JAKARTA. Ada perusahaan baru yang muncul langsung menggurita. Namanya, Group Lippo. Peresmian nama Group Lippo sebagai nama resmi institusi bisnis berlangsung seiring pengumuman nama politisi Partai Golkar, Theo L. Sambuaga, sebagai Presiden Direktur (Presdir) Group Lippo, Rabu (22/9).Maklum, selama ini, para petinggi Lippo selalu menepis bahwa Group Lippo itu nama sebuah perusahaan. Kini, jelas bahwa memang ada perusahaan bernama Group Lippo.Nah, politisi kawakan dan mantan menteri itu menggantikan Roy E Tirtadji. Sebelum menjabat Presdir Group Lippo, Theo tercatat sebagai Presiden Komisaris Lippo. "Saya bertugas mensinergikan setiap presiden direktur dan para profesional yang ada di Grup Lippo," kata Theo.Pengumuman Theo bersamaan dengan peringatan 60 tahun bisnis Group Lippo. Chief Executive Officer (CEO) Group Lippo James Riady menjelaskan, pemilihan Theo sebagai presdir itu untuk menopang tujuan bisnis Lippo yang akan gencar berekspansi ke kawasan Indonesia Timur. Kebetulan, Theo berasal dari Manado, Sulawesi Utara, salah satu wilayah di Indonesia Timur."Lippo akan mengembangkan pendidikan, kesehatan, dan jasa di Indonesia Timur," terang James.Demi melancarkan ekspansi ke kawasan Timur Indonesia, Lippo sudah menyiapkan dana hingga Rp 10 triliun. Dengan dana itu, Lippo akan membangun rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur multimedia di Indonesia Timur. Bermula dari toko sepeda Belakangan, Lippo memang makin getol merambah kawasan Indonesia Timur. Maret lalu, sebagai contoh, Lippo meneken nota kesepahaman (MoU) dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk pembangunan Centre Point of Indonesia. Itu adalah adalah proyek properti terpadu bernilai triliunan rupiah, di Pantai Losari dan Tanjung Bunga. Lippo juga akan membangun properti perkantoran di Sulawesi Tenggara.Sektor properti, rumah sakit, pendidikan, media, dan ritel, tampak lebih mendominasi fokus bisnis Lippo pada satu dekade terakhir. Masa sebelumnya, kelompok usaha ini lebih tenar sebagai jagoan di industri keuangan, mulai dari perbankan, asuransi, serta perusahaan sekuritas.Sebagai catatan saja, raksasa bisnis ini dibangun Mochtar Riady pada 1950 dengan membuka toko sepeda. Pria kelahiran Malang 1929, ini kemudian dikenal sebagai pemimpin bisnis yang unik dengan kemampuan menyelamatkan bank yang nyaris kolaps.Tahun 1960-1971, pria yang kini berusia 82 tahun itu berhasil mengubah bank-bank rugi menjadi bank yang untung, di antaranya Bank Kemakmuran dan Bank Buana. Pada 1970, dia mendirikan Panin Bank dengan menyatukan lima bank. Tahun 1975, Mochtar merevitalisasi Bank Central Asia (BCA). Pada 1990, saat Mochtar meninggalkan BCA, bank itu mencatatkan aset senilai lebih dari Rp 7,5 triliun dengan laba bersih Rp 53 miliar.Dia mengawali bisnis perbankan sendiri pada 1980, saat membeli Bank Perniagaan yang kemudian berubah nama menjadi Bank Lippo. Krisis 1998, Bank Lippo masuk program rekapitalisasi Badan penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Menanti gerakan Lippo di Timur
JAKARTA. Ada perusahaan baru yang muncul langsung menggurita. Namanya, Group Lippo. Peresmian nama Group Lippo sebagai nama resmi institusi bisnis berlangsung seiring pengumuman nama politisi Partai Golkar, Theo L. Sambuaga, sebagai Presiden Direktur (Presdir) Group Lippo, Rabu (22/9).Maklum, selama ini, para petinggi Lippo selalu menepis bahwa Group Lippo itu nama sebuah perusahaan. Kini, jelas bahwa memang ada perusahaan bernama Group Lippo.Nah, politisi kawakan dan mantan menteri itu menggantikan Roy E Tirtadji. Sebelum menjabat Presdir Group Lippo, Theo tercatat sebagai Presiden Komisaris Lippo. "Saya bertugas mensinergikan setiap presiden direktur dan para profesional yang ada di Grup Lippo," kata Theo.Pengumuman Theo bersamaan dengan peringatan 60 tahun bisnis Group Lippo. Chief Executive Officer (CEO) Group Lippo James Riady menjelaskan, pemilihan Theo sebagai presdir itu untuk menopang tujuan bisnis Lippo yang akan gencar berekspansi ke kawasan Indonesia Timur. Kebetulan, Theo berasal dari Manado, Sulawesi Utara, salah satu wilayah di Indonesia Timur."Lippo akan mengembangkan pendidikan, kesehatan, dan jasa di Indonesia Timur," terang James.Demi melancarkan ekspansi ke kawasan Timur Indonesia, Lippo sudah menyiapkan dana hingga Rp 10 triliun. Dengan dana itu, Lippo akan membangun rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur multimedia di Indonesia Timur. Bermula dari toko sepeda Belakangan, Lippo memang makin getol merambah kawasan Indonesia Timur. Maret lalu, sebagai contoh, Lippo meneken nota kesepahaman (MoU) dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk pembangunan Centre Point of Indonesia. Itu adalah adalah proyek properti terpadu bernilai triliunan rupiah, di Pantai Losari dan Tanjung Bunga. Lippo juga akan membangun properti perkantoran di Sulawesi Tenggara.Sektor properti, rumah sakit, pendidikan, media, dan ritel, tampak lebih mendominasi fokus bisnis Lippo pada satu dekade terakhir. Masa sebelumnya, kelompok usaha ini lebih tenar sebagai jagoan di industri keuangan, mulai dari perbankan, asuransi, serta perusahaan sekuritas.Sebagai catatan saja, raksasa bisnis ini dibangun Mochtar Riady pada 1950 dengan membuka toko sepeda. Pria kelahiran Malang 1929, ini kemudian dikenal sebagai pemimpin bisnis yang unik dengan kemampuan menyelamatkan bank yang nyaris kolaps.Tahun 1960-1971, pria yang kini berusia 82 tahun itu berhasil mengubah bank-bank rugi menjadi bank yang untung, di antaranya Bank Kemakmuran dan Bank Buana. Pada 1970, dia mendirikan Panin Bank dengan menyatukan lima bank. Tahun 1975, Mochtar merevitalisasi Bank Central Asia (BCA). Pada 1990, saat Mochtar meninggalkan BCA, bank itu mencatatkan aset senilai lebih dari Rp 7,5 triliun dengan laba bersih Rp 53 miliar.Dia mengawali bisnis perbankan sendiri pada 1980, saat membeli Bank Perniagaan yang kemudian berubah nama menjadi Bank Lippo. Krisis 1998, Bank Lippo masuk program rekapitalisasi Badan penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).