Menangkar peluang serangga penawar diabetes (1)



JAKARTA. Pamor obat-obatan herbal tidak ada matinya. Berbagai jenis tanaman dan binatang dipercaya memiliki khasiat khusus untuk kesehatan tubuh manusia. Salah satu yang juga banyak diperjual belikan adalah serangga undur-undur.

Dalam bahasa latin undur-undur juga dikenal dengan nama Myrmeleon Sp. Serangga ini konon memiliki khasiat utuk mengobati penyakit diabetes. “Cara makannya bisa langsung, ada juga yang dikonsumsi berupa ekstraknya,” tutur Desi Ratnasari, salah satu penjual undur-undur.

Sejak tahun 2010, Desi bersama sang suami Mujiono menjual undur-undur secara online. Sebagaimana Desi menjelaskan, binatang ini biasanya dijual dan dikonsumsi dalam keadaan hidup. “Awalnya kami menjual memang karena melihat khasiatnya yang mulai dipercaya banyak orang,” jelas Desi.


Melalui blog yang dikelola bersama suami, Desi menjual undur-undur dengan harga Rp 900 per ekor. Desi bilang, minimal pembelian undur-undur adalah 50 ekor. Dalam sebulan, Desi bisa menjual hingga 1.000 ekor undur-undur.

Mengelola toko daringnya dari Semarang, Desi kerap melayani permintaan undur-undur ke sejumlah kota, seperti Jakarta, Surabaya, Palembang dan Surakarta. “Kalau budidaya undur-undur itu di daerah Demak,” tutur Desi. Hingga saat ini, permintaan undur-undur belum pernah putus. Bisnis ini pun awet dilakoni Desi sejak tujuh tahun lalu.

Pembudidaya undur-undur lainnya adalah Dede Hermawan di Sumedang, Jawa Barat. Merawat dan membudidaya undur-undur sejak tahun 2012, Dede mengaku tidak sulit menekuni usaha ini. Untuk budidayanya sendiri, ia cukup menggunakan kandang disamping rumah seluas 5 meter x 5 meter.

Dede bilang, varietas undur-undur banyak ditemukan di beberapa daerah Indonesia termasuk di Pulau Jawa. eminatnya sendiri tidak hanya dari Jawa, tapi juga dari Kalimantan, Sulawesi, Bali, Papua hingga Malaysia. "Hewan ini besar, unik dan banyak diolah menjadi obat herbal," ujar Dede.

Harga yang dibanderol untuk undur-undur hidup yaitu Rp 500 per ekor. Selain itu ada juga paket 180 ekor senilai Rp 100.000 dan paket 400 ekor senilai Rp 200.000. Dalam sebulan, Dede bisa menjual minimal 3.000 ekor undur-undur per bulan. Jadi omzetnya minimal sekitar Rp 2 juta per bulan.

Dede aktif memasarkan melalui blog ataupun sosial media Ffacebook. "Peminatnya untuk tahun ini kebanyakan dari luar negeri karena lihat dari internet," sebutnya.

Ia optimistis, ke depannya permintaan undur-undur untuk bahan obat herbal akan terus meningkat, baik di dalam maupun luar negeri. 

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri