KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak bisa dipungkiri, kuliner masa kini bercokol di banyak tempat. Meski begitu, masih banyak kuliner tradisional yang hingga kini tidak kalah pamor dengan makanan kekinian. Dan, sudah dikemas modern juga. Salah satunya: pecel. Pamor makanan berbahan baku sayur mayur khas Jawa Timur ini tidak kalah dengan kuliner tradisional lainnya seperti gado-gado. Dan, pedagang pecel pun terbilang gampang dijumpai. Contoh, saat car free day (CFD) di kawasan Sudirman-Thamrin, Jakarta, pecel jadi salah satu buruan masyarakat yang berolahraga.
Baca Juga: Menjadikan warung makan melek digital lewat Wahyoo Potensi besar inilah yang coba Muhammad Budi Tristanto tangkap. Ia mendirikan Budto Pecel, dengan mengusung konsep gerai kekinian. Ini adalah pengembangan usaha pecel dari keluarganya yang sudah bergulir sejak 1990.
Baca Juga: Malang melintang kuliner warisan di Kota Malang Budi pun membuat booth pecel dengan tampilan modern yang bisa ditempatkan di pelataran rumah hingga pusat belanja. Dengan begitu, makanan berbalur bumbu kacang itu bisa naik kelas. "Biasanya, pecel identik sama kuliner kampung, dan saya ingin pecel bisa mengglobal," katanya kepada KONTAN.
Baca Juga: Jelajah Ekonomi Kontan (hari ke-4): Menelusuri wisata dan UKM di Solo dan Ngawi Budi mulai menawarkan kemitraan usaha Butdo Pecel sejak satu setengah tahun lalu. Ada dua paket kemitraan yang ia sediakan. Pertama, paket gerobak atau booth dengan nilai investasi sebesar Rp 10 juta. Kedua, paket custom. Nilai investasi sesuai kesepakatan dengan mitra yang akan bergabung. Untuk paket gerobak, mitra akan mendapatkan gerobak, peralatan, bahan baku senilai Rp 1 juta, serta pelatihan dan pendampingan usaha. Saat ini, Budto Pecel sudah memiliki 30 mitra yang tersebar di Madiun, Pekalongan, Magetan, Jombang, Sidoarjo, Kalimantan, dan Jakarta. Gerai pusat sendiri hanya satu, di Madiun. Salah satu ciri khas dari Budto Pecel adalah resep turun-temurun dari keluarga Budi, terutama sambal kacangnya. Nah, mitra Budto Pecel wajib membeli sambal kacang dari pusat. Harganya Rp 23.000 per 500 gr. "Kunci pecel itu ada di sambal kacangnya," tegas Budi. Rata-rata gerai mitra Budto Pecel bisa menjual 50 porsi sehari, dengan harga murah meriah, hanya Rp 6.000 per porsi. Itu belum termasuk nasi dan lauk, yang harganya total menjadi Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per porsi. Dengan omzet minimal per hari sekitar Rp 300.000, Budi menargetkan, mitra Budto Pecel sudah bisa balik modal paling cepat empat bulan sampai enam bulan saja. Lantaran pengeluaran mitra hanya untuk biaya operasional, dengan margin usaha tebal, sebesar 40%. Apalagi, Budto Pecel tidak mengenakan franchise fee. Untuk saat ini, Budi masih fokus mengusung konsep pecel gerobak lantaran cukup sederhana dalam menjalankan usaha. "Kami ingin menguatkan pasar di akar rumput dulu," ucapnya.
Setelah kuat, barulah Budi melakukan ekspansi pasar. Misalnya, masuk ke pusat perbelanjaan dan lokasi lainnya. Untuk target ke depan, dia berharap, jumlah gerai Budto Pecel bisa bertambah 40 outlet sampai 50 outlet lagi di 2020. Selain itu, sambal pecel Budto Pecel juga tersedia di beberapa marketplace. Budto Pecel Jalan Letkol Suwarno No. 7 Bumimas Blok II, Madiun, Jawa Timur HP: 087880309999 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Markus Sumartomjon