senin (29/6), harga  CPIN di bursa turun 2,32% di Rp 2.740 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto