Menanti Santa Claus rally di akhir tahun, saham-saham ini bisa jadi pilihan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Periode Desember biasanya menjadi periode yang menggembirakan bagi investor saham. Analis Binaartha Sekuritas Lingga Pratiwi mengatakan, pada umumnya bulan Desember adalah bulan yang bullish bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena mendapatkan katalis positif dari aksi window dressing maupun Santa Claus rally.

Kedua sentimen ini didukung dari membaiknya sejumlah indikator perekonomian. Dari sisi makroekonomi domestik, angka inflasi naik 1,75%  secara year-on-year (yoy) dan naik 0,37% secara month-on-month (MoM). Ini mengindikasikan adanya pergerakan ekonomi cukup baik dari sisi food and beverage, transportasi, perumahan, dan komoditas.

Angka purchasing managers’ index (PMI) tercatat 53,9, turun dari rekor 57,2 di bulan Oktober. Permintaan luar negeri yang lebih rendah diyakini menyebabkan keraguan untuk pesanan baru, mengingat masalah logistik global yang terus menghambat proses distribusi.


Meskipun terkontraksi, angka PMI tersebut masih menunjukkan perbaikan kondisi bisnis selama tiga bulan berturut-turut di seluruh sektor manufaktur dan masih lebih tinggi dibandingkan sebagian besar negara Asia lainnya.

Baca Juga: Strategi Manajer Investasi Agar Imbal Hasil Reksadana Saham Bisa Positif

Malaysia misalkan, angka PMI manufakturnya hanya 52,3, sedangkan Vietnam  sebesar 52,2, Korea Selatan sebesar 50,9, Thailand sebesar 50,6, dan China  sebesar 49,9. PMI Indonesia yang lebih tinggi dari negara Asia mengindikasikan adanya pemulihan Ekonomi. Namun, pasar juga perlu melihat perkembangan penyebaran varian omicron dan antisipasi yang dilakukan pemerintah.

“Kami memperkirakan adanya kenaikan oleh faktor window dressing dan santa claus rally pada pekan terakhir Desember hingga awal tahun,” terang Lingga kepada Kontan.co.id, Kamis (2/12).

Katalis lain juga datang dari Bank Indonesia (BI), yang diperkirakan menahan menahan suku bunga pada level saat ini pada rapat dewan gubernur (RDG) 15–16 Desember 2021 mendatang untuk menjaga stabilitas moneter di tengah kenaikan laju inflasi.

Dari sisi fundamental perusahaan, pertumbuhan laba emiten yang cukup menarik yang sudah terlihat di kuartal ketiga 2021. Dus, proyeksi Lingga,  IHSG diperkirakan berada di kisaran support 6.480 dan resistance 6.750 hingga akhir tahun ini.

Baca Juga: Wall Street mulai menguat, masih turun tajam dalam sepekan terakhir

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya  mengatakan, IHSG berpotensi menuju level 6.800 hingga akhir tahun. Proyeksi ini dengan menimbang sejumlah aspek seperti PMI Indonesia di bulan November yang masih di level ekspansif

Inflasi bulanan (IHK) November juga menjadi yang tertinggi di tahun 2021. Hal ini menunjukkan pemulihan ekonomi dan hasil dari naiknya mobilitas masyarakat.

Cheryl tidak menampik, memang terdapat ancaman virus varian Omicron. Namun sejauh ini virus tersebut masih dalam penelitian lebih lanjut tentang keparahannya. “Saat muncul varian Covid-19 MU, IHSG tidak terpengaruh. Sehingga window dressing masih berpotensi,” terang Cheryl.

Baca Juga: Dibayangi Omicron, bagaimana prospek IHSG pada tahun depan?

Saham pilihan

Meski telah memasuki periode window dressing, investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) dalam sepekan terakhir. Melansir RTI, jumlah dana asing yang cabut dari pasar saham mencapai Rp  2,52 triliun dalam sepekan.

Lingga menilai, investor asing lebih melihat bagaimana kondisi pasar global dan domestik, salah satunya ditentukan oleh antisipasi dan respon pemerintah terhadap efek varian Omicron. “Jika antisipasi pemerintah cepat maka bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun dan membuat investor asing lebih tertarik,” sambung Lingga.

Lingga melihat, sejumlah saham masih diminati baik oleh reksadana maupun para investor untuk menyambut window dressing. Dari sektor perbankan, ada saham big 4 banks yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Saham bank lainya yang menarik di antaranya PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO), PT Bank Jago Indonesia Tbk (ARTO), dan PT Bank KB Bukopin Tbk(BBKP).

Di sektor batubara, ada saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indika Energy Tbk (INDY), dan PT Harum Energy Tbk (HRUM). Sementara di sektor telekomunikasi ada saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

Cheryl mengatakan, koreksi  yang sempat melanda IHSG tempo hari justru menjadi momentum untuk memiliki saham-saham bagus dengan harga murah. Saham pilihan Cheryl yaitu ADRO, PTBA, PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS). Investor bisa melakukan buy on weakness terhadap saham-saham ini.

Baca Juga: Mengintip saham dan sektor yang menarik tahun depan, apa saja?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati