Menanti Paparan Kinerja Big Banks, Mana yang Penyaluran Kreditnya Paling Moncer?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki akhir Juli 2024, jajaran bank besar kini telah mengagendakan jadwal paparan kinerja keuangan selama semester I-2024. Di mana, bank-bank raksasa ini tampak berupaya mengakselerasi penyaluran kreditnya demi meningkatakan pendapatan bunga untuk menahan beban bunga yang tinggi.

Sebagai informasi, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) akan mengawali paparan kinerja keuangan pada pekan depan, tepatnya 24 Juli 2024. Selanjutnya, ada PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang menyusul di pekan terakhir Juli 2024.

Mengacu pada laporan keuangan bulanan big banks selama lima bulan pertama 2024, Bank Mandiri mencatat penyaluran kredit yang paling kencang di antara lainnya. Bank berlogo pita emas ini mampu menyalurkan kredit senilai Rp 1.152,53 triliun atau tumbuh 19,5% secara tahunan (YoY).


Selanjutnya, ada BCA yang penyaluran kreditnya tumbuh hingga 19,5% YoY atau senilai Rp 826,7 triliun. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) tak mau kalah dengan menumbuhkan kreditnya sekitar 12,62% YoY menjadi Rp 708,8 triliun.

Baca Juga: Target Setoran Dividen BUMN Naik, Ini Emiten yang Potensial

Terakhir, ada BRI yang hanya mencatat pertumbuhan kredit sekitar 10,64% YoY. Meski demikian, bank yang dekat dengan wong cilik ini tetap mencatatkan penyaluran kredit paling besar senilai Rp 1.202,29 triliun.

Corporate Secretary Bank Mandiri, Teuku Ali Usman mengatakan pertumbuhan kredit masih menunjukkan tren akselerasi hingga akhir semester I-2024. Hal tersebut juga diikuti dengan permintaan kredit yang sehat sejalan dengan perekonomian yang masih resilien.

Di sisi lain, pihaknya melihat masih ada peluang penguatan rupiah. Meski, volatilitas nilai tukar rupiah tetap perlu diwaspadai dengan melihat dinamika politik di Amerika Serikat (AS) dan fluktuasi ekonomi global.

Ia bilang realisasi kredit Bank Mandiri hingga Mei 2024 turut diikuti dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 12,9% secara YoY menjadi Rp 1.296,1 triliun yang ditopang oleh dana murah atau current account saving account (CASA).

“Kami optimis kredit Bank Mandiri masih mampu tumbuh sesuai guidance di kisaran 13%-15% pada tahun 2024,” ujar Ali.

Sementara itu, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menambahkan bahwa pihaknya dalam penyaluran kredit saat ini tetap berhati-hati. Terlebih, di kala suku bunga acuan yang diprediksi belum akan turun hingga akhir tahun.

Dalam hal ini, ia bilang kemungkinan suku bunga yang belum turun ini terus dimasukkan dalam stres test. Menurutnya, itu akan membuat bank dalam berekpansi kredit akan terus berhati-hati.

“Mood kita saat ini itu waspada terlebih untuk pinjaman dalam dollar, kalaupun suku bunga turun itu hanya bonus ke depan,” ujar Royke, belum lama ini.

Sebagai informasi, pada kuartal II-2024, Bank Indonesia (BI) mencatat kredit perbankan tumbuh 12,36% YoY. Pertumbuhan kredit tersebut sudah lebih tinggi dari target pertumbuhan kredit di 2024 di kisaran 10% hingga 12%.

”Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit pada tahun 2024 diperkirakan berada pada batas atas kisaran 10% hingga 12% di tahun ini,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, Rabu (17/7).

Perry bilang pertumbuhan kredit dipengaruhi oleh permintaan dari korporasi. Secara, korporasi memiliki kinerja penjualan yang tetap baik dan kemampuan bayar yang tetap kuat.

Dari sisi sektor, ia menyebutkan pertumbuhan kredit ini ditopang oleh semua sektor ekonomi. Terlebih, terjadi pada sektor industri perdagangan dan pengangkutan.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae bilang saat ini perbankan tanah air tetap optimistis dapat mencapai target yang telah ditetapkan pada tahun 2024. Ini tercermin dari hasil revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2024 yang diterima OJK pada akhir semester I kemarin.

Baca Juga: BSI Jadi Bank Kustodian Periode 2024-2029

”Hal ini tercermin dari target kredit dan DPK tahun 2024 yang direvisi ke atas dan masih searah dengan proyeksi OJK di awal tahun,” ujar Dian.

Dalam hal ini, Dian juga menyoroti bank domestik justru mendapat sentimen positif dari meningkatnya suku bunga global ditambah dengan fluktuasi nilai tukar. Sebab, biaya dana dari luar negeri bagi korporasi semakin mahal.

“Daya tarik kredit perbankan domestik akan semakin menarik bagi korporasi domestik,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi