Menanti jalur cepat segera tersambung



Sejak 2008, pemerintah menggulirkan program Tol Trans Jawa. Namun, hingga kini, baru beberapa ruas jalur cepat yang sudah beroperasi. Sampai saat ini, masalah pembebasan lahan masih menjadi kendala utama sebagian besar pengembang jalan tol.Boleh jadi, dalam dua tahun mendatang, kemacetan tak lagi menyita waktu saat melintasi jalur pantura, tepatnya selepas pintu tol Cikampek. Kelangsungan proyek konstruksi jalan tol Cikampek-Palimanan mulai terang setelah konsorsium 22 bank, yang dipimpin PT Bank Central Asia (BCA), menyalurkan kredit sindikasi senilai Rp 8,8 triliun untuk PT Lintas Marga Sedaya, pemilik konsesi ruas tol sepanjang 116,75 kilometer (km) ini, akhir September lalu.Meski terlambat dari target yang ditentukan, adanya titik terang pembangunan ruas tol terpanjang ini diharapkan dapat mendorong kemajuan proyekproyek tol lainnya, yang menjadi bagian dari Jalan Tol Trans Jawa. Maklum, tol yang menyerap pendanaan terbesar, hingga Rp 12,6 triliun untuk konstruksinya saja, ini merupakan barometer bagi proyek tol lainnya.Apalagi, ruas ini bakal menyambung dua ruas tol yang telah beroperasi, yakni Jakarta-Cikampek dan Palimanan-Pejagan. Itu artinya, bisa menyambungkan jalan tol lebih dari sepertiga bagian Pulau Jawa. Pembangunan jalan tol terpanjang di Jawa ini mampu memangkas jarak tempuh hingga 40 km antara Cikampek dan Palimanan. Selain itu, waktu tempuh juga bisa dipersingkat antara 1,5 jam hingga 2 jam (dengan kecepatan berkisar 60 km/jam–80 km/jam) ketimbang lewat jalan arteri Pantura.Muhammad Fadzil, Direktur Utama PT Lintas Marga Sedaya, mengatakan, setelah semua lahan terbebaskan, proses konstruksi akan dikerjakan secara merata tanpa dibagi dalam beberapa seksi lagi. “Akhir Oktober, sudah bebas 100% dan akan langsung konstruksi penuh,” ujarnya kepada wartawan KONTAN, Ragil Nugroho. Perusahaan patungan antara PT Baskara Utama Sedaya dan Plus Expressways Berhard, asal Malaysia, ini menargetkan konstruksi jalan bebas hambatan ini selesai dalam 30 bulan.Jika jalan tol sudah terhubung dari Merak hingga Pejagan, besar kemungkinan pemilik konsesi lainnya untuk segera mengawali proyeknya. Kondisi ini akan membuka kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan pendanaan dari pihak luar. Selain ruas tol Cikampek-Palimanan, beberapa pemilik konsesi yang tergabung dalam Jalan Tol Trans Jawa juga bergegas menyambung ruas-ruas baru. Salah satunya Semarang-Solo seksi 2 yang membentang dari Ungaran ke Bawen, sudah berjalan dalam tahap konstruksi.“Secara keseluruhan, pembangunan jalan tol Jasa Marga relatif sesuai jadwal,” kata David Wijayatno, Sekretaris Perusahaan  Jasa Marga. Jalan tol Semarang–Solo dengan total panjang 73 km ini terbagi menjadi lima ruas. Ruas pertama, Semarang-Ungaran telah beroperasi sejak akhir tahun lalu. PT Trans Marga Jateng, anak usaha Jasa Marga, menargetkan ruas kedua bisa beroperasi kuartal IV–2013.Adapun tiga ruas berikutnya kini masih dalam tahap pembebasan lahan dengan target operasional pada kuartal III–2015. Masih menjadi bagian dari Jalan Tol Trans Jawa, beberapa ruas tol di Jawa Timur juga terus bergeliat. Dari data Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) terlihat, pemegang konsesi ruas tolSolo-Ngawi, Ngawi-Kertosono, Kertosono-Mojokerto, dan Mojokerto-Surabaya telah melakukanproses pembebasan lahan.Sebagian, juga telah menjalankan konstruksi. Tak hanya Jalan Tol Trans Jawa, beberapa proyek ruas tol baru di Jabodetabek juga menunjukkan kemajuan. Dua di antaranya adalah ruas tol JORR W2 seksi Utara yang konsesinya dipegang oleh Jasa Marga, melalui anak usahanya PT Marga Lingkar Jakarta. Saat ini, penggarapannya telah mencapai 26,8%, meski proses pembebasan lahan belum sepenuhnya selesai.“Masih ada 130 bidang lahan yang belum dibebaskan karena belum ada kesepakatan harga,” terang David. Namun, lanjut David, untuk proyek ini, mereka tak menunggu proses pembebasan lahan rampung 100%. “Kami langsung mulai konstruksi pada tanah yang sudah dibebaskan, tanpa menunggu semua pembebasan tanah selesai,” tegasnya. Pasalnya, ruas tol ini sudah dinantikan banyak pihak. Jika JORR W2 Utara sudah menyatu dengan JORR W1 dan JORR W2 Selatan, lalu lintas Bogor ke Tangerang, Pondok Indah, Bintaro menuju bandara tak perlu menggunakan tol dalam kota. “ Ini menghemat waktu,lalu lintas juga lebih merata tak tertumpuk di tol dalam kota,” terang David. Selain itu, penggarapan pekerjaankonstruksi juga terlihat di ruas Cinere-Jagorawi (Cijago) seksi dua yang digawangi oleh PT Trans Lingkar Kita Jaya. “Saat ini kami sudah mulai pekerjaan konstruksi untuk seksi 2,” ujar Hilman Muchsin, Direktur Utama PT Trans Lingkar Kita Jaya. Mereka memasang target pekerjaan konstruksi rampung kuartal IV–2013.Hilman bilang, jalan tol Cijago akan berfungsi secara regional karena menghubungkan wilayah Tangerang, Bogor, Bekasi, dan Jakarta. Jalan tol enam lajur dengan lebar 30 meter ini akan berujung pada tol Jakarta–Tangerang yang bersambung ke arah Merak. Di ujung lainnya, Tol Cijago menyambung tol Jagorawi menghubungkan Bogor, Jakarta dan Bekasi. Selain itu, tol Cijago juga menjadi pembangkit bagi pertumbuhan kawasan Depok Tengah dan Depok Barat.Pembebasan tanahSayangnya, di antara proyek tol yang terus berjalan ini, masih saja ada proyek yang nyaris jalan di tempat. Baik dalam ruas tol Trans Jawa maupun ruas tol baru di area Jabodetabek.Ahmad Ghani Gazali, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), mengatakan, keterlambatan beberapa pemilik konsesi mengembangkan proyeknya lantaran sebagian besar masih terfokus pada pembebasan lahan. “Dalam rencana bisnis, waktu untuk pembebasan lahan itu dua tahun, tapi ada yang sampai tiga tahun hingga empat tahun,” jelasnya.Ahmad memberi contoh proses pembebasan lahan yang alot terjadi di jalan tol Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang, dan Batang-Semarang. Tak heran, hingga sampai saat ini, tiga ruas itu masih berada di tahap awal. “Semua itu tergantung dari pemerintah daerah,” katanya.Hilman juga menyebut, proses pembebasan lahan menjadi kendala utama dalam proyek jalan tol. “Sulit mencapai kesepakatan harga antara pemilik tanah dan pemerintah karena harga sudah ditetapkan tim penilai independen,” tuturnya.David menambahkan, harga tanah bisa naik hingga 50% dari yang ditetapkan tim appraisal. “Kami terus pro-aktif membantu pemerintah dalam pembebasan lahan ini,” katanya.Adanya sertifikat ganda yang membutuhkan pembuktian hak milik serta tuntutan pemilik tanah yang menuntut pembebasan tanah miliknya secara keseluruhan (termasuk yang tidak terkena jalan tol) juga menjadi penghambat lainnya.Namun, bukan cuma itu kendala pembebasan lahan. Ada juga kesulitan permodalan. Maklum, pemilik konsesi harus menyetor dana jaminan ke pemerintah sebesar 1% dari total nilai proyek. Selain itu, mereka harus menyiapkan modal sendiri, minimal 30% dari kebutuhan, dan sisanya baru bisa berasal dari pinjaman.Hanya, Fathur Rahman, Ketua Umum Asosiasi Jalan Tol Indonesia, mengatakan, selama ini, sebenarnya tak ada permasalahan untuk pendanaan. “Biasanya bank akan mendanai asal proyeknya layak dan lahan sudah siap,” katanya.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 04 - XVII, 2012 Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Imanuel Alexander