Bisnis kudapan menjadi salah satu sektor usaha di bidang kuliner yang cukup potensial. Karakter masyarakat Indonesia yang gemar jajan untuk mengisi perut sebelum jam makan berat tiba, membuat usaha camilan berkembang. Salah satunya adalah camilan donat. Rasa yang gurih dari olahan adonan tepung terigu, gula, telur, dan mentega membuat penganan ini memiliki pangsa pasar yang luas, dari anak-anak hingga orang dewasa. Apalagi, saat ini varian aneka
topping di atas donat makin bervariasi. Sebagian dari pengusaha donat membuka tawaran kemitraan usaha untuk mengembangkan usaha.
Kali ini KONTAN akan mengulas beberapa diantaranya seperti Donat Bakar, P-DO dan Bandung Donat Yoghurt. Berikut ulasan lengkapnya: P-Do P-Do merupakan singkatan dari nama Potato Donut. Usaha ini didirikan oleh Riko Ngatung di Depok, Jawa Barat, tahun 2007 lalu dan mulai menawarkan kemitraan usaha di tahun yang sama. Pada saat itu, donat kentang cukup populer. Pada Oktober 2013, KONTAN mencatat ada 100 gerai yang beroperasi tersebar di Pulau Jawa maupun luar pulau Jawa seperti di Palembang dan Balikpapan. Tahun 2014, gerai P-Do berkembang menjadi 150 gerai. Namun di tahun ini, jumlah gerai hanya ada 30 gerai yang aktif beroperasi, di antaranya tiga gerai milik induk usaha. Riko bilang, kendala khusus dalam menjalankan usaha donat sejatinya tidak ada. Namun, secara umum yang terjadi saat ini adalah gejolak ekonomi yang membuat perkembangan usaha tidak terlalu bagus. Penjualan menjadi turun, sehingga sejumlah gerai terpaksa menutup usahanya lantaran tidak bisa menutup biaya operasional. Meski usahanya sedang lesu, Riko masih tetap gencar menjalankan promosi lewat media sosial, situs, dan juga mengikuti pameran-pameran waralaba. Selain itu, untuk menarik mitra usaha serta mendongkrak penjualan, Riko juga mencoba menambah menu baru yakni churros. Ini kudapan khas Spanyol berbentuk gerigi dan panjang. Biasanya churros digoreng dan ditaburi gula halus dengan dicocol cokelat. Makanan ini mulai ramai muncul sejak beberapa tahun terakhir. Untuk menu donat kentang, P-Do memiliki enam varian rasa seperti cokelat, stroberi, melon, jeruk, moka, dan original. Lantaran harga bahan baku meningkat, Riko terpaksa menaikkan harga jual dari sebelumnya 2.500 per buah kini harga termurah dari Rp 3.000 per buah hingga 20.000 seporsi. Agar bisa menambah jumlah gerai kembali yang telah menurun, Riko akan terus menjajal menawarkan menu-menu baru lainnya. Selain itu, dia juga akan meningkatkan kualitas tampilan booth agar makin menarik. Itu sebabnya, dia menambah paket investasi yang ditawarkan ke masyarakat. Di tahun 2014 lalu, P-Do hanya menawarkan satu paket investasi senilai Rp 9,9 juta. Paket ini meliputi fasilitas booth, perlengkapan usaha seperti mixer, etalase, bahan baku awal, kemasan, dan seragam. Namun di tahun ini paket investasi yang ditawarkan menjadi Rp 15 juta. Fasilitas yang didapat sama, namun mitra akan mendapat booth model baru yang lebih menarik. Riko optimistis bisa menambah sekitar 20 gerai–30 gerai baru di tahun ini. Bandung Donat Yogurt Usaha donat milik Sukwoto ini berdiri pada 2014 silam di Bandung, Jawa Barat. Ketika KONTAN mengulas usaha ini pada April 2015 lalu, gerai Bandung Donat Yogurt hanya memiliki dua gerai yakni satu milik pusat dan satu dikelola mitra. Kedua gerai berlokasi di Bandung. Saat ini, sudah ada empat gerai milik mitra yang beroperasi di Lampung, Padang, Pamulang dan Cibinong. Jadi, ada tiga gerai milik mitra yang bertambah dalam setahun terakhir. Sukwoto mengatakan, keunggulan usahanya adalah pemilihan bahan baku yang berkualitas. "Dengan begitu, rasa donatnya terjaga. Pelanggan pun tak ragu untuk kembali lagi," ujarnya setengah berpromosi. Selain itu, efisiensi proses produksi membuat ongkos produksi bisa ditekan. "Kalau ongkos produksi efisien, meski memakai bahan berkualitas, harga jual bisa kami jaga," paparnya. Itulah beberapa alasan usahanya kini masih bisa terbilang berkembang. Sementara mengenai paket kemitraan, Bandung Donat Yogurt masih menggunakan harga yang sama, yaitu Rp 40 juta. Dengan biaya tersebut, mitra akan mendapat perlengkapan seperti meja etalase, meja produksi, kulkas, kompor gas, mixer, banner, mesin kasir, dan timbangan. Biaya tersebut dapat berkurang sesuai kesepakatan. "Misalnya mitra mau membeli meja atau kursi sendiri juga boleh," imbuh Sukwoto. Meski demikian, harga jual menu saat ini ada perubahan karena mengikuti harga bahan baku yang terus meningkat. Dari yang dulunya harga jual Rp 4.000 per buah, sekarang menjadi Rp 4.500 per buah. Sedangkan di luar Pulau Jawa, harga jual tiap donat mulai dari Rp 5.000 per buah. Adapun mengenai kendala usaha, Sukwoto mengatakan ada beberapa mitra usaha yang kurang terlibat dalam menjalankan bisnis. Sehingga, perkembangan usahanya tidak signifikan. Itu sebabnya, saat ini dia juga mensyaratkan calon mitra usaha harus ikut terlibat menjalankan usaha sehari-hari, mulai dari menggoreng, kasir, pelayanan bahkan bersih-bersih. "Dengan begitu, mitra bisa mengatasi kendala yang muncul di lapangan," kata dia. Sepanjang tahun ini Sukwoto menargetkan bisa membuka tiga atau empat gerai lagi. Saat ini dia mengaku sedang proses pembicaraan dengan calon mitra di Cikarang, Bekasi dan Condet. Agar semakin diminati pemodal serta konsumen, Sukwoto mengusahakan untuk menambah varian menu. Dari 30 varian rasa yang ditawarkan pada tahun lalu, saat ini sudah bertambah menjadi lebih dari 40 varian rasa. Donat Bakar Usaha yang dikelola oleh Iwan Abu Shalih ini berdiri pada April 2008 silam. Ketika KONTAN mengulas tawaran kemitraan ini di tahun lalu, Donat Bakar alias Dokar telah memiliki 100 mitra di berbagai wilayah di Indonesia. Namun, Iwan bilang saat ini hanya sekitar 85 mitra yang benar-benar aktif menjalankan usaha. Mitra yang masih aktif berjualan paling banyak tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Aceh, dan Medan. Bicara soal nilai investasi, kini paketnya mengalami kenaikan. Sebelumnya paket untuk di Pulau Jawa senilai Rp 7 juta dan Rp 8 juta untuk paket di luar Pulau Jawa. Sekarang menjadi Rp 7,5 juta bagi mitra di Pulau Jawa dan Rp 25 juta jika mitra berada di luar Pulau Jawa.
Perbedaan investasi yang cukup jauh ini, menurut Iwan karena di Pulau Jawa akan didirikan pabrik sehingga tak perlu repot dan kesulitan dalam pendistribusian bahan baku. Sedangkan di luar pulau Jawa akan repot karena stok bahan baku harus melalui pengiriman terlebih dahulu. Harga jual donat juga meningkat. Pada tahun 2014, pihaknya yang membanderol seharga Rp 2.500 sampai Rp 5.000 per donat. Kini, harga per donat naik senilai Rp 3.000 hingga Rp 6.000. Meski gerai berkurang, Iwan tetap fokus mengembangkan menu dengan menambah varian menu. Saat ini sudah ada 44 varian donat yang dijual seperti cokelat, greentea, milo, dan stroberi. Di samping itu ia pro aktif dalam berpromosi via media sosial. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan