Mencolek pedas cuan Cobek Pawonku



KONTAN.CO.ID - Kedai makanan tradisional masih punya tempat di lidah masyarakat Indonesia. Menu tradisional seperti ayam penyet dengan aneka sambal juga masih digemari. Wajar saja jika bisnis aneka menu sambal ini masih terus bermunculan.

Tawaran kemitraan aneka menu sambal kali ini datang dari Cobek Pawonku asal Jakarta Timur yang berdiri sejak 2016. Kini, mereka sudah punya dua mitra di Cirebon dan Tasikmalaya. "Pusat tak ada gerai karena memang khusus pasok bahan baku dan terima pesanan katering," jelas Bulan Antropati, pemilik Cobek Pawonku.

Ada tiga paket kemitraan, yakni paket konsep Rp 30 juta, paket foodcourt Rp 100 juta dan paket resto Rp 290 juta. Selain kerjasama selama lima tahun, fasilitas yang diperoleh mitra adalah peralatan dan perlengkapan usaha, media promosi, pos online, sistem kasir, pelatihan dan desain interior.


"Kalau paket Rp 30 juta ini hanya konsep saja. Jadi, bila calon mitra sudah punya usaha kuliner serupa, lalu mau ganti konsep dan menu. Nah, bakal kami bantu," jelas Bulan.  

Khusus paket resto, pusat akan mengoperasikan gerai, termasuk penyediaan karyawan. Mitra paket ini juga mendapat fasilitas renovasi tempat usaha.  Namun, perlengkapan usaha ketiga paket tersebut belum termasuk meja dan kursi. Luas ruang paket resto 80 m2, sementara paket foodcourt 15 m2- 20 m2.  

Cobek Pawonku menyediakan aneka menu seperti ayam goreng, ayam bakar, ikan goreng, ikan bakar, iga penyet, sup iga, iga bakar, sayur asem, ca kangkung dan banyak lagi menu lain. Harga paket menu Rp 28.000 - Rp 60.000. Ada 15 menu untuk foodcourt, dan lebih banyak lagi untuk resto. "Kami juga bebaskan mitra kalau mau menambah menu sendiri," ujar Bulan.

Di kedai ini, konsumen bisa melihat proses pembuatan sambal dari bahan segar. Selain itu, konsumen juga bisa menentukan tingkat kepedasan.  

Perkiraan omzet per hari Rp 2,5 juta-Rp 5 juta per hari. Saat akhir pekan, omzetnya berlipat mencapai Rp 10 juta per hari. Tak ada biaya royalti untuk mitra paket konsep dan paket foodcourt. Namun, khusus mitra paket resto, ada biaya royalti 3% dari omzet.  Dengan perkiraan omzet tersebut, mitra diperkirakan balik modal dalam 6-8 bulan.  

Ketua Umum Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI), Levita supit berpendapat bisnis kuliner masih punya peluang dan pasar yang baik di tahun ini. Terlebih jika pelaku usaha tersebut melakukan inovasi dalam menunya. Levita bilang kunci utama agar bisnis kuliner bisa bertahan terletak pada citarasa yang khas dan stabil.

“Menu - menu tradisional ini biasanya kekuatannya ada pada konsistensi rasanya. Rasa antara satu gerai dengan gerai lainnya harus sama, harus ada standar. Tantangannya:  bagaimana pihak pusat bisa menjaga konsistensi rasa itu. Apalagi kalau mitra diperbolehkan nambah menu sendiri," jelas Levita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.