KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia memangkas suku bunga 25bps. Meski begitu, prospek imbal hasil instrumen investasi domestik masih menantikan arah suku bunga the Fed. Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana mengatakan pemangkasan suku bunga BI sudah price-in dengan penurunan yield 10 tahun Indonesia dari 7,3% menjadi 6,5%. Demikian halnya dengan saham. Apalagi kata Fikri, sektor perbankan yang menjadi penggerak, di tengah era suku bunga tinggi tetapi ada kelonggaran makroprudensial, baik dari penurunan Giro Wajib Minimum ataupun kredit likuiditas makroprudensial ke beberapa sektor utama. "Ini juga sudah ada dampak sehingga kreditnya cukup tinggi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (18/9).
Fikri berpandangan, dampak pemangkasan suku bunga BI ini akan terlihat sangat menguntungkan pada penerbitan surat utang baru. "Sehingga surat utang baru dan reksadana pendapatan tetap dengan underlying obligasi korporasi baru yang dampaknya akan terlihat," sambungnya. Baca Juga: BI Pangkas BI Rate Jadi 6%, Bagaimana Efeknya ke Instrumen Investasi Domestik? Fikri menilai, prospek imbal hasil instrumen investasi domestik masih menantikan arah suku bunga the Fed. Menurutnya, jika pemangkasan the Fed sebesar 50bps maka prospeknya bisa kembali membaik secara keseluruhan. Dijelaskan, jika the Fed memangkas suku bunga 50bps maka indeks dolar berpotensi turun kembali. Sehingga berpotensi mendorong apresiasi rupiah. Lalu jika pemangkasannya lebih besar dari BI maka spread antara yield 10 tahun Indonesia dan US Treasury 10 tahun akan melebar dan mendorong harga obligasi.