KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri rokok diproyeksi punya prospek cerah hingga akhir tahun 2023. Hal itu tak terlepas dari kenaikan harga jual rokok di pasaran saat ini. Hal ini sejalan dengan kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk rokok rata-rata 10% pada 2023 dan 2024. Analyst MNC Sekuritas Raka Junico mengatakan salah satu mitigasi yang dilakukan emiten rokok menyesuaikan kenaikan harga jual secara berkala untuk mengamankan profitabilitas.
Baca Juga: Harga Rokok Mulai Naik, Bagaimana Prospek Saham HMSP dan GGRM? "Tentunya hal tersebut akan membuat volume penjualan cenderung turun seiring perilaku
downtrading masyarakat," ujarnya kepada Kontan, Kamis (20/7). Kendati demikian, emiten rokok masih memiliki prospek cerah, didorong kenaikan harga jual rata-rata. Dan inovasi produk pada segmen sigaret kretek tangan (SKT) yang memiliki tarif cukai hasil tembakau lebih rendah. Kemudian sentimen positif dari pemilu tahun 2024 mendatang juga turut mengerek konsumsi rokok. Karena itu, Raka merekomendasikan beli saham GGRM dengan target harga Rp 32.500 per saham.
Analis Bahana Sekuritas Christine Natasya melihat saat ini telah terjadi kenaikan harga eceran untuk hampir semua merek rokok.
Baca Juga: Ini Jadwal Pembayaran Dividen Gudang Garam (GGRM) Rp 1.200 Per Saham Kenaikan harga eceran bulan Juni 2023 terutama terjadi pada merek non-tier 1. Karena itut Christine menyarankan buy saham GGRM dengan target harga Rp 33.000 per saham. Dan HMSP disarankan hold dengan target harga sebesar Rp 1.100 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli