KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif sepanjang pekan lalu, meski secara kumulatif mampu menguat tipis 0,07%. Namun, posisi IHSGdi 6.698,54 masih mencerminkan pelemahan 2,22% sejak awal tahun 2023 hingga Jum'at (16/6). Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih melihat kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang menahan suku bunga sesuai ekspektasi pasar menjadi katalis positif. Hanya saja, IHSG belum melaju kencang lantaran pelaku pasar masih mencerna isyarat The Fed yang berencana kembali mendongkrak suku bunga hingga dua kali di tahun ini. Dari dalam negeri, pelaku pasar akan mencermati hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan digelar 21 Juni - 22 Juni 2023. Ratih memproyeksikan, RDG akan tetap menahan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75% yang telah bertahan sejak Januari 2023.
"Pertimbangan BI masih perlu menahan suku bunga adalah Bank Sentral beberapa negara, khususnya The Fed masih belum benar-benar memberikan sinyal dovish," ungkap Ratih kepada Kontan.co.id, Minggu (18/6).
Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Saham-Saham Rekomendasi Analis untuk Senin (19/6) Fund Manager Syailendra Capital, Rendy Wijaya, turut memandang pasar berekspektasi RDG BI akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level saat ini. "Jika sesuai ekspektasi, kami memperkirakan dampaknya akan cenderung positif bagi pasar saham. Ini mengindikasikan arah kebijakan ekonomi yang masih konsisten," imbuh Rendy. Menurut Rendy, penting bagi pelaku pasar mencerna pemaparan yang diberikan BI untuk memproyeksikan arah suku bunga acuan ke depan. Tak hanya pemaparan dari BI, Ratih menambahkan, investor juga perlu memperhatikan testimoni Chairman The Fed, Jerome Powell di hadapan kongres terkait arah kebijakan moneter serta prospek ekonomi AS ke depan. Selain soal suku bunga, Rendy menilai, pergerakan harga komoditas seperti batubara yang belakangan ini cenderung stabil akan menjadi katalis bagi saham-saham di sektor pertambangan. Sedangkan Ratih menyoroti sektor consumer primer dan non-primer yang punya prospek menarik di tengah harga komoditas dan inflasi yang terjaga. Saham sektor basic materials juga menarik dicermati dalam jangka pendek. Katalisnya adalah pemangkasan suku bunga acuan seven-day reverse repurchase rate oleh Bank Sentral China (PBoC). Kebijakan itu membawa asa untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi di Negeri Tirai Bambu, sehingga berpotensi meningkatkan ekspor non-migas nasional.
Masih Bergerak Sideways
Dengan berbagai sentimen yang ada, analis memprediksi IHSG belum bisa melaju kencang pada pekan ini. Ratih memproyeksikan pelaku pasar masih wait and see sehingga IHSG berpotensi sideways dalam rentang 6.660 - 6.700. Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana turut melihat dalam sepekan ke depan IHSG berpotensi sideways cenderung terkoreksi dengan support di 6.660 dan resistance 6.744. Catatan Herditya, fluktuasi dan koreksi yang diprediksi akan terjadi masih dalam batasan yang wajar. "IHSG masih berada di awal tren naik, jadi cukup lumrah bila terkoreksi terlebih dulu dan pergerakan IHSG selama dua hari belakangan ini masih cenderung sideways," sebut Herditya. Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova punya analisa serupa. IHSG membuka peluang skenario koreksi jangka pendek setelah tertahan di bawah MA10 pada weekly chart. Support ada di 6.660 dan resistance pada 6.767. "Yang bisa diperhatikan yaitu mengurangi porsi saham yang sudah rally tinggi, mulai lirik saham yang belum naik," ujar Ivan.
Rekomendasi Saham
Mempertimbangkan hal itu, Ivan menyarankan untuk mencermati saham infrastruktur telekomunikasi seperti PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR). Kemudian, saham sektor basic materials seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Sedangkan, Herditya menjagokan saham di sektor infrastruktur dan energi. Rekomendasinya, buy on weakness saham TOWR, PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). Di sektor keuangan, pelaku pasar bisa memperhatikan saham PT Panin Financial tbk (PNLF) dan PT Bank Jago Tbk (ARTO). Sementara itu, Ratih menyarankan buy untuk saham PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES). Berikut trading plan untuk ketiga saham tersebut: 1. EXCL buy di area Rp 2.020 dengan target harga pada resistance di level Rp 2.120. Pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp 1.980.
2. BRPT buy di area Rp 770 dengan target harga pada resistance di level Rp 810. Pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp 730. 3. ACES buy di area Rp 650 dengan target harga pada resistance di level Rp 700. Pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp 610.
Baca Juga: Simak Proyeksi Pergerakan IHSG di Awal Pekan Depan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat