Menakar tawaran investasi garam



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pernah bermimpi jadi juragan garam? Kalau tertarik jadi juragan garam, cobalah simak tawaran investasi kaveling garam, yang ditawarkan Ramsol Garam Kristal Indonesia (RGKI). Namun, cermati dan takar risikonya.

Calon investor perlu merogoh kocek Rp 29 juta untuk mendapatkan 1 kaveling garam seluas 100 meter persegi (m2). Janjinya, investor bisa mendapat imbal hasil sekitar 10% per tahun.

Tawaran investasi ini diklaim laris. Menurut Marketing Ramsol Garam Kristal Indonesia Muhammad Akbar, pada tahap pertama, perusahaan ini menawarkan 2.500 kaveling. Dia mengklaim, kini seluruh kaveling tersebut sudah laku terjual. Mayoritas pembeli berasal dari Jakarta.


Padahal, RGKI baru mulai menawarkan investasi kaveling garam pada Februari 2018. Lahan kaveling sendiri berada di Cirebon, Jawa Barat. "Sementara untuk saat ini, penjualan tahap II belum buka," kata Akbar, kepada Kontan.co.id, Senin (23/7).

Perusahaan ini berniat kembali menawarkan 2.500 kaveling garam. Penawaran tahap kedua rencananya dilakukan awal Agustus 2018.

Tawaran investasi yang diberikan RGKI sebenarnya menggunakan skema bagi hasil pengelolaan dan penjualan garam. Di mana nantinya, investor juga berhak atas kenaikan harga lahan bila ingin kembali dijual.

Hal tersebut dimungkinkan karena investor mendapat legalitas berupa sertifikat hak milik (SHM). Saat ini, lahan tersebut sudah dibeli RGKI atas nama perorangan di manajemen.

Nilai investasi Rp 29 juta sudah mencakup biaya produksi dan lainnya. Rinciannya, terdapat biaya produksi sekitar Rp 5,7 juta per kaveling. "Kami tidak membebankan biaya itu ke pemilik lahan, semua sudah termasuk jumlah hasil panen dan dikurangi biaya perawatan. Hasil bersih nantinya dibagi dua antara pemilik kaveling dan pengelola," jelas Akbar.

Perhitungannya, jika dalam satu tahun terjadi 16 kali panen dengan total produksi garam sebanyak 19,2 ton dan harga jual berkisar Rp 1.000-Rp 2.000 per kilogram, maka investor dapat menerima Rp 6,7 juta-Rp 12 juta per tahun, setelah dikurangi biaya produksi dan bagi hasil dengan pengelola. Dengan hitungan tersebut, investor bisa balik modal dalam kurun waktu 1,8 tahun-4,3 tahun.

Haries Adiguna, salah satu investor kaveling garam RGKI, mengaku tertarik dengan investasi ini karena dari segi nilai investasi cocok dengan keuangannya. Sejak April, ia memiliki 4 kaveling garam. "Biaya produksi tidak besar, sedangkan untuk risiko pasrah saja, karena risikonya dari sinar matahari," ujar dia.

Namun hingga saat ini, Haries masih belum mendapat keuntungan. Karena berdasarkan kontrak, panen baru dilakukan di Mei 2018 dan pembagian hasil akan dilakukan di Oktober 2018.

Tetap waspada

Walau menawarkan imbal hasil maksimal, Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto tetap memperingatkan investor agar waspada. Mengingat, tawaran imbal hasil tinggi biasanya sebanding dengan risiko yang mengikutinya.

Apalagi, pada tawaran kaveling garam ini, sangat bergantung pada cuaca dan sinar matahari. Semakin panjang musim kemarau, panen garam kian membengkak. Begitu pula sebaliknya.

Oleh karena itu, investor baiknya juga mengerti cara kerja investasi tersebut. "Jangan hanya menaruh uang saja, pengawasan terhadap pengelola harus terus dilakukan," tegas Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati