Mencicip kopi legit & beras kerajaan Luwu Utara



KONTAN.CO.ID - Bumi Nusantara memang sudah terkenal sejak dulu sebagai penghasil produk pertanian dan perkebunan. Uniknya, produk pertanian di setiap daerah punya kisah dan sejarahnya sendiri. Salah satunya di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Siapa sangka, daerah terpencil tersebut punya kopi legit dengan rasa tak kalah dengan kopi Toraja. Kopinya berasal dari dataran tinggi Seko. "Itu daerah tempat penghasil kopi selain Toraja. Untuk permudah pemasaran, kami mulai mengemas kopi degan merek Sekopi," terang

Adrian, penduduk asli Seko, menjajakan kopi Seko robusta atau arabika dengan harga sekitar Rp 40.000 sampai Rp 50.000 per bungkus. Ada juga biji kopi sangrai dengan harga Rp 55.000 - Rp 75.000 per botol.


Rasa kopi Seko yang lembut, pekat dan legit terbilang pas bagi pecinta kopi pemula. Tak heran, selama  acara tersebut banyak pengunjung yang membeli. "Lumayan, dalam tiga hari sudah terjual 50 bungkus," ujar Adrian.

Uniknya, pohon kopi seko tidak tumbuh di ladang, tetapi di hutan. Adrian menjelaskan di daerahnya pohon kopi tumbuh liar bersama dengan tanaman hutan lain. Imbasnya, penduduk di sana, termasuk Adrian tidak bisa memastikan waktu panen kopi seko. Tapi biasanya dua kali setahun.

Tak hanya kopi, Luwu Utara juga memiliki hasil pertanian unik lainnya, yakni beras Tarone dan biji kakao atau cokelat. Beras Tarone merupakan beras organik asal Seko yang dulu digunakan untuk acara penting kerajaan. "Beras ini panennya lama, setahun sekali," jelas Wildan,  Staf Akreditasi Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) yang membina para petani asal Seko.

Ia menuturkan beras tersebut memiliki arti sejarah yang cukup penting bagi masyarakat Seko dan sekitarnya. Karena ditanam dan dipelihara secara organik, waktu panen pun jadi tidak menentu. Karena pertanian di Seko masih memakai tadah hujan.

Namun tak perlu ditanyakan lagi kualitas beras Tarone, teksturnya lembut dan pulen, bahkan dalam kondisi sudah dingin masih pulen dan tidak ada sebulir pun yang mengeras.

Harganya pun lumayan tinggi. Sekitar Rp 20.000 per kilogram (kg). Tak heran bila beras ini laku keras di acara tersebut.

Produk lain yang tidak kalah unik adalah biji kakao. Menurut Wildan, biji kakao Seko juga merupakan hasil dari hutan adat seperti kopi Seko. Jadi biji ini tidak melewati proses pemupukan, apalagi pestisida untuk menghilangkan hama. Semua pohon kakao dibiarkan tumbuh liar begitu saja, laiknya tanaman hutan.

Tak heran bila harga biji kakao ini lumayan mahal. Untuk yang sudah matang (sudah melalui proses fermentasi) sekitar Rp 100.000 per kg dan yang mentah Rp 40.000 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.