JAKARTA. Bisnis rumah sakit terbukti menjadi bisnis yang tahan guncangan. Di tengah perlambatan ekonomi, sektor ini masih tumbuh cukup stabil. Misalnya saja Rumah Sakit Siloam yang dikendalikan anak usaha Lippo Grup, PT Siloam International Hospital Tbk (
SILO). Pada Kuartal I 2015 lalu, SILO berhasil mencetak pendapatan operasi kotor sebesar Rp 976 miliar, naik 30% year on year (yoy). Sementara EBITDA SILO naik 47% menjadi Rp 162 miliar sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Pendapatan SILO tumbuh stabil didorong dari tujuh rumah sakit yang sudah matang (mature) dan adanya 13 rumah sakit baru yang kini berkontribusi 39% dari pendapatan perseroan. SILO mendapat dorongan dari naiknya kunjungan rawat jalan sebesar 42% yoy. Hal ini membuat laba bersih SILO mencapai Rp 34,5 miliar atau naik 28,7% dari periode yang sama tahun lalu.
Ekspansi SILO yang cukup agresif dan ditopang dengan perusahaan induk yang mumpuni menjadikan SILO punya prospek menarik. Stevanus Juanda, Analis UOB Kay Hian dalam risetnya 27 April 2015 lalu mengatakan, ada beberapa faktor yang akan mendorong kinerja SILO dalam jangka panjang. Misalnya saja, adanya kebutuhan besar dari industri kesehatan di Indonesia dengan adanya sistem Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS). Selain itu, tumbuhnya tingkat rawat jalan akan meningkatkan margin SILO. Faktor pendorong lainnya adalah ekspansi SILO yang agresif dengan target peningkatan jumlah tempat tidur dari 4.800 pada Kuartal I-2015 menjadi 10.000 tempat tidur pada akhir 2017 mendatang. "SILO juga mengambil pasar dari kebutuhan kesehatan para turis yang datang ke Indonesia," ujar Stevanus. Ia mengatakan, kinerja SILO pada Kuartal I-2015 lalu sudah sesuai dengan ekspektasi analis. Menurut hitungan UOB, laba bersih SILO mencerminkan 42,1% dari target tahun 2015. Ia memperkirakan, tahun ini pendapatan SILO bisa tumbuh 30% yoy mencapai Rp 4,3 triliun dengan laba bersih Rp 82 miliar. Lalu tahun depan, pendapatan SILO bisa menyentuh Rp 5,8 triliun dengan laba bersih Rp 104 miliar. Reza Nugraha, Analis MNC Securities memperkirakan, pendapatan dan laba bersih SILO akan tumbuh 25% tahun ini. Dibandingkan emiten sejenisnya, SILO lebih dulu meraih pasar-pasar yang belum terjangkau, misalnya saja pasar di daerah wisata. SILO juga terus merambah ke lokasi-lokasi yang ramai pasien. Apalagi, setiap tahunnya SILO tak pernah absen menambah rumah sakit baru baik dengan jalan akuisisi atau membangun sendiri. SILO memang punya target untuk membangun lebih dari 50 rumah sakit hingga 2017 mendatang. Saat ini, SILO sudah mengoperasikan 20 rumah sakit di 14 kota di Indonesia. SILO juga memiliki rumah sakit umum untuk menjangkau masyarakat menengah ke bawah yang menggunakan program BPJS. Reza bilang, ruang ekspansi SILO masih terbuka lebar. Pasalnya, Debt to Equity Ratio (DER) perseroan masih kecil, sekitar 0,3 kali. Utang mini itu membuat SILO makin mudah meraiih pinjaman baru dari perbankan ataupun menerbitkan surat utang. Dukungan dari holdingnya, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) juga lumayan besar, sehingga beban SILO bisa lebih stabil. "Ekspansi SILO yang agresif membuat SILO menjadi rumah sakit swasta yang meraih pangsa pasar terbesar," ujarnya. Edward Tanuwijaya, Analis DBS Vickers Securities mengatakan, meski pendapatan dan margin laba bersih in line dengan ekspektasi, target SILO untuk meraih pertumbuhan 47% tahun ini dinilai terlalu agresif. Menurut Edward, pendapatan SILO tahun ini hanya akan tumbuh 30% yoy.
Selain itu, ekspansi agresif SILO juga masih harus diimbangi dengan kebutuhan pendanaan yang juga besar. "Ini akan bergantung pada kemampuan perusahaan untuk mendaur-ulang dana kasnya dan meraih dana eksternal," tulisnya dalam riset 23 April 2015. Dari sisi valuasi, saat ini SILO diperdagangkan dengan EV/EBITDA tahun 2015 sebesar 22 kali. Valuasi itu membuat Edward merekomendasikan Hold untuk saham SILO dengan target harga Rp 12.750 per saham. Namun, Reza merekomendasikan Buy dengan target Rp 16.500 per saham. Stevanus juga merekomendasikan Buy dengan target Rp 15.560. Saham SILO ditutup naik 25 poin ke level Rp 14.525 pada perdagangan Senin (18/5). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto