Menanti hasil kongsi KRAS dengan Posco



JAKARTA. Jalinan kongsi PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dengan Pohang Iron and Steel Corporation (Posco) akan terealisasi dalam waktu dekat. Manajemen KRAS memastikan pabrik joint venture PT Krakatau Posco akan tetap beroperasi Desember 2013.

Pabrik kongsi di Cilegon tersebut ditaksir menghabiskan dana investasi US$ 3 miliar untuk pembangunan tahap pertama. Namun, Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada menilai, kontribusi pabrik baru tersebut belum dapat terasa tahun ini. "Hasilnya belum kelihatan tahun ini, baru tahun depan," analisa dia.

Analis AAA Sekuritas, Carrel Mulyana mengatakan, pabrik ini akan fokus untuk pasar domestik khususnya segmen perkapalan (shipbuilding). "Mereka klaim belum ada yang memasok untuk shipbuilding di pasar domestik," ujar dia. Saat ini, kebutuhan segmen perkapalan seluruhnya mengandalkan impor dan pangsa pasar inilah yang akan dibidik KRAS melalui pabrik baru tersebut.


Carrel mengatakan, manajemen KRAS menargetkan pabrik tersebut dapat menghasilkan penjualan US$ 1,5 miliar-US$ 1,7 miliar di tahun pertama. "Tapi perlu diingat kalau KRAS cuma punya bagian 30%," ujar dia.

Jadi menurut Carrel, kontribusi pabrik baru mungkin akan signifikan bagi KRAS. Selain itu, karena baru beroperasi di penghujung tahun maka pabrik ini baru akan memberi kontribusi di 2014.

"Belum banyak pelaku pasar yang mencermati KRAS karena melihat permintaan baja global," ujar Carrel. Nah, harapannya hasil joint venture Posco ini bisa memberi perbaikan kinerja meski permintaan baja global masih belum membaik.

Menurut Carrel, prospek KRAS masih akan tertekan pelemahan rupiah. Sebab, bahan baku KRAS mayoritas masih mengandalkan impor. Upaya meningkatkan bahan baku sendiri sejatinya sudah dilakukan oleh KRAS. Namun, hasilnya memang masih kecil. "Dari tahun kemarin sudah beroperasi pabrik joint venture dengan PT Aneka Tambang Tbk, tapi hanya sedikit," ujar dia. Dari situ hasil produksinya sekitar 300.000 ton iron ore per tahun.

Catatan Carrel, rata-rata harga iron ore di US$ 126 per ton di 2012. Per Juni, harganya turun jadi US$ 120. Namun menurut dia, per 15 Agustus sudah kembali naik US$ 138. Sehingga, berpotensi menambah tekanan ke beban pokok penjualan.

Pembangungan pabrik Krakatau Posco akan dilakukan dua tahap dengan kapasitas 6 juta ton per tahun. Manajemen memproyeksikan, pabrik tersebut dapat mengurangi impor bahan baku KRAS sebanyak 30%-40%. Namun pembangunan pabrik baru di 2014.

Selain itu, menurut Carrel, KRAS diuntungkan dari produk baja premium dengan harga yang lebih mahal dari baja impor. "Produk KRAS lebih bagus, tapi harga terlalu tinggi," tambah dia.

Sampai akhir tahun Carrel memproyeksi, KRAS bisa meraih pendapatan US$ 2,3 miliar dengan laba bersih US$ 35 juta. Dia menargetkan saham KRAS bisa di Rp 600.

Namun, Carrel dan Reza masih menyarankan, hold untuk saham KRAS sembari melihat hasil laporan keuangan semester I-2013. Sementara itu, ia menargetkan di Rp 680. Sedangkan analis Bahana Securities, Salman Fajari Alamsyah merekomendasi, reduce di Rp 400. Harga KRAS turun 1,06% di Rp 465. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana