KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga bank syariah milik pemerintah, yaitu PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS), Bank Mandiri Syariah (BMS) dan Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS) sepakat melakukan merger. Merger dilakukan karena melihat tingkat penetrasi aset syariah dibandingkan dengan aset perbankan secara umum di Indonesia pada tahun lalu masih tergolong rendah, yaitu di bawah 8%. Padahal, Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Diharapkan dengan merger, bank syariah akan dapat meningkatkan penetrasi aset syariah serta dapat bersaing secara global dengan 10 bank syariah terbesar di dunia. Merger ini diharapkan menjadi efektif pada tanggal 1 Februari 2021. Bank hasil merger akan menargetkan nasabah kelas menengah ke atas. Selain itu, bank hasil merger juga akan melakukan penetrasi ke sektor agrikultur dan perhutanan, manufaktur dan
processing, konstruksi, perdagangan ritel dan besar, pertambangan, properti, transportasi dan akomodasi yang dianggap belum digarap maksimal oleh bank syariah.
BRIS menjadi bank penerima penggabungan dalam skema merger. Setelah merger, BRIS adalah bank yang akan tetap melanjutkan kegiatan usaha melalui kantor pusat, cabang, baik yang semula dijalankan oleh BRIS ataupun oleh BSM atau BNIS. Nantinya Bank hasil merger akan memiliki jaringan kantor cabang sebesar lebih dari 1.200 kantor yang tersebar di seluruh Indonesia. BRIS mengkonfirmasi telah bersedia menerima dan mengambil alih semua usaha, pengoperasian, aktiva dan pasiva serta ekuitas BSM dan BNIS sebagai akibat dari merger berdasarkan Pasal 122 ayat (3) UUPT dan Pasal 9 Peraturan OJK No. 41/2019. Berdasarkan perhitungan konversi saham yang akan digunakan untuk merger, dan dengan asumsi tidak ada pemegang saham minoritas bank yang menerima merger dan menjual saham BRIS atau tidak ada yang memiliki/mengambil hak memesan efek terlebih dahulu, susunan permodalan dan komposisi kepemilikan saham BRIS setelah proses merger adalah sebagai berikut:
Keterangan | Nilai Nominal Saham |
Jumlah Saham (Lembar) | Nilai Nominal (Rupiah) | % |
Modal dasar | 80.000.000.000 | 40.000.000.000.000 | - |
1 | PT Bank Mandiri (Persero) Tbk | 20.905.219.378 | 10.452.609.689.000 | 51,2 |
2 | PT Negara Indonesia (Persero) Tbk | 10.220.230.418 | 5.110.115.209.000 | 25,0 |
3 | PT Rakyat Indonesia (Persero) Tbk | 7.092.761.655 | 3.546.380.827.500 | 17,4 |
4 | DPLK BRI –Saham Syariah | 828.946.000 | 414.473.000.000 | 2,0 |
5 | PT BNI Life Insurance | 5.250.415 | 2.625.207.500 | 0,0 |
6 | PT Mandiri Sekuritas | 34 | 17.000 | 0,0 |
7 | Masyarakat | 1.794.405.843 | 897.202.921.500 | 4,4 |
Modal Ditempatkan dan Disetor | 40.846.813.743 | 20.423.406.871.500 | 100,00 |
Saham Dalam Portepel | 39.153.186.257 | 19.576.593.128.500 | - |
Sumber: ringkasan rancangan penggabungan Kami melihat HMETD atau
right issue adalah opsi yang mungkin akan dilakukan, mengingat dilusi kepemilikan yang besar. Dengan
right issue, proporsi kepemilikan saham masyarakat bisa mencapai batas minimal ketentuan 7,5%. Melihat komposisi kepemilikan di atas, BRIS berpotensi keluar dari BEI. Hal ini karena proporsi kepemilikan masyarakat 4.4% atau dibawah ketentuan BEI sebesar 7,5% untuk tetap listing. Sebelum merger, proporsi masyarakat sebesar 18,47%. Bank syariah hasil merger ini akan memiliki total aset Rp 214,7 triliun, berdasarkan laporan historis di semester satu 2020. BMS memiliki aset tertinggi sebesar Rp 114,4 triliun. Setelah merger, total utang bank syariah yang merger senilai Rp 52,3 triliun. Berdasarkan profitabilitas, BSM memiliki kinerja yang lebih baik dengan laba di semester satu tahun ini sebesar Rp 718,3 miliar.
Keterangan | BMS | BNIS | BRIS | Setelah Merger |
Total Aset | 114.401.530 | 50.764.604 | 49.580.078 | 214.649.424 |
Total Liabilitas | 21.831.705 | 14.673.812 | 15.770.010 | 52.274.739 |
Total Ekuitas | 9.971.969 | 5.233.908 | 5.211.746 | 20.417.623 |
Pendapatan | 4.270.771 | 2.000.751 | 1.940.105 | 8.208.616 |
Laba | 1.014.593 | 372.975 | 206.693 | 1.585.608 |
BV (dalam rupiah) | 15.879 | 73.717 | 536 | 500 |
menggunakan data 1H20 dalam jutaan rupiah Sumber: ringkasan rancangan penggabungan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Harris Hadinata