KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin (25/7). Pelemahan rupiah diproyeksi dapat berlanjut seiring penantian data-data inflasi Negeri Paman Sam. Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (25/7), kurs rupiah Jisdor melemah 0,27% ke Rp 16.268 per dolar AS. Pergerakan rupiah Jisdor sejalan dengan pasar spot yang melemah 0,22% ke level Rp 16.250 per dolar AS. Pengamat Mata Uang, Ariston Tjendra mencermati, pelemahan rupiah kemungkinan dipengaruhi oleh pelaku pasar yang masih menantikan petunjuk lebih lanjut dari data-data penting AS yang akan dirilis hari Kamis dan Jumat malam ini yaitu data PDB kuartal kedua dan data indikator inflasi.
Semalam data PMI AS versi S&P memperlihatkan kondisi PMI yang secara umum lebih baik dari perkiraan dan masih di ruang pertumbuhan. Data PMI komposit AS bulan Juli di level 55 vs perkiraan 54.2. “Selain menantikan kejelasan pemangkasan suku bunga acuan AS, beberapa faktor masih memicu penguatan dolar seperti perkembangan pemilu AS dan situasi perang di timur tengah dan Ukraina,” kata Ariston kepada Kontan.co.id, Kamis (25/7). Baca Juga:
Kurs Rupiah Jisdor Tertekan Jelang Akhir Bulan, Kamis (24/7) Ariston menjelaskan, data PDB AS kuartal kedua bisa menentukan arah rupiah untuk besok dan juga ekspektasi pasar soal pemangkasan suku bunga, apakah semakin membesar atau melemah. Jika PDB AS nanti malam lebih rendah dari perkiraan, ekspektasi pemangkasan bisa meningkat, sehingga rupiah bisa menguat. Tapi di sisi lain, pasar masih mewaspadai situasi pemilu AS pasca pengunduran Biden yang mungkin bisa memenangkan Trump yang kebijakannya pro dolar AS, dan juga kondisi konflik di Timur Tengah dan Ukraina. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyebutkan, data PDB Amerika kuartal kedua dan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi yang diandalkan oleh Federal Reserve untuk mengukur inflasi. The Fed juga mengadakan pertemuannya pada hari yang sama, Jumat (26/7). “Meskipun hanya sedikit orang yang memperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan ini, ada peluang bagus bahwa pesan The Fed untuk melakukan pivot pada bulan September akan menjadi lebih kuat, mengingat penurunan inflasi selama berbulan-bulan dan pertumbuhan yang lebih lambat,” ujar Ibrahim dalam risetnya Kamis (25/7). Dari Asia, Ibrahim bilang, pasar Tiongkok mengalami penurunan tajam karena serangkaian data ekonomi yang lemah melemahkan sentimen terhadap negara tersebut. Perekonomian Tiongkok tumbuh kurang dari yang diperkirakan pada kuartal kedua.
Baca Juga:
Loyo, Rupiah Spot Melemah 0,36% ke Rp 16.273 Per Dolar AS Pada Kamis (25/7) Siang Pemotongan suku bunga yang tiba-tiba di China juga tidak banyak memperbaiki sentimen. Laporan pada hari Kamis menunjukkan bahwa beberapa bank milik Tiongkok telah menurunkan biaya pinjaman menyusul penurunan suku bunga pinjaman utama yang mengejutkan pada awal pekan ini. Menurut Ibrahim, Rupiah kemungkinan akan bergerak fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp 16.240 per dolar AS – Rp 16.300 per dolar AS di Jumat (26/7). Sementara, Ariston memproyeksi rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.180 per dolar AS – Rp 16.250 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih