Meski banyak hotel bertebaran, penginapan murah sering menjadi tujuan pelancong. Peluang membuka hostel alias pun makin lebar, seiring ramainya wisatawan yang menganut konsep backpacker. Meski terlihat sederhana, usaha penginapan murah ini bisa mendatangkan margin laba hingga 50%. Indonesia dengan budaya masyarakatnya yang masih kental, peninggalan-peninggalan bersejarah, serta tempat-tempat yang menyajikan pemandangan eksotis, membuat banyak wisatawan jatuh hati. Tak heran, sering pelancong melakukan kunjungan berhari-hari supaya bisa puas menikmati keberagaman budaya dan kecantikan alam negeri ini.Biasanya, pelancong-pelancong seperti ini, berwisata dengan konsep backpacker. Lantaran kunjungan ini membutuhkan waktu yang lama, mereka akan mencari penginapan murah untuk memangkas biaya. Salah satu andalan turis yang irit adalah hostel.Hostel merupakan penginapan yang mengadopsi konsep sharing room. Penginapan jenis ini selintas menyerupai sebuah asrama. Satu kamar berisi beberapa tempat tidur bertingkat. Alhasil, tamu harus berbagi kamar dengan pengunjung lain yang mungkin tidak saling mengenal. Begitu juga, pemakaian kamar mandi harus bergantian dengan tamu lain.Model penginapan hostel, sejatinya bukan hal baru. Di negara-negara lain, seperti Malaysia, Singapura hingga Jepang, model penginapan seperti ini sudah jamak ditemui. Maklum, bagi para pelancong tas punggung, banderol tarif hotel masih terbilang mahal. Apalagi, jika setiap kunjungan membutuhkan waktu hingga berhari-hari.Kian ramainya pelancong berbujet rendah membuka peluang bagi bisnis hostel. Bukan cuma untuk wisatawan asing, turis domestik yang kian terbiasa dengan konsep backpacker saat melancong ke luar negeri, juga mulai melirik untuk menginap di hostel.Rati, pengelola Kamar-Kamar for Backpackers, pun melihat potensi yang masih besar di bisnis ini. “Potensinya masih bagus, karena pada dasarnya semakin banyak pelancong yang ingin bepergian ke Indonesia,” ujar dia.Masih tingginya minat turis dari mancanegara ini, menurut Rati, lantaran para wisatawan ini sering menanyakan tujuan wisata yang masih terdengar asing. “Bagi saya, itu menjadi pertanda banyak backpacker yang masih antusias menjelajahi wisata Indonesia. Ini membuka peluang usaha hostel,” terang Rati.Kamar-Kamar for Backpackers sendiri memiliki enam ruang tidur dengan kapasitas 44 tempat tidur. Satu kamar bisa terdiri dari dua hingga 12 tempat tidur. Banderol tarif sewa tempat tidur itu mulai dari Rp 150.000 per malam, untuk seorang tamu.Karena fokus dengan pasar para backpacker, tak heran, hostel yang berdiri sejak Mei 2010 ini kerap dikunjungi oleh backpacker dari dalam dan luar negeri. “Kalau dari luar negeri, kebanyakan datang dari negara-negara di Eropa, Amerika dan Australia,” kata Rati. Dalam seminggu ada sekitar 50 hingga 60 tamu yang menginap di hostel yang berlokasi di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, tersebut. Omzet yang masuk ke kantong pun berkisar antara Rp 30 juta hingga Rp 40 juta saban bulan.Di luar para pelancong, tamu yang datang ke hostel juga bisa pekerja kantoran atau keluarga pasien rumah sakit. Karena letaknya yang dekat dengan RS Darmais dan Harapan kita, Pondok Seruni banyak menerima tamu yang merupakan keluarga dari pasien di ke dua rumah sakit tersebut.Tak heran, meski baru buka pada awal tahun ini, tingkat okupansi hostel yang terletak di Jalan Kemanggisan Ilir Raya, Jakarta Barat itu cukup tinggi. “Okupansi bisa mencapai 50%,” kata Dwi Rahmawati, pemilik Pondok Seruni.Pengunjung akan lebih banyak datang ketika digelar konser musik di Senayan atau laga sepak bola. Memiliki enam kamar dengan daya tampung 15 orang, Dwi menawarkan penginapan ini mulai dengan Rp 150.000 hingga Rp 300.000 per malam. Meski konsepnya sederhana, layaknya doorm atau asrama, usaha hostel menawarkan keuntungan lumayan besar. Rati bilang, margin labanya bisa mencapai 40% hingga 50%.Rapi dan bersihSeperti usaha yang menawarkan jasa penginapan pada umumnya, lokasi menjadi pertimbangan utama dalam membuka usaha hostel. Rati menyarankan, sebaiknya lokasi berada di tempat yang tidak jauh dengan pusat kota. Selain itu, hostel harus berada di lokasi yang mudah dijangkau.Maklum, target pasar hostel adalah orang yang suka menjelajah. “Mereka membutuhkan akses mudah untuk berkeliling di daerah Anda. Lokasi yang dekat pusat dan fasilitas kota lebih baik,” terang Rati.Pendapat Dwi tidak berbeda jauh. Ia menyarankan, sebaiknya lokasi hostel dekat dengan sarana umum, seperti Pondok Seruni yang dekat dengan perkantoran, pusat belanja, rumah sakit, sekolah dan lainnya.Tak seperti hotel, lantaran beberapa fasilitas dipakai bersama, hostel tidak butuh banyak ruang. Tengok saja, Kamar-Kamar for Backpackers hanya berjumlah enam kamar dengan 44 tempat tidur.Karena itu, Anda bisa menyulap ruko tiga lantai yang memiliki luas sekitar 300 m2 menjadi hostel. Rumah tinggal biasa pun bisa diubah menjadi hostel, seperti yang dilakukan oleh Dwi yang merenovasi rumahnya menjadi hostel. Namun, jangan lupa, untuk menyediakan kenyamanan di ruang tidur. Anda harus memikirkan posisi tempat-tempat tidur yang tersedia. Meski serupa dengan asrama, sebisa mungkin, penataan tempat tidur meninggalkan kesan yang lega. Tak hanya itu, pertimbangkan pula kemudahan jalur sirkulasi di dalam kamar, supaya tetap tercipta kesan privasi.Untuk menciptakan kesan yang rapi dan teratur, sebaiknya model tempat tidur beserta perkakasnya dibuat sesederhana mungkin dan seragam. Pastikan tempat tidur ini punya struktur yang kuat, karena Anda menyasar pasar turis asing yang berpostur badan besar.Begitu pula dengan sarung bantal, seprai dan selimut. Sebaiknya juga disediakan dalam satu warna, supaya lebih kompak, bersih dan rapi.Rati pun menyarankan, untuk menyediakan fasilitas komplet di setiap kamar. “Setidaknya ada pendingin ruangan dan koneksi internet tanpa kabel (WiFi),” ujar dia. Pengelola juga harus menyiapkan air minum, kopi dan teh di setiap kamar. Fasilitas yang tersedia di kamar mandi mencakup shower air hangat dan air dingin.Untuk menghemat ruang, pengelola bisa membuat loker atau lemari bersusun sebagai fasilitas penyimpanan tamu. “Setiap tamu mendapat satu loker dan kuncinya,” ujar dia. Ruang loker bisa dibuat menyatu dengan kamar.Di luar ruang-ruang tidur, beberapa ruang bersama bisa dikembangkan dalam hostel. Kamar-kamar for Backpackers sendiri memiliki beberapa ruang bersama, seperti lobi, pantry, dan rooftop. Mereka melengkapi ruang di atas atap ini perangkat barbeque. “Biasanya, menjadi tempat bersantai, merokok dan barbeque," ujar Rati.Keberadaan petugas kebersihan (room service) jangan sampai terlewatkan. Meski hostel menyasar pelancong dengan bujet terbatas, kebersihan tetap menjadi perhatian penting. Apalagi, untuk ruang-ruang yang dipakai secara bersama.Kebersihan dan kerapihan juga menjadi senjata jitu untuk memikat pelanggan. Bila menjadi pelancong, tentu Anda tak ingin menginap di tempat yang pengap dan terlihat kotor, kan?Tak seperti hotel, pengelola hostel tak harus menyediakan sarapan pagi. “Karena biasanya, tamu yang datang ke hostel lebih banyak melakukan aktivitas di luar, urusan makan jangan terlalu repot. Pada dasarnya, mereka di hostel hanya ingin istirahat saja,” kata Rati.Begitu juga layanan laundry. Rati menggandeng pihak ketiga untuk menyediakan jasa itu di hostelnya. “Tamu biasanya memilih mencuci sendiri pakaiannya,” papar dia.Ada baiknya Anda menyediakan kendaraan untuk antar-jemput tamu, dari dan ke bandara. Fasilitas antar jemput ini memudahkan tamu mencapai hostel dan bisa menjadi satu nilai lebih layanan hostel.Tak ada salahnya menawarkan sewa kendaraan. Meski berbujet rendah, turis asing kerap menyewa mobil jika ingin mencapai tujuan wisata yang belum dilayani angkutan umum. Apalagi, apabila tamu datang dalam rombongan.Di luar itu semua, pastikan Anda dan pekerja hostel tahu dasar-dasar bahasa Inggris. Selain itu, setidaknya, Anda dan karyawan membekali diri dengan info yang lengkap mengenai tempat-tempat menarik dan unik, mulai dari tempat wisata hingga kuliner yang berada di daerah hostel. “Berbagai info itu, sering ditanyakan oleh para tamu,” kata Rati. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menangkap fulus dari pelancong yang irit
Meski banyak hotel bertebaran, penginapan murah sering menjadi tujuan pelancong. Peluang membuka hostel alias pun makin lebar, seiring ramainya wisatawan yang menganut konsep backpacker. Meski terlihat sederhana, usaha penginapan murah ini bisa mendatangkan margin laba hingga 50%. Indonesia dengan budaya masyarakatnya yang masih kental, peninggalan-peninggalan bersejarah, serta tempat-tempat yang menyajikan pemandangan eksotis, membuat banyak wisatawan jatuh hati. Tak heran, sering pelancong melakukan kunjungan berhari-hari supaya bisa puas menikmati keberagaman budaya dan kecantikan alam negeri ini.Biasanya, pelancong-pelancong seperti ini, berwisata dengan konsep backpacker. Lantaran kunjungan ini membutuhkan waktu yang lama, mereka akan mencari penginapan murah untuk memangkas biaya. Salah satu andalan turis yang irit adalah hostel.Hostel merupakan penginapan yang mengadopsi konsep sharing room. Penginapan jenis ini selintas menyerupai sebuah asrama. Satu kamar berisi beberapa tempat tidur bertingkat. Alhasil, tamu harus berbagi kamar dengan pengunjung lain yang mungkin tidak saling mengenal. Begitu juga, pemakaian kamar mandi harus bergantian dengan tamu lain.Model penginapan hostel, sejatinya bukan hal baru. Di negara-negara lain, seperti Malaysia, Singapura hingga Jepang, model penginapan seperti ini sudah jamak ditemui. Maklum, bagi para pelancong tas punggung, banderol tarif hotel masih terbilang mahal. Apalagi, jika setiap kunjungan membutuhkan waktu hingga berhari-hari.Kian ramainya pelancong berbujet rendah membuka peluang bagi bisnis hostel. Bukan cuma untuk wisatawan asing, turis domestik yang kian terbiasa dengan konsep backpacker saat melancong ke luar negeri, juga mulai melirik untuk menginap di hostel.Rati, pengelola Kamar-Kamar for Backpackers, pun melihat potensi yang masih besar di bisnis ini. “Potensinya masih bagus, karena pada dasarnya semakin banyak pelancong yang ingin bepergian ke Indonesia,” ujar dia.Masih tingginya minat turis dari mancanegara ini, menurut Rati, lantaran para wisatawan ini sering menanyakan tujuan wisata yang masih terdengar asing. “Bagi saya, itu menjadi pertanda banyak backpacker yang masih antusias menjelajahi wisata Indonesia. Ini membuka peluang usaha hostel,” terang Rati.Kamar-Kamar for Backpackers sendiri memiliki enam ruang tidur dengan kapasitas 44 tempat tidur. Satu kamar bisa terdiri dari dua hingga 12 tempat tidur. Banderol tarif sewa tempat tidur itu mulai dari Rp 150.000 per malam, untuk seorang tamu.Karena fokus dengan pasar para backpacker, tak heran, hostel yang berdiri sejak Mei 2010 ini kerap dikunjungi oleh backpacker dari dalam dan luar negeri. “Kalau dari luar negeri, kebanyakan datang dari negara-negara di Eropa, Amerika dan Australia,” kata Rati. Dalam seminggu ada sekitar 50 hingga 60 tamu yang menginap di hostel yang berlokasi di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, tersebut. Omzet yang masuk ke kantong pun berkisar antara Rp 30 juta hingga Rp 40 juta saban bulan.Di luar para pelancong, tamu yang datang ke hostel juga bisa pekerja kantoran atau keluarga pasien rumah sakit. Karena letaknya yang dekat dengan RS Darmais dan Harapan kita, Pondok Seruni banyak menerima tamu yang merupakan keluarga dari pasien di ke dua rumah sakit tersebut.Tak heran, meski baru buka pada awal tahun ini, tingkat okupansi hostel yang terletak di Jalan Kemanggisan Ilir Raya, Jakarta Barat itu cukup tinggi. “Okupansi bisa mencapai 50%,” kata Dwi Rahmawati, pemilik Pondok Seruni.Pengunjung akan lebih banyak datang ketika digelar konser musik di Senayan atau laga sepak bola. Memiliki enam kamar dengan daya tampung 15 orang, Dwi menawarkan penginapan ini mulai dengan Rp 150.000 hingga Rp 300.000 per malam. Meski konsepnya sederhana, layaknya doorm atau asrama, usaha hostel menawarkan keuntungan lumayan besar. Rati bilang, margin labanya bisa mencapai 40% hingga 50%.Rapi dan bersihSeperti usaha yang menawarkan jasa penginapan pada umumnya, lokasi menjadi pertimbangan utama dalam membuka usaha hostel. Rati menyarankan, sebaiknya lokasi berada di tempat yang tidak jauh dengan pusat kota. Selain itu, hostel harus berada di lokasi yang mudah dijangkau.Maklum, target pasar hostel adalah orang yang suka menjelajah. “Mereka membutuhkan akses mudah untuk berkeliling di daerah Anda. Lokasi yang dekat pusat dan fasilitas kota lebih baik,” terang Rati.Pendapat Dwi tidak berbeda jauh. Ia menyarankan, sebaiknya lokasi hostel dekat dengan sarana umum, seperti Pondok Seruni yang dekat dengan perkantoran, pusat belanja, rumah sakit, sekolah dan lainnya.Tak seperti hotel, lantaran beberapa fasilitas dipakai bersama, hostel tidak butuh banyak ruang. Tengok saja, Kamar-Kamar for Backpackers hanya berjumlah enam kamar dengan 44 tempat tidur.Karena itu, Anda bisa menyulap ruko tiga lantai yang memiliki luas sekitar 300 m2 menjadi hostel. Rumah tinggal biasa pun bisa diubah menjadi hostel, seperti yang dilakukan oleh Dwi yang merenovasi rumahnya menjadi hostel. Namun, jangan lupa, untuk menyediakan kenyamanan di ruang tidur. Anda harus memikirkan posisi tempat-tempat tidur yang tersedia. Meski serupa dengan asrama, sebisa mungkin, penataan tempat tidur meninggalkan kesan yang lega. Tak hanya itu, pertimbangkan pula kemudahan jalur sirkulasi di dalam kamar, supaya tetap tercipta kesan privasi.Untuk menciptakan kesan yang rapi dan teratur, sebaiknya model tempat tidur beserta perkakasnya dibuat sesederhana mungkin dan seragam. Pastikan tempat tidur ini punya struktur yang kuat, karena Anda menyasar pasar turis asing yang berpostur badan besar.Begitu pula dengan sarung bantal, seprai dan selimut. Sebaiknya juga disediakan dalam satu warna, supaya lebih kompak, bersih dan rapi.Rati pun menyarankan, untuk menyediakan fasilitas komplet di setiap kamar. “Setidaknya ada pendingin ruangan dan koneksi internet tanpa kabel (WiFi),” ujar dia. Pengelola juga harus menyiapkan air minum, kopi dan teh di setiap kamar. Fasilitas yang tersedia di kamar mandi mencakup shower air hangat dan air dingin.Untuk menghemat ruang, pengelola bisa membuat loker atau lemari bersusun sebagai fasilitas penyimpanan tamu. “Setiap tamu mendapat satu loker dan kuncinya,” ujar dia. Ruang loker bisa dibuat menyatu dengan kamar.Di luar ruang-ruang tidur, beberapa ruang bersama bisa dikembangkan dalam hostel. Kamar-kamar for Backpackers sendiri memiliki beberapa ruang bersama, seperti lobi, pantry, dan rooftop. Mereka melengkapi ruang di atas atap ini perangkat barbeque. “Biasanya, menjadi tempat bersantai, merokok dan barbeque," ujar Rati.Keberadaan petugas kebersihan (room service) jangan sampai terlewatkan. Meski hostel menyasar pelancong dengan bujet terbatas, kebersihan tetap menjadi perhatian penting. Apalagi, untuk ruang-ruang yang dipakai secara bersama.Kebersihan dan kerapihan juga menjadi senjata jitu untuk memikat pelanggan. Bila menjadi pelancong, tentu Anda tak ingin menginap di tempat yang pengap dan terlihat kotor, kan?Tak seperti hotel, pengelola hostel tak harus menyediakan sarapan pagi. “Karena biasanya, tamu yang datang ke hostel lebih banyak melakukan aktivitas di luar, urusan makan jangan terlalu repot. Pada dasarnya, mereka di hostel hanya ingin istirahat saja,” kata Rati.Begitu juga layanan laundry. Rati menggandeng pihak ketiga untuk menyediakan jasa itu di hostelnya. “Tamu biasanya memilih mencuci sendiri pakaiannya,” papar dia.Ada baiknya Anda menyediakan kendaraan untuk antar-jemput tamu, dari dan ke bandara. Fasilitas antar jemput ini memudahkan tamu mencapai hostel dan bisa menjadi satu nilai lebih layanan hostel.Tak ada salahnya menawarkan sewa kendaraan. Meski berbujet rendah, turis asing kerap menyewa mobil jika ingin mencapai tujuan wisata yang belum dilayani angkutan umum. Apalagi, apabila tamu datang dalam rombongan.Di luar itu semua, pastikan Anda dan pekerja hostel tahu dasar-dasar bahasa Inggris. Selain itu, setidaknya, Anda dan karyawan membekali diri dengan info yang lengkap mengenai tempat-tempat menarik dan unik, mulai dari tempat wisata hingga kuliner yang berada di daerah hostel. “Berbagai info itu, sering ditanyakan oleh para tamu,” kata Rati. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News