JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk sedang menyiapkan aksi besar-besaran tahun depan. Modalnya adalah komitmen pinjaman eksternal hingga US$ 1,2 miliar yang telah dikantongi emiten berkode saham ADRO ini. Produsen batubara ini akan melancarkan ekspansinya mulai tahun depan hingga 2014. Untuk aksi tahun depan, misalnya, ADRO menyiapkan belanja modal US$ 300 juta sampai US$ 350 juta. Angka tersebut di luar US$ 100 juta untuk pembelian alat-alat berat. Sedangkan untuk ekspansi 2011 hingga 2014, ADRO mengalokasikan US$ 600 juta. Perinciannya: dana US$ 160 juta untuk membangun pembangkit listrik dan US$ 240 juta bagi pembangunan conveyor belt. Sisanya sebesar US$ 200 juta untuk membiayai akuisisi perusahaan pelayaran, yaitu Maritim Barito Perkasa. ADRO pun berniat mengerek produksi batubara sebesar 10% tahun depan sebesar dari estimasi 2009 yang sebanyak 41 juta ton. Artinya, ADRO akan memproduksi batubara sebanyak 45,1 juta ton. Kepala Riset BNI Securities, Norico Gaman menilai, berbagai rencana ekspansi ADRO cukup strategis bagi perkembangan bisnis perusahaan ini. Apalagi, permintaan batubara di 2010 mungkin naik seiring pemulihan ekonomi. "Harga rata-rata batubara bisa naik di kisaran US$ 79-US$ 80 per ton," katanya, kemarin. Menurut dia, aksi lain seperti membangun conveyor belt dan akuisisi perusahaan pelayaran juga sangat tepat. Sebab, ADRO bisa mengelola keuangannya lebih efisien. Misalnya, mengangkut batubara lewat jalur laut oleh anak usahanya. Sebaliknya, jika Adaro masih mengandalkan angkutan jalur darat, lanjut Norico, biayanya kemungkinan akan membengkak. Analis Bahana Securities, Surabhi Chopra, menyatakan hal senada. Menurut dia, aksi korporasi ADRO akan berdampak positif bagi kinerja perusahaan. Hanya saja, proyek conveyor belt dan pembangkit listrik belum bisa mendatangkan keuntungan bagi ADRO di tahun depan. "Mereka baru akan memetik keuntungannya pada 2011," imbuhnya. Laba 2010 menyusut Surabhi pun menghitung, sepanjang 2009 ADRO akan menjual batubara 41,5 juta ton. Adapun di 2010, penjualan batubara ADRO meningkat menjadi 44,6 juta ton. Sayangnya, dia pesimistis dengan harga jual batubara ADRO tahun depan. Dia memperkirakan, rata-rata harga jual batubara 2010 turun dari US$ 57 per ton menjadi US$ 53,7 juta ton. Harga pengiriman batubara ADRO tahun depan lebih murah lantaran kontraknya terjadi tahun ini, saat harga batubara cenderung turun. Surabhi pun menghitung pendapatan ADRO tahun depan tidak akan sebagus tahun ini. Menurutnya, sepanjang 2009, pendapatan ADRO akan naik 43,4% jadi Rp 25,95 triliun. Laba bersihnya juga ia prediksi tumbuh 23,6% jadi Rp 4,5 triliun. Estimasi 2010, pendapatan ADRO Rp 24,3 triliun dan laba bersih Rp 2,7 triliun. Meski price earning ratio (PER) ADRO masih rendah, yakni 12,2 kali, Surabhi hanya merekomendasikan tahan saham ADRO dan mematok target harga Rp 1.500 per saham. Adapun Norico menyarankan beli, dengan target harga Rp 3.200 per saham. Kemarin (15/12), harga saham ADRO Rp 1.730 per saham.
Menanti Hasil Sederet Ekspansi Adaro Energy
JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk sedang menyiapkan aksi besar-besaran tahun depan. Modalnya adalah komitmen pinjaman eksternal hingga US$ 1,2 miliar yang telah dikantongi emiten berkode saham ADRO ini. Produsen batubara ini akan melancarkan ekspansinya mulai tahun depan hingga 2014. Untuk aksi tahun depan, misalnya, ADRO menyiapkan belanja modal US$ 300 juta sampai US$ 350 juta. Angka tersebut di luar US$ 100 juta untuk pembelian alat-alat berat. Sedangkan untuk ekspansi 2011 hingga 2014, ADRO mengalokasikan US$ 600 juta. Perinciannya: dana US$ 160 juta untuk membangun pembangkit listrik dan US$ 240 juta bagi pembangunan conveyor belt. Sisanya sebesar US$ 200 juta untuk membiayai akuisisi perusahaan pelayaran, yaitu Maritim Barito Perkasa. ADRO pun berniat mengerek produksi batubara sebesar 10% tahun depan sebesar dari estimasi 2009 yang sebanyak 41 juta ton. Artinya, ADRO akan memproduksi batubara sebanyak 45,1 juta ton. Kepala Riset BNI Securities, Norico Gaman menilai, berbagai rencana ekspansi ADRO cukup strategis bagi perkembangan bisnis perusahaan ini. Apalagi, permintaan batubara di 2010 mungkin naik seiring pemulihan ekonomi. "Harga rata-rata batubara bisa naik di kisaran US$ 79-US$ 80 per ton," katanya, kemarin. Menurut dia, aksi lain seperti membangun conveyor belt dan akuisisi perusahaan pelayaran juga sangat tepat. Sebab, ADRO bisa mengelola keuangannya lebih efisien. Misalnya, mengangkut batubara lewat jalur laut oleh anak usahanya. Sebaliknya, jika Adaro masih mengandalkan angkutan jalur darat, lanjut Norico, biayanya kemungkinan akan membengkak. Analis Bahana Securities, Surabhi Chopra, menyatakan hal senada. Menurut dia, aksi korporasi ADRO akan berdampak positif bagi kinerja perusahaan. Hanya saja, proyek conveyor belt dan pembangkit listrik belum bisa mendatangkan keuntungan bagi ADRO di tahun depan. "Mereka baru akan memetik keuntungannya pada 2011," imbuhnya. Laba 2010 menyusut Surabhi pun menghitung, sepanjang 2009 ADRO akan menjual batubara 41,5 juta ton. Adapun di 2010, penjualan batubara ADRO meningkat menjadi 44,6 juta ton. Sayangnya, dia pesimistis dengan harga jual batubara ADRO tahun depan. Dia memperkirakan, rata-rata harga jual batubara 2010 turun dari US$ 57 per ton menjadi US$ 53,7 juta ton. Harga pengiriman batubara ADRO tahun depan lebih murah lantaran kontraknya terjadi tahun ini, saat harga batubara cenderung turun. Surabhi pun menghitung pendapatan ADRO tahun depan tidak akan sebagus tahun ini. Menurutnya, sepanjang 2009, pendapatan ADRO akan naik 43,4% jadi Rp 25,95 triliun. Laba bersihnya juga ia prediksi tumbuh 23,6% jadi Rp 4,5 triliun. Estimasi 2010, pendapatan ADRO Rp 24,3 triliun dan laba bersih Rp 2,7 triliun. Meski price earning ratio (PER) ADRO masih rendah, yakni 12,2 kali, Surabhi hanya merekomendasikan tahan saham ADRO dan mematok target harga Rp 1.500 per saham. Adapun Norico menyarankan beli, dengan target harga Rp 3.200 per saham. Kemarin (15/12), harga saham ADRO Rp 1.730 per saham.