Menanti Data Inflasi AS, Rupiah Menguat Pada Hari Ini (12/7)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah ditutup menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (12/7). Penguatan rupiah dipengaruhi ekspektasi turunnya inflasi AS yang menyebabkan kinerja dolar Amerika Serikat (AS) melemah.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar merosot ke level terendah dua bulan terhadap mata uang utama pada hari ini, menjelang pembacaan inflasi AS. Investor fokus pada data inflasi AS yang akan dirilis pada Rabu (12/7) malam, dengan ekspektasi harga konsumen inti turun ke level 5% secara tahunan pada bulan Juni 2023.

“Angka tersebut akan memberikan kejelasan lebih lanjut tentang kemajuan Federal Reserve dalam perjuangannya melawan inflasi,” tulis Ibrahim dalam riset harian, Rabu (12/7).


Adapun data tradingeconomics menunjukkan, tingkat inflasi harga konsumen inti tahunan AS, turun menjadi 4,8% pada Juni 2023 yang merupakan level terendah sejak Oktober 2021. Inflasi inti tahunan AS bulan Juni 2023 menurun dari 5,3% pada bulan sebelumnya dan di bawah ekspektasi pasar sebesar 5%.

Secara bulanan, harga konsumen inti bulan Juni 2023 naik 0,2% dari bulan sebelumnya. Angka ini juga lebih rendah dari perkiraan kenaikan 0,3%.

Menurut Ibrahim, inflasi yang lengket secara luas diperkirakan akan menarik lebih banyak kenaikan suku bunga dari Fed, dengan bank sentral AS tersebut akan menaikkan suku bunga setidaknya 25 bps dalam pertemuan akhir Juli.

Baca Juga: Perkasa, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 15.075 Per Dolar AS Pada Hari Ini (12/7)

Komentar terbaru dari pejabat Fed menegaskan kembali bahwa bank sentral untuk sementara hampir mencapai suku bunga puncaknya, suku bunga masih akan naik dalam waktu dekat. Suku bunga AS juga diperkirakan akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.

“Fokus minggu ini juga pada komentar dari pejabat Fed, termasuk Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari dan Presiden Fed Cleveland Loretta Mester,” imbuh Ibrahim.

Sementara itu, Ibrahim melihat, Beijing kemungkinan akan meningkatkan pengeluaran stimulus untuk mendukung perekonomian. Laporan tersebut muncul setelah banyak pembacaan ekonomi yang lemah dari China menunjukkan pemulihan ekonomi pasca-covid yang melambat, pada gilirannya telah merusak harga tembaga.

Tetapi langkah-langkah stimulus lebih lanjut, terutama yang ditujukan untuk sektor properti, diperkirakan akan meningkatkan ekonomi China, dan pada gilirannya permintaan tembaga.

Dari internal, pemulihan ekonomi Indonesia yang semakin kuat turut mendukung rupiah, terutama sejak diterpa pandemi Covid-19 tiga tahun lalu. Optimisme proses pemulihan ekonomi yang kuat dan stabil mendorong Indonesia kembali masuk di dalam kelompok upper-middle income country alias negara berpenghasilan menengah atas.

Selain itu, ekonomi Indonesia pada 2022 tumbuh 5,31% atau di atas target APBN 5,2%. Secara level, PDB riil tahun 2022 Indonesia sudah 7% di atas PDB sebelum terjadinya pandemi tahun 2019.

“Capaian ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang mampu terus melakukan ekspansi secara tangguh dan konsisten. Terutama, di tengah dinamika perekonomian global yang sangat volatile pada periode tersebut yang telah menyebabkan banyak negara kembali mengalami pelemahan ekonomi,” ujar Ibrahim.

Ibrahim menilai, pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2022 terjadi secara lebih merata. Seluruh sektor produksi dan seluruh wilayah di Indonesia telah mampu bangkit dan tumbuh positif kembali.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga telah menurun dari 6,49% menjadi 5,86% dibandingkan antara tahun 2021 ke 2022. Rasio Gini tetap, tingkat kemiskinan menurun dari 9,71% menjadi 9,57% dan Indeks Pembangunan Manusia naik dari 72,29 menjadi 72,91.

Baca Juga: Simak Proyeksi Pergerakan Rupiah, Kamis (13/7)

Efektivitas kebijakan penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi, serta berbagai transformasi struktural membawa ekonomi Indonesia bertahan di dalam pertumbuhan yang relatif tinggi sejak kuartal I-2021, tumbuh terus di atas 5%.

Ibrahim memperkirakan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang  Rp 15.010 per dolar AS - Rp 15.130 per dolar AS pada perdagangan Kamis (13/7). Mengutip Bloomberg, rupiah spot menguat 0,52% ke level Rp 15.075 per dolar Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari