Menanti robot trading



Belakangan ini, kehadiran robot alias artificial intelligence (AI) banyak dibicarakan berbagai media asing. Teknologi baru ini mulai merambah dunia pasar modal. Tak lama lagi pekerjaan manusia di sektor ini bisa digantikan dengan kecerdasan buatan.

Beberapa firma keuangan besar, seperti Goldman Sachs, mulai berniat mengganti posisi manusia di pekerjaan terkait pasar modal, seperti analis maupun ekonom. Ribuan pekerja bersiap menghadapi pemutusan hubungan kerja.

Bagi firma keuangan, kehadiran kecerdasan buatan bisa mendatangkan untung. Misal dari sisi biaya. Robot bisa membuat perusahaan keuangan menurunkan biaya tenaga kerja, sehingga lebih efisien.


Investor juga bisa untung berkat saham pilihan robot. Saham itu pasti bebas dari emosi analis, yang bisa mempengaruhi pilihan. Investor ritel yang masih awam dengan dunia ini pun bisa memiliki performa trading lebih bagus. Kehadiran kecerdasan buatan juga bisa membuat likuiditas di pasar modal meningkat.

Namun, secanggih apapun robot, gangguan atau kegagalan sistem mungkin terjadi. Ini malah berpotensi merugikan karena potensi loss tak bisa ditahan. Belum lagi risiko peretasan yang menghantui sistem dan bisa merusak kinerja robot.

Robot yang kini sudah mulai diaplikasikan di beberapa firma keuangan di AS seharusnya bisa diadaptasikan di Indonesia. Saya pikir sekuritas di Indonesia sudah siap. Mereka hanya tinggal membuka jalur bagi developer sistem trading untuk mengembangkan hal ini.

Namun, kesiapan sekuritas harus dibarengi kesiapan Bursa Efek Indonesia (BEI). Jika BEI siap, saya yakin tidak lama lagi robot akan masuk pasar modal Indonesia.

Memang kehadiran robot ini kelak menggantikan posisi manusia. Tapi tak sepenuhnya pekerjaan ini diserahkan kepada serangkaian sistem perangkat lunak. Kontrol manusia di sistem itu masih harus dilakukan agar berjalan mulus.              

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi