JAKARTA. Bisnis kuliner tidak ada matinya. Selain makanan tradisional khas Indonesia, banyak sekali pelaku usaha yang menawarkan berbagai makanan ala negara lain. Mulai dari chinese food, makanan Jepang, sajian Korea, hingga makanan ala benua Eropa semuanya ada. Namun, di tengah serbuan makanan asing, cita rasa lokal sulit dihapuskan dari lidah orang Indonesia. Contohnya menu warteg yang selalu ramai pelanggan. Melihat eksistensi warteg yang melegenda, Martin pun tergerak untuk mendirikan Warungnya Jakarta atau disingkat Warjak. Martin menjelaskan, bahwa konsep Warjak lebih mirip warteg. Namun, menu makanan yang ditawarkan lebih beragam dan lebih higienis. "Kami menggunakan dapur terpusat, biar kebersihan dan keseragaman rasa tetap terjaga," jelas Martin.
Mencicip sedap laba usaha warteg ala Warjak
JAKARTA. Bisnis kuliner tidak ada matinya. Selain makanan tradisional khas Indonesia, banyak sekali pelaku usaha yang menawarkan berbagai makanan ala negara lain. Mulai dari chinese food, makanan Jepang, sajian Korea, hingga makanan ala benua Eropa semuanya ada. Namun, di tengah serbuan makanan asing, cita rasa lokal sulit dihapuskan dari lidah orang Indonesia. Contohnya menu warteg yang selalu ramai pelanggan. Melihat eksistensi warteg yang melegenda, Martin pun tergerak untuk mendirikan Warungnya Jakarta atau disingkat Warjak. Martin menjelaskan, bahwa konsep Warjak lebih mirip warteg. Namun, menu makanan yang ditawarkan lebih beragam dan lebih higienis. "Kami menggunakan dapur terpusat, biar kebersihan dan keseragaman rasa tetap terjaga," jelas Martin.