KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jika tahun ini perbankan dihadapkan pada kondisi sulit untuk menurunkan suku bunga kredit, ada harapan penurunan mulai terlihat signifikan di tahun depan. Mengingat, ada kondisi-kondisi di mana bisa membuat ruang penurunan suku bunga kredit terbuka lebar.
Pertama, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-rate yang dalam setahun terakhir sudah turun sekitar 125 basis poin (bps). Ini sejatinya menjadi ruang paling besar bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit meskipun saat ini belum terjadi signifikan.
Kedua, insentif likuiditas yang diberikan untuk perbankan dengan melalui berbagai cara seperti insentif likuiditas makroprudensial dari BI untuk kredit-kredit ke segmen tertentu. Ditambah, kebijakan pemerintah yang menempatkan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) ke bank pelat merah dan bank daerah.
Baca Juga: Permata Bank Mulai Turunkan Bunga Kredit Modal Usaha Ikuti Tren Pasar Terakhir, ada tambahan insentif dari BI bagi bank yang m
enetapkan suku bunga kredit yang sejalan dengan arah BI-rate. Di mana, besaran insentif paling tinggi sebesar 0,5% dari DPK untuk mengurangi kewajiban penempatan di Giro Wajib Minimum (GWM). Sebagai gambaran,
penurunan suku bunga kredit perbankan bahkan berjalan lebih lambat saat ini. Tepatnya, sebesar 20 bps dari 9,20% pada awal 2025 menjadi sebesar 9,00% pada Oktober 2025. Head of Macroeconomic & Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina atau yang akrab disapa Diyu menyadari transmisi suku bunga kredit saat ini memang terbilang lambat. Terlebih, jika dibandingkan dengan kondisi serupa di 2019, saat itu BI-rate turun sekitar 150 bps dan suku bunga kredit turun secara bertahap hingga 90 bps. Diyu melihat, seharusnya penurunan bunga kredit itu bisa semakin terlihat di tahun depan. Dalam hal ini,
ada dua hal yang biasanya mempercepat penurunan suku bunga kredit yang saat ini kondisinya sudah mulai membaik, antara lain kondisi likuiditas dan juga persepsi. Dari sisi persepsi, Diyu menjelaskan indeks keyakinan konsumen sudah mulai pulih yang artinya perbankan dan pelaku usaha juga tentu akan merespons kondisi perbaikan ekonomi. Ditambah, kondisi likuiditas proyeksinya ke depan terus berangsur akan membaik. “Tahun depan juga dengan memasuki tahun kedua pemerintahan yang baru, harusnya juga realisasi fiskalnya bisa berjalan lebih cepat,” ujar Diyu.
Baca Juga: Bunga Kredit Masih Sulit Turun Meski BI-Rate di Level Terendah, Ini Pemicunya Sementara itu, Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah mengungkapkan penurunan suku bunga kredit di perbankan saat ini masih berlangsung secara bertahap. Alasannya, struktur pendanaan perbankan yang masih didominasi dana mahal membuat proses
repricing memerlukan waktu sehingga ruang penurunan bunga kredit menjadi terbatas. Efdinal memastikan mempertimbangkan kondisi likuiditas industri dan siklus penurunan biaya dana di akhir tahun ini, penurunan suku bunga kredit yang lebih signifikan diperkirakan baru akan terlihat pada tahun depan. Ia menyebutkan kondisi tersebut juga didukung oleh risiko kredit tahun depan yang diperkirakan membaik. Ini terlihat dari kualitas aset yang masih tetap terjaga dan permintaan kredit yang diklaim mulai pulih.
Baca Juga: Suku Bunga Turun Sudah Turun 5 Kali, Pertumbuhan Kredit Multiguna Masih Melambat “Namun, bank tetap berhati-hati karena adanya ketidakpastian global yang belum sepenuhnya mereda,” jelasnya. Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan turut menambahkan sudah ada tanda-tanda penurunan beban dana yang turun bertahap. Alhasil, ini menunjukkan ada secercah harapan bahwa bunga kredit juga bisa mulai turun.
“Bunga kredit juga sudah mulai ada penyesuaian terutama untuk yang tidak
special low rate di awal,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News