KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset saham dan obligasi bersiap menguat di tengah rencana pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed). Dengan adanya pelonggaran kebijakan moneter tersebut, investor disarankan menata kembali portofolio investasi agar tetap relevan dengan perkembangan pasar. Head of Investment Connoisseur Moduit Manuel Adhy Purwanto mengatakan, saat ini pasar telah mengantisipasi the Fed akan memulai siklus pemotongan suku bunga pada pertemuan 19 September 2024 mendatang. Besaran pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat itu diperkirakan sebesar 25 basis poin (bps). Manuel menjelaskan, pemangkasan suku bunga merupakan berita positif untuk pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Baca Juga: 3 Saham Ini Memberikan Dividen US$2,6 Miliar kepada Warren Buffett Setiap Tahun Sebab, diturunkannya tingkat suku bunga akan menguatkan nilai tukar rupiah yang pada akhirnya bermuara pada masuknya dana asing ke tanah air. Secara historis, siklus pemotongan suku bunga Amerika Serikat akan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Ini tercermin dari pergerakan nilai tukar dalam sebulan Agustus dari kisaran Rp 16.400 per dolar AS ke Rp 15.500 per dolar AS. Investor asing pun terpantau masuk ke pasar modal seperti saham dan obligasi. Sepanjang bulan Agustus 2024, pasar saham mencatatkan pembelian bersih oleh investor asing sekitar Rp 28.6 triliun dan pasar obligasi sekitar Rp 38.7 triliun. "Ini menjadi pembelian bulanan tertinggi investor asing dalam 26 bulan terakhir,’’ ujar Manuel kepada Kontan.co.id, Kamis (5/9).
Baca Juga: Imbal Hasil Reksadana Positif di Bulan Agustus 2024, Berkat Aliran Dana Asing Di sisi lain, Manuel melihat, adanya pergantian kepemimpinan presiden baru tidak ada risiko berlebihan yang perlu dikhawatirkan. Hal itu karena budget defisit yang ditetapkan dalam RAPBN 2025 dianggap masih dalam batas aman. Adanya perbedaan di postur anggaran, dimana RAPBN 2025 akan lebih diprioritaskan pada bidang pendidikan dan perlindungan sosial, justru akan berdampak positif kepada peningkatan konsumsi masyarakat Indonesia. Namun perlu diantisipasi faktor dari dalam negeri yakni adanya penurunan pendapatan dari kelas menengah yang mempengaruhi daya beli, serta menurunnya aktifitas manufaktur akhir-akhir ini. Dengan berbagai faktor tersebut, Manuel tetap menyukai saham dan obligasi sebagai portofolio utama di tengah era potensi penurunan suku bunga. Sektor yang akan diuntungkan saat lingkungan suku bunga rendah di antaranya finansial, properti, konsumer, serta teknologi. "Dan menurut kami tidak perlu menunggu hingga terjadi realisasi, karena pasar modal selalu bergerak berdasarkan ekspektasi," imbuh Manuel.
Baca Juga: Pesulap Terkenal Ini Bagikan Trik Gandakan Portofolionya Hingga 276% Adapun portofolio investasi yang bisa dipertimbangkan saat suku bunga acuan dipangkas adalah sebagai berikut. Investasi diharapkan sesuai dengan profil risiko masing-masing investor.
Manuel menyebutkan, bagi investor konservatif, maka dapat mengalokasikan dana ke reksadana pasar uang 20%, obligasi/reksadana pendapatan tetap 40%, saham/reksadana saham 20%, serta instrumen emas 20%. Bagi investor moderat, bisa memasukkan investasi ke reksadana pasar uang 10%, obligasi/reksdana pendapatan tetap 40%, saham/reksadana saham 50%. serta kripto 10%. Sementara bagi investor berkarakter agresif bisa mengalokasikan dana ke aset obligasi/reksadana pendapatan tetap 40%, saham/reksadana saham 50%, sisanya bisa masuk ke aset kripto 10%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi