Mencermati saham LQ45 pencetak cuan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun hingga akhir Mei lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah terkoreksi 5,85%. Saham yang dominan menggerus IHSG justru berasal dari indeks LQ45. Lihat saja, di periode yang sama, indeks LQ45, yang merupakan kumpulan 45 saham paling likuid dan berkapitalisasi besar, merosot 11,65%.

Meski secara umum indeks LQ45 lesu, ternyata ada beberapa anggotanya yang mencetak kinerja positif. Misal saham PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) yang melonjak 85,86%, diikuti PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang menanjak 54,47% dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menguat 38,40%.

Setidaknya, saham LQ45 yang mencatatkan kinerja tertinggi memiliki satu benang merah, yaitu bergerak di sektor berbasis komoditas. TRAM, misalnya, sebagai penghuni baru indeks LQ$% tertolong sentimen positif dari bisnis pertambangan batubara, yang merupakan lini usaha baru emiten ini.


Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan menyebutkan, selain faktor sektoral, pasar melihat laporan keuangan emiten tersebut positif akibat pemulihan harga komoditas. "Dengan kenaikan harga komoditas, hingga akhir tahun ada kemungkinan pertumbuhannya akan bagus," ujar dia, Kamis (31/5) pekan lalu.

Vice President Research & Analyst Valbury Sekuritas Indonesia Nico Omer Jonckheere juga berpendapat, saham pertambangan memiliki prospek cerah tahun ini. "Saham komoditas boleh hold selama lima tahun ke depan," ungkap dia.

Meski harga saham komoditas sedang cerah, investor perlu mencermati fundamental emiten. Dalam hal ini, Nico mengingatkan investor mencermati emiten yang baru bergabung di indeks LQ45, TRAM. Menurut dia, pergerakan harga TRAM masih spekulatif karena fundamental emiten energi ini belum terbukti. Maklumlah, per September 2017 TRAM sempat mencatatkan rugi bersih US$ 7,82 juta.

Di tengah peluang penguatan harga komoditas, Nico maupun Alfred merekomendasikan saham yang sudah memiliki fundamental kuat, seperti ANTM, PTBA, INCO hingga ADRO.

Meski sempat menderita kerugian pada 2014 hingga 2015, Alfred menilai ANTM masih berprospek cerah. "Baru terakhir ini Antam meraih laba bersih, tahun ini investor bisa melihat pembuktian apakah Antam akan konsisten membukukan laba," kata Alfred.

Nico juga melihat kinerja ANTM mulai membaik. "Kinerja ANTM membaik, namun margin laba usaha dan margin laba bersih tidak terlalu besar untuk sebuah perusahaan tambang, INCO lebih bagus," ujar Nico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini