Menakar siasat MLBI agar kinerja tak mabuk



JAKARTA. Setelah penjualan minuman beralkohol dibatasi, PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) perlu mengubah strategi bisnis demi mempertahankan kinerjanya. Produsen Bir Bintang ini bakal serius menggarap produk minuman non-alkohol.

Seusai meluncurkan dua produk baru berupa minuman non-alkohol, MLBI berniat meluncurkan beberapa varian baru dengan spesialisasi minuman berkarbonasi (non-alkohol).

Marketing Manager Group Brand Bintang MLBI Jenny Tumewu bilang, MLBI meluncurkan inovasi minuman bebas alkohol dengan kategori baru, yakni minuman malt berkarbonasi bermerek Bintang 0,0%.


Produk ini meliputi dua varian, yakni Bintang Zero 0,0% dan Bintang Radler 0,0%. Proses pembuatan minuman ini berbeda dengan produksi bir. Contoh, Bintang 0,0% tak melalui proses fermentasi.

Beberapa waktu lalu, Corporate Affairs Director MLBI Bambang Britono mengatakan, sesuai ketentuan, proses produksi minuman non-alkohol terpisah dengan proses produksi bir. MLBI sudah menyediakan infrastruktur sendiri dengan mendirikan pabrik Non Alcoholic Beverage di Sampang Agung, Mojokerto.

Meski baru belakangan ini menekuni pasar minuman non-alkohol, MLBI yakin dapat mencuil ceruk pasar. Apalagi peluang penjualan di produk ini masih luas. Selama tiga bulan pertama tahun ini, kinerja keuangan MLBI meningkat.

Bambang mengatakan, secara industri, penjualan bir masih bisa tumbuh 5% pada 2016.

Analis Minna Padi Investama Christian Saortua menilai, rencana MLBI menggarap produk non-alkohol cukup positif untuk jangka panjang. "Perusahaan memahami bagaimana risiko jika tetap berharap di segmen minuman beralkohol," kata dia.

Selain itu, ekspansi ke produk lain berpotensi memperluas market share MLBI dari segmen di luar minuman beralkohol. Hal itu pula yang menjadi sentimen positif bagi MLBI di tahun ini.

Analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo berpendapat, penjualan MLBI di bulan puasa berpotensi menurun. "Sejak 2013, tren harga saham MLBI mengalami koreksi setiap awal Juni, terutama di periode bulan puasa dan lebaran," kata Lucky.

Dalam jangka menengah dan panjang, prospek bisnis MLBI akan dipengaruhi kebijakan pemerintah pusat dan daerah terkait pembatasan penjualan minuman beralkohol. Kondisi ini berpotensi menurunkan kinerja MLBI.

Lucky memprediksi laba MLBI tahun ini akan susut 8%. Di sisi lain, daya beli masyarakat cenderung menurun. Memang MLBI punya strategi mendiversifikasi produk minuman non-alkohol.

Tapi, kata Lucky, mayoritas pendapatan MLBI masih berasal dari produk minuman beralkohol. "Tantangan MLBI antara lain daya beli dan regulasi," ujar dia.

Analis NH Korindo Securities Muhammad Ikhsan mengharapkan pertumbuhan produk non-alkohol MLBI bisa signifikan, sehingga dapat menopang pendapatan jika nanti penjualan segmen alkohol tertekan.

Ikhsan dan Christian sama-sama merekomendasikan hold saham MLBI dengan target Rp 12.000 per saham. Sementara Lucky memberi rekomendasi sell dengan target harga Rp 9.400 per saham. Kemarin, harga MLBI ditutup di Rp 11.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie