KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi tak melulu berkaitan dengan meraih untung. Bagi Afifa, investasi merupakan cara untuk memberi keamanan finansial demi menikmati hidup. Jadi tak heran jika 100% investasi milik
Director & Chief Distribution Officer Manulife Asset Management Indonesia ini berada di satu produk, yakni reksadana. Perkenalan pertama Afifa dengan dunia investasi dimulai saat kuliah. Kala itu, wanita yang meraih penghargaan
Star of Excellence dari Manulife Global di tahun 2012 silam ini mendapatkan tugas menjaga stan pameran Bursa Efek Jakarta di Universitas Padjadjaran. Kemudian, dia mendapatkan mata kuliah pasar modal saat berada di tingkat empat. Dari situlah, Afifa mulai jatuh cinta dengan dunia pasar modal.
Setelah lulus kuliah, wanita kelahiran Palembang ini langsung tertarik masuk ke saham. Pilihannya jatuh pada saham di sektor infrastruktur yang baru melakukan penawaran saham perdana alias
initial public offering (IPO). Tetapi investasinya pada saham mulai berkurang lantaran kesibukan bekerja. Ia pun akhirnya merasa kesulitan memperhatikan pergerakan saham. "Nah, setelah itu saya mengenal reksadana yang investasinya tidak menyita waktu dan dipercayakan pada ahli," jelas Afifa. Hal ini membuatnya lebih leluasa dan tak perlu khawatir. Bagi wanita kelahiran tahun 1974 ini, investasi dapat digunakan untuk mengerem gaya hidup. Karena itu, ia menyisihkan sekitar 30% dari pendapatannya untuk melakukan investasi secara berkala. Selain reksadana, ia mengaku masih menaruh sebagian dananya pada tabungan. "Hanya cukup untuk kebutuhan dua bulan, sisanya dioptimalkan dengan kartu kredit," jelas dia. Diversifikasi reksadana Pentingnya diversifikasi juga diamini Afifa. Dia pun menyebar investasi pada semua jenis reksadana. Jika salah satu reksadana sedang terkoreksi, maka reksadana lainnya bisa menutupi lubang tersebut. Ibarat kata, bila pasar saham tengah anjlok, maka reksadana pendapatan bisa menambal lubang tersebut. Apalagi
fund manager yang dia percayai pasti akan mengatur portofolio sedemikian rupa agar bisa pulih lagi. "Ingat, uang investasi itu tidak harus segera diambil saat pasar turun. Dibiarkan saja sesuai komitmen jangka waktu, bila perlu diperlama agar semakin stabil," jelas Afifa. Melalui strategi tersebut, ibu dua anak ini dapat menjaga gaya hidup agar tidak kebablasan dan jadi konsumtif. Apalagi salah satu tujuan investasinya adalah ingin memberi stabilitas untuk masa depan anaknya bila ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Selain itu, ia juga mempersiapkan dana untuk liburan keluarga ke mancanegara setiap dua tahun sekali. Untuk itu ia punya tabungan dengan kurs dollar Amerika Serikat (AS). Dengan demikian, ia sekaligus melakukan
hedging valas. Dengan kombinasi berupa diversifikasi, jangka waktu dan kesabaran menjadi tiga kunci utama investasi Afifa. Hasilnya, wanita ini bisa mendapatkan imbal hasil investasi double digit dan mengalahkan inflasi tahunan yang angkanya 5%.
"Kadang masyarakat lupa, yang harus dikalahkan itu bukan emosi seperti di pasar saham atau pajak bank yang menggerogot tabungan, tapi inflasi yang setiap tahun selalu naik," jelas dia. Bagi investor pemula maupun senior, Afifa menyarankan pentingnya menyeimbangkan kebutuhan, hobi dan potensi pensiun. Investor harus memiliki titik temu antar ketiganya dan mulai menyiapkan strategi untuk memenuhi tujuan finansial yang seimbang. "Investasi bukan berarti harus press budget demi hari tua, konsep saya adalah balance nikmati hidup, kerja dan menjaga masa depan," cetus dia. Boleh dicoba, nih. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi