Mencoba menjadi raja di Bumiputera



JAKARTA. PT MNC Kapital Investment Tbk (BCAP) kembali melakukan aksi bombastis. Kali ini, BCAP akan menerbitkan saham baru dengan nilai perolehan dana cukup besar yakni Rp 2,35 triliun.

Dalam aksi ini BCAP melepas 2,61 miliar saham biasa setara 65,6% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh. Aksi yang kerap disebut dengan rights issue ini di Rp 900 per saham.

Pada Mei lalu, BCAP juga sempat merencanakan aksi ini dengan melepas 56,9% dari modal ditempatkan dan disetor penuh atau 1,8 miliar saham biasa. Kala itu, BCAP berharap bisa mengantongi dana Rp 1,62 triliun.


Pemegang saham yang berhak mengikuti aksi ini adalah mereka yang namanya terdaftar dalam pemegang saham (DPS) sampai 2 Juli 2014. Dimana rasionya, 11 pemegang saham lama berhak 21 saham baru. Rencananya, HMETD ini diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai 4 Juli 2014-21 Agustus 2014.

Penggunaan dana hasil rights issue ini tak jauh beda  dengan rencana yang pernah diungkapkan oleh manajemen kala Mei 2014. Yakni  sebagian besar untuk membeli saham baru yang diterbitkan oleh PT Bank ICB Bumiputera Tbk (BABP).

Manajemen dalam prospektus ringkas menyebutkan, sebanyak-banyaknya Rp 201 miliar untuk membeli BABP dan Rp 281 miliar untuk melunasi uang muka HT Capital Investment Ltd.

Uang muka ini yang dimaksud adalah pembeli saham BABP sebelumnya. Tapi anehnya, BCAP di awal tahun membeli saham BABP 1,31 miliar saham di harga Rp 160 per saham. Sehingga sejatinya, nilai transaksi yang melibatkan 24% saham BABP ini hanya Rp 210,66 miliar.

Sebelumnya Direktur Utama, BCAP, Darma Putra pun pernah mengatakan, akan menambah kepemilikan saham di BABP sebanyak 40%. Rencana tersebut akan diluncurkan dalam aksi rights issue  yang akan dilakukan oleh BABP. Bank ICB Bumiputera akan melepas 59,5% setara 8,05 miliar saham baru. Harga pelaksanaan rights issue Rp 100 per saham. Dus, BABP bisa meraih dana segar Rp 805 miliar.

Namun, rights issue BABP terganjal restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Akibatnya, agenda rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang digelar bulan ini gagal terlaksana.

Meski demikian, BCAP mengaku akan meningkatkan kemampuan dalam menyediakan fasilitas perbankan yang dimiliki oleh ICB Bumiputera dengan e-channel dan  menjalin kerjasama dengan ATM bersama. Sementara untuk penyaluran kredit, BCAP tetap akan mengarahkan BABP fokus pada segmen usaha kecil dan menengah.

Akuisisi perusahaanSelain ingin memperbesar kepemilikan saham di Bank ICB Bumiputera. MNC Kapital juga akan menggunakan dana rights issue untuk modal kerja berupa investasi jangka pendek atau jangka panjang di sektor keuangan. Jika rights issue terserap maksimal maka anggaran untuk aksi ini Rp 1,94 triliun.

Seperti jasa perbankan, perantara perdagangan efek, asuransi dan pembiayaan konsumen dan sektor jasa keuangan lainnya. Namun, rencana paling dekat adalah akuisisi satu perusahaan asuransi.

Darma menyatakan, rencana tersebut merupakan respon Grup MNC atas besarnya peluang untuk memperkuat investasi di bidang asuransi. Salah satu peluang itu adalah makin besarnya kapasitas industri asuransi nasional seiring adanya beleid Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai permodalan perusahaan asuransi.

Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 81 tahun 2008 tentang penyelenggaraan perusahaan asuransi, OJK mewajibkan perusahaan asuransi memiliki modal disetor minimum Rp 70 miliar, akan ditingkatkan menjadi Rp 100 miliar pada awal tahun 2014. "Dengan ketentuan itu, banyak perusahaan asuransi kecil yang butuh investor baru. Kami menangkap peluang-peluang tersebut," kata Darma.

Namun, Darma masih enggan menyebut perusahaan yang menjadi target akuisisi.  "Bisa juga kami merger dengan perusahaan yang lebih besar," ujar dia. Rencana rights issue ini bisa terlaksana jika seluruh pemegang saham mengambil haknya. Pasalnya, BCAP tak memiliki standby buyer dalam aksi ini.

HT Capital Investment Ltd yang sebelumnya menjadi pembeli siaga rights issue mengurungkan niatnya. Dus, jika saham baru tidak terserap, maka akan kembali dimasukkan ke dalam portepel perusahaan. "Itu cuma masalah mekanisme saja. Kalau kami pakai standby buyer, waktu yang dibutuhkan untuk rights issue bisa lebih panjang," kata dia. Darma menambahkan, jika realisasi rights issue kurang dari Rp 281 miliar maka dana itu hanya untuk melunasi uang muka dari HT Capital.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana