Menakar racikan bisnis obat Kimia Farma



JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) siap menggelar ekspansi pada tahun depan. Emiten farmasi pelat merah ini bakal membangun beberapa pabrik obat. KAEF mengalokasikan sebagian besar belanja modal untuk membangun pabrik bahan baku obat (BBO), pabrik farmasi di Banjaran, pabrik rapid test, serta pabrik Garam Farmasi II.

Bukan hanya membangun pabrik, manajemen KAEF juga berencana menambah jaringan distribusi hingga pasar mancanegara, khususnya Arab Saudi.

Dengan ekspansi ini, Kimia Farma yakin bisnisnya dapat tumbuh dua digit pada tahun depan. Para analis sepakat pendapatan KAEF dari sektor manufaktur obat kemungkinan bisa mendongkrak kinerjanya di masa mendatang.


Analis NH Korindo Securities Joni Wintarja mengatakan, rencana KAEF meningkatkan produksinya sejalan dengan pertumbuhan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). KAEF saat ini juga sedang mencari dana segar sebesar Rp 1 triliun dari pinjaman bank jangka panjang, jangka pendek dan rights issue. Dana tersebut digunakan untuk menggeber ekspansi pada tahun depan.

”Produksi akan meningkat 4 kali lipat daripada kapasitas produksi sekarang,” tulis Joni dalam risetnya, belum lama ini.

Analis menilai pendapatan dari produksi obat ini memberi keuntungan besar. Ambil contoh, kontribusi bisnis ritel menyumbang 56% ke pendapatan dan berkontribusi 23% terhadap laba bersih KAEF. Sedangkan segmen pabrikan obat menyumbang 5% pendapatan, namun berkontribusi 71% terhadap laba bersih.

Dus, pembangunan pabrik akan berdampak positif. Mempertimbangkan hal itu, maka KAEF siap mengerek pendapatan dari pabrikan obat. Di saat yang sama, KAEF terus menambah jaringan penjualan. Sehingga ketika pabrik rampung, pemasaran produk akan maksimal.

Prospek kinerja KAEF bakal terus meningkat. Di 2018, pendapatan emiten ini diprediksi mencapai Rp 6,28 triliun dan laba bersih senilai Rp 466 miliar. Oleh karena itu, Joni merekomendasikan buy KAEF dengan target harga senilai Rp 3.280 per saham.

Fundamental KAEF Analis Oso Securities Rifqiyati menilai, secara fundamental KAEF masih terbilang kuat. Di kuartal III 2016, pendapatan KAEF naik 14% menjadi Rp 3,2 triliun. Sedang laba bersih tumbuh 6,3% menjadi Rp 173 miliar. Kinerja tahun depan bisa lebih baik, seiring pertumbuhan anggaran belanja kesehatan pemerintah, yang naik menjadi 5% dari total APBN.

”Peningkatan anggaran belanja akan menguntungkan KAEF,” kata dia.

Rifqiyati masih merekomendasikan buy on weakness saham KAEF dengan target harga Rp 3.000 per saham.

Dari sisi teknikal, analis Bahana Securities Muhammad Wafi memandang KAEF layak dibeli selama bertahan di atas Rp 2.450 per saham, dengan level jual di rentang Rp 2.610 hingga Rp 3.000 per saham. Investor bisa cut loss jika KAEF ditutup di bawah Rp 2.380.

”Rebound dengan three white soldiers disertai volume dan tutup di upper band Bollinger,” tutur Wafi.

Adapun indikator RSI akan berada di level 56,0 dan MACD berpeluang golden cross. Oleh karena itu, saham KAEF layak koleksi dengan target Rp 2.470 per saham dalam rentang support 2.380–2.410 dan resistance 2.610–3.000 per saham.

Harga saham KAEF kemarin ditutup melemah 0,71% menjadi Rp 2.800 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie