KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus fitur telepon WhatsApp yang disusupi oleh spyware asal Israel tidak bisa dipandang sebelah mata. Walau Whatsapp sudah memberikan penjelasan bahwa kasus ini hanya terjadi pada segelintir orang, ada baiknya anda untuk segera melakukan tindakan pencegahan. Chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC Pratama Persadha mengatakan langkah yang harus segera dilakukan adalah memperbarui aplikasi WhatsApp ke versi terbaru dan memperbarui sistem operasi ponsel pengguna adalah langkah pertama yang penting jika yakin perangkat terpengaruh. “Tim WhatsApp sudah melakukan pembaharuan untuk menutupi celah tersebut,” ujar Pratama dalam keterangan pers yang diterima KONTAN, Rabu (15/5). Menurutnya, kejadian ini juga membuktikan bahwa aplikasi WhatsApp yang dipakai gratis ini cukup berbahaya karena rentan untuk disusupi. Pelajaran dari kasus ini, ia berpesan bahwa pembicaraan yang bersifat penting dan strategis jangan dilakukan melalui WhatsApp. Pratama melihat masih banyak pejabat yang melakukan komunikasi dan memberikan keputusan melalui grup WhatsApp. Menurutnya hal ini sangat riskan dan berbahaya. "Sangat berbahaya pejabat atau tokoh penting di Indonesia memakai WhatsApp dan aplikasi pesan instan gratisan lainnya. Apalagi komunikasi yang dilakukan bersifat penting dan strategis," ujar Pratama.
Update WhatsApp untuk mencegah serangan spyware
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus fitur telepon WhatsApp yang disusupi oleh spyware asal Israel tidak bisa dipandang sebelah mata. Walau Whatsapp sudah memberikan penjelasan bahwa kasus ini hanya terjadi pada segelintir orang, ada baiknya anda untuk segera melakukan tindakan pencegahan. Chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC Pratama Persadha mengatakan langkah yang harus segera dilakukan adalah memperbarui aplikasi WhatsApp ke versi terbaru dan memperbarui sistem operasi ponsel pengguna adalah langkah pertama yang penting jika yakin perangkat terpengaruh. “Tim WhatsApp sudah melakukan pembaharuan untuk menutupi celah tersebut,” ujar Pratama dalam keterangan pers yang diterima KONTAN, Rabu (15/5). Menurutnya, kejadian ini juga membuktikan bahwa aplikasi WhatsApp yang dipakai gratis ini cukup berbahaya karena rentan untuk disusupi. Pelajaran dari kasus ini, ia berpesan bahwa pembicaraan yang bersifat penting dan strategis jangan dilakukan melalui WhatsApp. Pratama melihat masih banyak pejabat yang melakukan komunikasi dan memberikan keputusan melalui grup WhatsApp. Menurutnya hal ini sangat riskan dan berbahaya. "Sangat berbahaya pejabat atau tokoh penting di Indonesia memakai WhatsApp dan aplikasi pesan instan gratisan lainnya. Apalagi komunikasi yang dilakukan bersifat penting dan strategis," ujar Pratama.