KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten berencana untuk membeli kembali atau
buyback saham. Teranyar ada PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (
ROTI). Emiten ini akan kembali menggelar
buyback dan menganggarkan dana maksimal hingga Rp 480 miliar. Produsen Sari Roti ini membatasi jumlah saham yang dibeli maksimal sebanyak 300 juta saham.
Buyback akan berlangsung selama tiga bulan, dimulai pada 21 Oktober 2021 hingga 20 Januari 2022 mendatang. Kedua, PT Adaro Energy Tbk (
ADRO) juga menggelar
buyback saham dengan jumlah sebanyak-banyaknya Rp 4 triliun. Pembelian kembali saham ini akan dilakukan secara bertahap untuk periode tiga bulan, terhitung sejak tanggal 27 September 2021 sampai dengan tanggal 26 Desember.
Kemudian, PT Jaya Real Property Tbk (
JRPT) juga akan membeli sebanyak-banyaknya 173,90 juta saham yang setara dengan 1,28% modal disetor. Dana yang dialokasikan untuk rencana ini sebanyak Rp 100 miliar.
Baca Juga: IHSG dan LQ45 melemah pada Kamis (21/10), net buy asing capai Rp 531,82 miliar Emiten lain yang telah melangsungkan pembelian kembali saham adalah PT Surya Citra Media Tbk (
SCMA). SCMA mengalokasikan dana sebesar Rp 1 triliun untuk
buyback saham. Emiten ini melakukan pembelian kembali saham secara bertahap dalam periode 3 bulan dari 7 Juli hingga 6 Oktober 2021 yang lalu. Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan, secara mayoritas harga saham-saham emiten yang melaksanakan
buyback saham memang tergolong
undervalued. Dia menerangkan, harga wajar saham ROTI seharusnya ada di Rp 1.650 sementara sekarang ini saham ROTI diperdagangkan dengan harga Rp 1.315 per saham. Begitu juga saham ADRO, Sukarno bilang harga saham saat ini di Rp 1.855 per saham lebih rendah dari harga wajarnya di sekitar Rp 2.180 per saham. Adapun harga wajar saham JRPT berada di Rp 835, sementara sekarang harga saham JRPT dipatok di Rp 500 per saham.
Baca Juga: Sejumlah emiten lakukan buyback saham, berikut rekomendasi dari analis Menurut Sukarno, aksi
buyback saham ini memberikan keuntungan bagi emiten dan juga investor. Keuntungan
buyback bagi emiten yaitu memiliki saham
treasury dan ekuitas yang lebih besar.
Buyback akan mengurangi saham yang beredar di pasar sehingga nilai laba per saham akan lebih tinggi. Hal ini juga akan memengaruhi besaran dividen per saham. Investor juga berpeluang menikmati kenaikan harga dari aksi
buyback tersebut. “Investor bisa menunggangi aksi
buyback tersebut sehingga kenaikan harga bisa maksimal dan bisa profit atas kenaikan harganya,” kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Rabu (20/10). Sukarno merekomendasikan investor untuk bisa
trading buy saham-saham tersebut. Namun, dia memperingatkan agar pelaku pasar juga memperhatikan faktor teknikal yang sedang dalam uptrend, agar bisa mendapatkan keuntungan nantinya. Dia memperkirakan masing-masing dari saham ROTI, ADRO, dan JRPT berpotensi mengalami kenaikan 5%-10% untuk jangka pendek-menengah.
Baca Juga: Sari Roti Buyback Saham, Mulai 21 Oktober 2021 dan Harga Maksimal Rp 1.600 per Saham Analis BRIDanareksa Sekuritas, Stefanus Darmagiri menjelaskan, ADRO menggunakan kas internal untuk melakukan pembelian kembali hingga Rp 4 triliun. Adapun per semester pertama tahun ini saldo kas Adaro sebesar US$ 1,2 miliar. Manajemen ADRO menerangkan tujuan dari pembelian kembali saham tersebut untuk memberikan imbal hasil yang baik pada para pemegang saham dan meningkatkan kepercayaan investor sehingga harga saham mencerminkan fundamental. Dalam risetnya, Stefanus mengungkapkan harga saham ADRO tidak mencerminkan harga batubara yang dalam waktu terakhir ini berada dalam tren penguatan.
“Harga batubara yang positif diperkirakan akan meningkatkan pendapatan ADRO pada paruh kedua tahun ini,” tulis Stefanus dalam riset, Selasa (28/9) yang lalu. Untuk tahun ini, ADRO menargetkan produksi batubara sebesar 52-54 juta ton atau sama dengan target produksi tahun sebelumnya. Menurutnya koreksi harga batubara bisa menjadi sentimen negatif untuk pergerakan saham ADRO.
Baca Juga: Harga batubara sedang panas, berikut rekomendasi saham sejumlah emiten batubara Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati