Menakar TOBA ketika harga batubara susut



JAKARTA. Meski harga jual batubara di pasar internasional meredup, kinerja keuangan PT Toba Bara Sejahtra Tbk menunjukkan tren positif di paruh pertama tahun ini.

Produsen batubara berkode saham TOBA ini mencetak pertumbuhan pendapatan 31,24% year-on-year (yoy) menjadi US$ 246,83 juta selama semester pertama tahun ini. Meski demikian, para analis menilai saham TOBA kurang menarik.

Kepala Riset First Asia Capital David Nathanael Sutyanto berpendapat, prospek emiten batubara saat ini kurang menarik sebab harga batubara belum pulih. "Secara fundamental, TOBA kurang menarik. Tapi, yang menarik, mereka membagikan dividen di tahun ini," kata David, Senin (8/9).


Usai mencetak laba yang tinggi, TOBA akan membagikan dividen interim US$ 3 juta. Dividen itu berasal dari laba bersih TOBA semester I 2014. Jumlah dividen itu mencerminkan 26,84% dari total laba bersih TOBA hingga akhir Juni 2014 yang sebesar US$ 11,17 juta.

Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya bilang, meski mengalami kenaikan pendapatan dan laba, harga saham TOBA tak ikut naik. "Hal itu karena harga batubara cenderung lesu," ungkap dia.

William memprediksi, harga saham TOBA mulai berubah pada pertengahan tahun depan seiring pergerakan harga batubara. Menurut dia, kenaikan harga batubara Indonesia cenderung lambat. Padahal, di China dan India sudah naik sejak beberapa waktu lalu.

Per bulan Juli tahun ini, harga batubara acuan (HBA) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencapai US$ 72,45 per ton. Harga tersebut turun 1,6% dibandingkan penetapan harga acuan di bulan sebelumnya senilai US$ 73,64 per ton.

Bahkan, harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata HBA sepanjang tahun lalu yang mencapai US$ 82,92 per ton.

Namun, TOBA lebih memilih memasang harga jual berdasarkan patokan harga pada indeks Newcastle yang berada di kisaran US$ 85 per ton - US$ 90 per ton. Dengan begitu, para konsumen TOBA yang telah terikat kontrak jual beli tidak bisa menurunkan harga meski perkembangan pasar sedang merosot.

Manajemen TOBA menilai, cara tersebut cukup ampuh mempertahankan harga jual sekaligus margin keuntungan TOBA. Strategi ini terbukti cukup berhasil, dilihat dari pencapaian pendapatan emiten ini selama semester pertama tahun ini.

Toba Bara Sejahtra juga akan menjaga kinerja dengan meningkatkan volume produksi menjadi 7,2 juta ton - 7,8 juta ton. Jumlah tersebut meningkat 20% dibandingkan realisasi produksi pada tahun sebelumnya, sebanyak 6,5 juta ton. Produksi batubara TOBA berasal dari ketiga anak usaha, yaitu PT Adimitra Baratama Nusantara, PT Indomining, serta PT Trisensa Mineral Utama.

David merekomendasikan hold saham TOBA dengan target Rp 1.000 per saham. Sedangkan Reza Priyambada, analis Trust Securities, merekomendasikan trading sell dengan target Rp 965 per saham. William merekomendasikan hold dengan target Rp 1.000 per saham. Harga saham TOBA kemarin naik 0,57% ke Rp 885 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro