Meski menghadapi pasang surut mengikuti tren fesyen dan kondisi ekonomi negara, industri perhiasan tetap terus bertahan dari tahun ke tahun. Geliat bisnis di sektor ini tetap berdenyut lantaran banyak inovasi yang dilakukan para pelaku industri ini untuk terus berkarya. Tentu saja, kreativitas dan keunikan perhiasan menjadi nilai tersendiri di mata konsumen. Oleh karena itulah, keahlian para perancang perhiasan, lewat berbagai inovasi produk dan kreasi baru, menjadi kunci keberhasilan proses kelahiran sebuah perhiasan. Salah satu perancang perhiasan logam mulia yang cukup dikenal di negeri ini adalah Meike Sahala. Beragam motif perhiasan emas dan logam mulia karyanya seperti kalung, cincin, gelang, anting, dan bros, lahir dari keahlian Meike.
Salah satu ciri khas perhiasan yang dia angkat adalah tema dari cerita-cerita sejarah dan budaya Indonesia. Setiap tahun dia mengangkat tema yang berbeda-beda. Dia pernah mengangkat tema budaya Papua, Toraja, batik, motif rumah Gorga dan lain-lain. "Untuk mengangkat satu tema saya harus melakukan penelitian lama untuk mencari teknik dan formula agar mendapat aura dari tema sejarah yang diangkat," ujar Meike. Dalam waktu dekat Meike akan menggelar pameran, sebagai salah satu rangkaian acara memperingati ulang tahun Kota Semarang. Tema yang dia usung kali ini mengangkat tema Kartini, tokoh emansipasi perempuan Indonesia. Semua karya Meike diproduksi secara manual dengan tangannya dan para perajin yang bekerja bersamanya. Perhiasan yang dia produksi terbuat dari perak. Ia juga mencampur perak dengan emas untuk menampilkan warna lain. Meike menyatakan, membuat motif batik merupakan bagian pekerjaan paling susah. Sebab, motif batik yang ramai harus diubah menjadi motif yang kecil ke dalam perhiasan. Meike sudah tiga tahun terakhir ini berfokus menggarap perhiasan bermotif batik. Kecenderungannya itu terinspirasi oleh keputusan UNESCO yang menetapkan batik sebagai warisan budaya Indonesia. Mengusung desain unik Untuk itu mendapatkan formula pewarnaan yang dia inginkan, Meike banyak menggunakan bahan baku alam seperti fosil laut, kulit kerang, kayu-kayuan, kulit hewan yang diolah menjadi ramuan kimia logam. Proses pembuatan yang sulit serta keunikan tema budaya Indonesia, menjadikan perhiasan hasil karyanya terasa cukup eksklusif. Pangsa pasar karyanya, boleh dibilang terbatas di kalangan kolektor dan para penggemar perhiasan. Perancang perhiasan logam mulia lainnya adalah Reny Feby Solichin, pemilik dan pendiri Reny Feby Jewelry. Usaha ini telah Reny jalani sejak tahun 1998. Baru-baru ini Reny mengeluarkan koleksi perhiasan logam terbaru dengan tema Icons of Jakarta. Ada lima jenis flora dan fauna khas Indonesia yang diangkat dalam karyanya, antara lain, bunga kerak nasi, elang bondol, salak condet, raflesia, anggrek bulan, dan melati. Suwanti, Manajer Pemasaran Reny Feby Jewelry menjelaskan, motif budaya yang diangkat dalam karya tersebut menggunakan teknologi modern dengan teknik microsetting. Untuk membuat sebuah cincin Reny Feby Jewelry harus melewati lima tahapan. Tahap pertama adalah membuat desain perhiasan. Reny membuat sendiri semua desain perhiasannya. Setelah itu, kedua, ia memberikan motifnya ke pegawai untuk dibuatkan rangka. Tahap ketiga adalah melakukan peletakan batu-batu di cincinnya. Keempat, cincin dan batu tersebut dipoles supaya halus. Kelima, cincin tersebut di krom atau disepuh dengan warna putih. Harga jual perhiasan tema Icon of Jakarta berkisar Rp 2 juta hingga Rp 6 juta per keping. "Bisa dibilang untuk menengah atas," kata Suwanti. Bahan baku perhiasan di Reny Feby Jewelry diambil dari tembaga dan kuningan. Suwanti mengatakan, perhiasan yang mengusung nilai budaya memang diburu oleh para kolektor perhiasan dan pecinta seni.
Saban bulan, Reny Jewelry bisa memproduksi sekitar 300 keping perhiasan. Keunikan konsep dan proses pembuatan yang sulit dan rumit menjadikan perhiasan ini mahal. Selain bernilai ratusan ribu rupiah, untuk satu keping perhiasan, Reny Jewelry bisa menjualnya senilai puluhan juta per keping. Irwan Nisus, perajin kerajinan logam Central of Bronze, membuat beragam perhiasan dengan mengusung inspirasi cerita kerajaan seperti Majapahit dan budaya Indonesia seperti Candi Prambanan. Harga jual produknya berkisar ratusan ribu hingga belasan juta rupiah. Karyanya banyak dipasarkan di Bali, Yogyakarta, Lombok dan Jakarta. Irwan juga menjualnya ke Eropa dan Australia. Irwan bisa meraih omzet hingga Rp 150 juta per bulan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini