KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Posisi beli bersih (
net buy) dua hari beruntun belum bisa menjamin kembalinya arus dana dari investor asing ke pasar saham Indonesia (
capital inflow). Sejalan dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), asing berbalik melakukan jual bersih (net sell). IHSG turun 0,18% ke posisi 7.313,31 pada Kamis (5/12). Secara bersamaan, terjadi
net sell sebesar Rp 304,71 miliar di seluruh pasar.
Dua hari sebelumnya, saat IHSG melonjak 2,11% dan 1,82%, asing melakukan
net buy senilai Rp 2,08 triliun dan Rp 744,64 miliar.
Baca Juga: Emiten Big Caps Beri Keuntungan Tinggi dari Dividen Ketimbang Capital Gain? Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus mengamati, inflow yang terjadi kemungkinan karena antisipasi investor terhadap window dressing. Apalagi sejumlah saham berkapitalisasi pasar besar (
big cap) maupun blue chip sudah mengalami koreksi. Tapi, belum ada kepastian
inflow akan konsisten mengalir di akhir tahun ini. Daniel menduga investor masih
wait and see terhadap sejumlah sentimen, terutama arah kebijakan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia (BI). "Inflow kemungkinan akan kembali masuk apabila The Fed dan BI memangkas suku bunga di Desember ini," ungkap Daniel kepada Kontan.co.id, Kamis (5/12). Investment Specialist Syailendra Capital Karen Miranti mengamini, kebijakan moneter terutama arah suku bunga The Fed akan menjadi sentimen penting. Jika The Fed melanjutkan pemangkasan suku bunga, maka dapat meningkatkan daya tarik emerging market, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Menanti Data Pekerja AS, Cek Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Jumat (6/12) Langkah The Fed juga akan memengaruhi bank sentral lainnya, termasuk BI. Adapun, The Fed akan mengadakan Federal Open Market Committe (FOMC) pada 17 - 18 Desember. BI juga akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada tanggal yang sama. Di samping suku bunga, faktor lain yang dapat memengaruhi capital inflow adalah stabilitas nilai tukar rupiah dan pergerakan yield obligasi. Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menimpali, dalam dua pekan terakhir nilai tukar rupiah sudah mulai stabil di kisaran Rp 15.850 - Rp 15.950 per dolar AS. Sementara pergerakan yield obligasi Indonesia yang mulai di atas 7% bisa dikatakan mulai menarik minat investor global untuk kembali masuk. "Namun masih terlalu awal untuk mengatakan capital inflow benar-benar akan kuat berlanjut hingga akhir tahun karena masih minim katalis positif," tegas Pandhu.
Baca Juga: IHSG Koreksi, Cek Rekomendasi Teknikal Saham ANTM, MEDC, ELSA untuk Jumat (6/12) Praktisi Pasar Modal & Founder WH Project William Hartanto sepakat, pasar belum mendapat sentimen atau momentum yang signifikan. Indikasi pembalikkan arah dari outflow ke inflow akan terlihat dari nilai dan konsistensi terjadinya
net buy. Daniel mengamini, indikasi tren inflow telah kembali dapat dilihat dari nilai yang masuk, paling tidak bisa mendekati arus dana yang keluar.
Contohnya, jika pada pekan lalu terjadi net sell senilai Rp 3,89 triliun, maka pada pekan ini mesti
net buy dengan mendekati level tersebut. Catatan Daniel, indikator yang lebih akurat bisa terjadi pada nilai net buy atau net sell di pasar reguler. "Jadi kalau dalam beberapa waktu ke depan inflow asing mendekati level outflow, bisa dikatakan inflow-nya mulai kembali," terang Daniel.
Baca Juga: Kerek Harga Jual dan Perkuat Ekspor, Analis Rekomendasi Beli Saham Sido Muncul (SIDO) Editor: Yudho Winarto