JAKARTA. Sejumlah saham memberikan return cukup tinggi sepanjang tahun ini. Hingga akhir Oktober, ada tiga saham di jajaran indeks LQ45 yang mencetak cuan hingga ratusan persen. Mereka adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang sudah melonjak 218,45%, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang tumbuh 186,62%, dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 180,11%. Saham komoditas lain, yakni PT Elnusa Tbk (ELSA) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menduduki posisi keempat dan keenam, harga masing-masing naik 89,47% dan 63,91%. Saham konsumer seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) juga masih masuk daftar pemberi gain tinggi dalam kelompok saham paling encer ini. Return ini berada jauh di atas kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sebesar 17,19% sepanjang tahun ini.
Kim Kwie Sjamsudin, Kepala Riset Yuanta Securities Indonesia, mengatakan, kenaikan harga batubara yang cukup mengejutkan membuat ekspektasi terhadap saham komoditas membaik. Apalagi tahun lalu saham komoditas masih
underperform. Emiten batubara seperti ADRO dan PTBA cukup gencar mendorong ekspansi bisnis. Langkah efisiensi yang dilakukan perusahaan ini juga membuat margin terjaga. Harga komoditas lain seperti nikel pun mulai membaik. "Sehingga mulai Juli kemarin, banyak saham pertambangan yang naik cepat," ujar Kim kepada KONTAN, Selasa (1/11). Menurut dia, harga saham komoditas sudah pernah mencapai level
bottom. Alhasil, secuil sentimen saja dari pembalikan harga komoditas cukup ampuh mendorong saham-saham tersebut. "Sebelumnya, banyak investor yang
underweight terhadap saham komoditas, sehingga transaksi sedikit. Lalu tiba-tiba ada perubahan sentimen yang besar, sehingga kenaikan harganya cukup cepat," imbuh Kim. Di sisi lain, harga saham infrastruktur yang menjadi primadona tahun lalu mulai melandai. Ambil contoh saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR) yang sepanjang tahun ini harganya minus 12,56%. Sektor semen yang menjadi sektor penunjang properti dan konstruksi juga belum memberi cuan yang diharapkan. Saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) misalnya, turun 14,91%, sedang harga saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) turun 26,2%
year-to-date (ytd). Menurut Kim, saham sektor industri dasar dan properti memang masih minim sentimen di paruh pertama tahun ini. Tapi, ia yakin performa saham properti, infrastruktur dan konstruksi bisa lebih baik di kuartal akhir tahun ini maupun tahun depan. Prospek jangka panjang Lalu, apakah saham-saham jagoan ini masih memberikan return tinggi di tahun depan? Analis Recapital Kiswoyo Adi Joe bilang, hal ini bergantung harga komoditas di tahun depan. Menurut dia, saham komoditas ditransaksikan banyak investor jangka pendek yang memanfaatkan momentum sesaat kenaikan harga batubara. "Secara fundamental, belum banyak sentimen yang kuat menopang sektor ini. Kenaikan harga batubara juga belum banyak terefleksi di kinerja kuartal tiga," ujar Kiswoyo.
Segendang sepenarian, Kim menilai kenaikan harga batubara belum stabil, karena bukan ditopang peningkatan permintaan. Sehingga, ia menyarankan tetap hati-hati menyikapi saham tambang yang valuasinya sudah tinggi. Kiswoyo justru menjagokan saham konsumer yang jauh lebih defensif. Sektor perbankan yang kinerjanya melambat tahun ini juga bakal pulih pada tahun depan. Menurut Kim, saham konstruksi BUMN dan properti punya peluang memberi cuan tinggi pada tahun depan. Di jajaran indeks LQ-45, Kim memilih saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie