KONTAN.CO.ID – BALIKPAPAN. Pemerintah optimis target investasi yang dipatok sebesar Rp 1.650 triliun oleh Presiden Ke-7 Joko Widodo (Jokowi), bakal terealisasi di penghujung tahun 2024 ini. Hal tersebut terbukti dari realisasi investasi yang tembus sebesar 76,45% atau senilai Rp 1.261 hingga triwulan III – 2024. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Edy Junaedi mengatakan khusus triwulan III – 2024 realisasi yang berhasil dicapai mencapai Rp 431,48 triliun, atau 26,15% dari target.
“Jika melihat tren yang terus meningkat ini, kami yakin target sebesar Rp 1.650 triliun tersebut dapat tercapai pada Triwulan IV,” ujarnya kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: BEI Putuskan Delisting 8 Emiten, Ini Daftarnya Edy memerinci, kontribusi terbesar datang dari investasi asing atau Foreign Direct Investment (FDI) yang mencapai Rp 654,4 triliun, atau 51,88% dari total investasi yang masuk pada periode Januari-September. Dia menyebutkan, ini datang dari berbagai sektor dengan penyumbang terbesar yaitu Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya senilai US$ 10,18 miliar (23,35%). Di urutan berikutnya ada sektor Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi dengan US$ 3,97 miliar (9,12%), lalu Pertambangan dengan US$ 3,86 miliar (8,85%), Industri Kimia dan Farmasi dengan US$ 3,22 miliar (7,39%), dan Industri Kertas dan Percetakan dengan US$ 2,65 miliar (6,07%). Adapun untuk negara, FDI di periode Januari-September 2024 didominasi oleh Singapura (US$ 14,35 miliar), Hongkong, RRT (US$ 6,06 miliar), R.R. Tiongkok (US$ 5,78 miliar), Amerika Serikat (US$ 2,82 miliar), dan Malaysia (US$ 2,72 miliar), disusul negara-negara lainnya. Edy mengungkapkan, realisasi investasi, baik domestik maupun asing, faktorfaktor pendukung dan penghambatnya sangat beragam. Dari sisi pendukung, hal yang paling menonjol adalah stabilitas politik dalam negeri dan makro ekonomi yang relatif terjaga. “Selain itu, adanya kawasan industri yang terintegrasi, peningkatan kualitas tenaga kerja, serta strategi hilirisasi yang terus didorong oleh pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah komoditas nasional turut menjadi nilai tambah bagi investor,” ungkapnya. Edy menuturkan, upaya hilirisasi memastikan Indonesia tidak hanya menjadi pemasok bahan mentah, tetapi juga mengolahnya menjadi produk bernilai lebih tinggi, yang kemudian meningkatkan minat dan kepercayaan investor untuk menanamkan modal di sektor-sektor tersebut.
Baca Juga: Investasi Hilirisasi Butuh US$ 600 Miliar, Indonesia Terbuka ke Investor Asing Namun demikian, Edy menyebutkan, juga terdapat faktor penghambat masuknya investasi ke Tanah Air, seperti ketidakpastian global, termasuk dinamika rantai pasok internasional, tensi geopolitik, dan fluktuasi harga komoditas. Menurutnya, kondisi global yang tak menentu, seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara mitra dagang, perang dagang, pemilihan Presiden Amerika Serikat, maupun gangguan di sektor energi, turut memengaruhi minat dan kecepatan aliran dana investasi asing. “Faktor-faktor ini dapat menimbulkan kehati-hatian bagi investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia, terutama jika rantai pasok internasional menjadi terganggu atau kebijakan perdagangan antarnegara berubah secara drastis,” terangnya.
Upaya Mendorong Realisasi Investasi
Edy mengatakan, pemerintah telah mengeluarkan berbagai regulasi dan insentif untuk mendorong realisasi investasi. Selain penyederhanaan perizinan melalui sistem Online Single Submission (OSS), pemerintah juga juga memberikan berbagai fasilitas fiskal. Di antaranya, tax holiday, tax allowance, serta masterlist untuk pembebasan bea masuk impor mesin dan bahan baku. “Kebijakan ini ditujukan untuk menarik minat investor, memberikan kepastian hukum, serta mendorong percepatan pembangunan sektor industri dan infrastruktur strategis,” kata Edy. Dia bilang, keberadaan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan penekanan pada hilirisasi komoditas unggulan di sektor pertambangan dan perkebunan, turut memberi insentif bagi investor yang ingin masuk, sehingga memperkuat industri dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
Baca Juga: Kelanjutan Proyek Jalan Tol di 2025 Mempertimbangkan Kapasitas Fiskal Pemerintah Edy menilai, kebijakan yang paling disukai investor asing umumnya adalah yang memberikan kepastian hukum, kemudahan birokrasi, dan insentif fiskal yang kompetitif. Menurutnya, ketersediaan kawasan industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan infrastruktur yang mendukung turut diminati investor asing. Lebih lanjut, Edy menambahkan, menilik tren beberapa tahun terakhir, peningkatan realisasi investasi berbanding lurus dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi nasional yang tetap stabil di kisaran 5% per tahun. Selain menciptakan lapangan kerja, kata Edy, investasi yang mengalir juga turut meningkatkan daya saing ekspor, memperkuat neraca perdagangan, serta menambah diversifikasi sektor-sektor produktif di dalam negeri.
“Dengan adanya hilirisasi, nilai tambah yang tercipta di dalam negeri meningkat, sehingga memperkuat fondasi perekonomian Indonesia secara keseluruhan dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah semata,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .