Menanti akhir krisis anggaran Amerika



JAKARTA. Mata para investor kini tertuju ke Amerika Serikat (AS). Pasalnya, besok 17 Oktober 2013 adalah tenggat waktu bagi AS untuk menaikkan pagu utang (debt ceiling) agar terhindar dari ancaman gagal bayar alias default.

Meski kabar ada kemajuan pembicaraan antaranggota Kongres AS, toh itu tak meredakan kecemasan investor finansial di seantero dunia.

Maklum, pasar masih menunggu kata sepakat para anggota kongres untuk menaikkan batas utang demi menghindari kegagalan bayar utang Pemerintah AS.


Gagal bayar akan berdampak besar bagi pasar finansial di seluruh dunia. Bila Kongres tak menyetujui debt ceiling, "Bursa dunia akan runtuh, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)," ujar John Daniel Rachmat, Kepala Riset Mandiri Sekuritas.

Hitungan John, minimal IHSG akan jatuh sebesar 25% dalam dua bulan sampai tiga bulan ke depan. "Bahkan, mungkin jauh lebih besar lagi kejatuhannya," ujar dia lagi.

Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo melihat, jika negara adikuasa ini gagal bayar, pasar saham di seluruh dunia akan rontok. Ini akan berdampak juga ke Indonesia. Berbeda dengan John, Satrio Utomo memprediksi, IHSG tak akan terperosok dalam seperti yang terjadi bulan Agustus-September lalu. Hingga akhir 2013, dugaan dia, IHSG akan bertengger di kisaran 4.400-4.800.

Sebaliknya, bila AS sepakat menaikkan batas utang maka ini akan mengembuskan angin segar ke pasar modal. Kata Satrio, sentimen ini akan membawa IHSG ke level 5.000 akhir tahun ini. "Kalau tutup di 5.000, itu bonus," ujar dia.

Setali tiga uang, John menyatakan, batas utang AS yang naik akan memompa optimisme ke bursa saham global. Dan, ini membuka peluang IHSG ke level 5.000 di akhir tahun.

Apalagi, ekonomi Indonesia mulai kembali membaik. Inflasi pada bulan September berangsur turun, neraca perdagangan Indonesia bulan Agustus 2013 juga mencatat surplus US$ 132 juta dari sebelumnya defisit US$ 3,2 miliar di bulan Juli. Cadangan devisa Indonesia juga naik menjadi US$ 95,7 miliar di September 2013. Bank Indonesia tak lagi mengerek suku bunga, memilih untuk menahan BI rate di level 7,25%. "Ini menunjukkan kondisi terburuk berlalu," ujar John.

Krisna Dwi Setiawan, analis Lautandhana Securities yakin, AS akan menaikkan batas utangnya, dan tak akan membiarkan terjadi default. "Kalau tidak naik, kredibilitas AS akan dipertanyakan semua negara," ujar dia.

Jika kredibilitas AS turun, efek dominonya besar karena pasar keuangan dunia rontok. Risiko investasi di AS juga meningkat, dan menyebabkan harga US treasury turun sementara yield naik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana