Mencermati anomali saham RIMO *)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO) tengah ramai menjadi buah bibir para pelaku pasar. Harga saham RIMO sepanjang tahun ini bergerak bak roller coaster.

Berdasarkan data Bloomberg, pada 16 April 2014, harga saham RIMO menyentuh level Rp 70. Tapi, di bulan Oktober lalu, harga RIMO sempat menyentuh level tertingginya Rp 660 per saham. Sayang, kenaikan harga ini hanya sesaat. Awal pekan lalu, saham RIMO masih berada di level Rp 640. Namun hanya dalam satu minggu, saham RIMO terjun bebas hingga 47% ke level Rp 338. Penurunan kembali berlanjut pada perdagangan kemarin.

Bursa Efek Indonesia (BEI) pun menetapkan saham RIMO bergerak di luar kewajaran (UMA). Akhirnya BEI memutuskan untuk menggembok saham RIMO alias suspensi di pasar reguler dan tunai mulai hari ini, Selasa (7/11).


Berdasarkan rumor yang beredar, pergerakan saham RIMO terkait dengan manuver yang dilakukan oleh sang pemilik perusahaan, Benny Tjokrosaputro.

Fluktuasi saham RIMO dikaitkan dengan rights issue RIMO senilai Rp 4,1 triliun. Dalam aksi korporasi tersebut, RIMO melepas 40 miliar saham baru seri B dengan nilai nominal Rp 100 dan setiap saham dihargai Rp 101 per saham. Rasio rights issue itu 5:597. Tingginya rasio tersebut membuat efek dilusi hingga 99% apabila pemegang saham lama memilih untuk tidak mengeksekusi haknya.

Nah, pada 1-2 November lalu, saham RIMO dijual secara masif. Tapi, Benny menampik ikut menjual saham RIMO baru-baru ini. "Ini hanya karena banyak yang jual, bukan saya," ujar dia kepada KONTAN, Senin (6/11).

Yang jelas, Benny selama ini memang aktif memperdagangkan saham RIMO. Per 31 Maret, Benny menguasai 76,47% saham RIMO. Tapi, angka itu terus menyusut. Per 1 November, kepemilikan saham Benny di RIMO tinggal 39,76%. Ia terlihat banyak melepas saham RIMO usai rights issue pada tengah tahun ini. Informasi saja, rights issue itu dilakukan untuk mengakuisisi saham PT Hokindo Properti Investama yang juga dimiliki Benny Tjokro.

Investor ritel rugi

Pergerakan saham tak wajar ini turut membuat portofolio saham RIMO milik investor publik banyak yang nyangkut. Salah satunya milik Anton Bahtiar Rifa'i. Ia membeli RIMO karena melihat tren harganya terus menanjak. Volume transaksinya juga menurutnya menarik. "Saya masuk saat harganya masih di Rp 650 per saham," ujar dia.

Dengan posisi harga saham RIMO saat ini, maka portofolio miliknya sudah terkikis 61%. Ia akhirnya memutuskan untuk melakukan cut loss atas saham RIMO.

Kapitalisasi pasar RIMO sekitar Rp 10,4 triliun. Sementara, ekuitas RIMO per semester I-2017 tercatat Rp 5,25 triliun. Sehingga, secara umum price to book value (PBV) RIMO sekitar 2 kali. Dengan kata lain, harga wajar saham RIMO saat ini sekitar Rp 127 per saham. David Sutyanto, Analis First Asia Capital mengatakan, valuasi PBV RIMO jauh lebih mahal dibandingkan emiten properti lainnya. "Belum lagi jika mempertimbangkan soal risiko," ujarnya.

Meski RIMO mulai menuai keuntungan sejak masuk ke bisnis properti, David bilang, banyak hal yang harus dilakukan agar RIMO tetap bisa mempertahankan kinerjanya. "Masih perlu pembuktian dari sisi kinerja," tandasnya.

*) Pada Selasa (21/11), dilakukan koreksi pada paragraf dua. Sebelumnya Kontan menulis harga saham RIMO sempat tercecer di level Rp 69. Selain itu, dilakukan pula koreksi pada paragraf tujuh, yang mana sebelumnya Kontan menulis: Per 1 November 2017, kepemilikan saham Benny di RIMO tinggal 37,96%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati