Menanti Dividen Jumbo Emiten Tambang Batubara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten tambang batubara panen laba di tahun lalu. Efek commodity windfall tahun lalu diestimasikan berdampak pada besarnya pembagian dividen emiten pertambangan batubara tahun ini.

Salah satu emiten yang diekspektasikan membagikan dividen besar adalah PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan menyebut, saat ini posisi kas PTBA sangat melimpah, mencapai hampir Rp 16 triliun.

Dengan mengasumsikan realisasi belanja modal 2023 sekitar 90% dari target atau sekitar Rp 5,7 triliun, PTBA seharusnya masih dapat memberikan dividen dengan rasio pembayaran sekitar 80% dari laba bersih 2022. Pembayaran dividen ini setara dengan imbal hasil (yield) sekitar 23%.


Senada, Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario memperkirakan, potensi dividend payout ratio (DPR) Bukit Asam bisa menyentuh 80%. Dengan asumsi tersebut, dividend per share PTBA berada di kisaran Rp 875, dengan dividend yield dapat mencapai 25%.

Baca Juga: Simak Target dan Rencana Bisnis Emiten BUMN Tambang pada Tahun Ini

Sementara untuk PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), Alif mengestimasikan pembayaran dividen secara konservatif di kisaran 45% dari laba bersih. Dengan estimasi ini, maka dividend per share ADRO berada di Rp 526 per saham dan dengan estimasi dividend yield menyentuh level 16%.

Hanya saja, mengingat laba bersih ADRO yang naik 2,6 kali lipat dari 2021, besaran dividen yang diberikan oleh ADRO berpotensi bisa lebih besar. Setidaknya, dengan laba bersih tahun lalu, rasio pembayaran dividen Adaro bisa sebesar 60% dengan potensi dividen per saham Rp 701 per saham atau setara dividend yield 21%.

Sebagai pengingat, pada 23 Januari 2023 lalu, emiten milik Garibaldi ‘Boy’ Thohir ini mengumumkan pembagian dividen interim yang jumbo, yakni sebesar US$ 500 juta atau US$ 0,016 per saham (setara dengan Rp 251 per saham).

Berbeda dengan ADRO dan PTBA, hilal dividen PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sudah  terlihat jelas. Pada rapat umum pemegang saham (RUPS) yang digelar pada Kamis (30/3), pemegang saham menyetujui untuk mengeluarkan dividen Rp 6.416 per saham dengan rasio pembayaran dividen 65%. Sehingga, ekspektasi Alif, besaran dividend yield saham ITMG berada di kisaran level 16%.

“Tentu saja kita ekspektasikan dividen yang melimpah seusai emiten-emiten batubara diuntungkan dari commodity booming,” terang Alif kepada Kontan.co.id, Senin (3/4).

Head of Research DBS Group Maynard Arif menilai, harga komoditas batubara dan logam seperti nikel akan cenderung terkoreksi tahun ini. Akan tetapi, Maynard menilai, harga komoditas tambang  tidak akan serendah pada periode 2020. “Harganya akan turun tapi tidak akan seperti sebelum pandemi,” kata Maynard.

Untuk itu, dia menilai windfall profit masih tetap terjadi tahun ini, meski memang tidak secemerlang tahun lalu. Sehingga, kinerja emiten tambang batubara seperti PTBA memang akan lebih rendah dibandingkan tahun 2022 yang sudah mencapai puncaknya.

Namun, sentimen positif datang dari pembagian dividen tahun buku 2022 yang berpotensi  akan lebih tinggi seiring melonjaknya kinerja emiten tambang tahun lalu.

Tahun ini, kata Alif, sejumlah sentimen masih akan membayangi pasar batubara. Dengan dibukanya kembali perbatasan ekonomi di China, aktivitas ekonomi di negeri tirai bambu tersebut siap untuk dimulai kembali.

Untuk memenuhi kebutuhan energinya, Pemerintah China berencana untuk membangun tambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara sebesar 50 megawatt (MW). Ini dapat menjadi angin segar bagi harga batubara karena sepertiga dari konsumsi batubara global untuk pembangkit listrik berasal dari China.

Sementara itu, India menghadapi gelombang panas yang parah pada musim panas ini, menyebabkan lonjakan penggunaan listrik untuk air conditioner (AC). Sebanyak 49,6% bauran listriknya masih bergantung pada pembangkit listrik tenaga batubara.

Di sisi lain, terdapat penurunan selera investasi ke proyek batubara. Namun, pembangkit listrik energi terbarukan belum sepenuhnya matang untuk mengambil alih pembangkit listrik tenaga batubara, setidaknya untuk 2023.

Kebijakan harga batubara acuan (HBA) yang baru diberlakukan Kementerian ESDM juga menimbulkan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) yang lebih tinggi bagi perusahaan batubara.

MNC Sekuritas menyematkan rating hold saham ADRO dengan target harga Rp 3.100. Pembagian dividen dan buyback saham bisa berdampak bagi saham ADRO dalam jangka pendek.

Namun, risiko yang menggelayuti saham ADRO meliputi aktivitas ekonomi yang moderat di China, hawa musim panas yang lebih sejuk di India, persaingan harga dari batubara Australia, serta kondisi cuaca.

Sementara BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy saham PTBA dengan target harga Rp 4.600 dan buy saham ITMG dengan target harga Rp 45.000 per saham.

Baca Juga: Tengah Terkoreksi, Ini Rekomendasi Saham Emiten Batubara Jagoan Analis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat