Produk burger bukan barang baru bagi lidah orang Indonesia. Camilan favorit masyarakat Negeri Paman Sam ini telah menjamur gerai-gerainya di pelosok negeri. Toh, peminat roti isi ini tetap tinggi karena praktis dikonsumsi. Berbekal hal tersebut, sebuah usaha waralaba baru, My Baagaa, menawarkan kembali waralaba burger. Cuma bedanya, burger yang satu ini memakai embel-embel dari Jepang. Walaupun, tampilan, isi, serta rasa dan kemasan kurang lebih masih serupa dengan burger-burger lain yang telah ada.  Waralaba burger jepang ini dipelopori oleh Dede Sulaiman. Dede sebelumnya sudah sukses mengembangkan waralaba masakan jepang My Bento. Saat ini gerai My Bento telah tersebar di 35 cabang di 15 kota di Indonesia. Ingin mengulang kesuksesannya, Dede lantas berinovasi membuat burger jepang ini. "Tema Jepang sengaja saya ambil karena sesuai dengan core bisnis saya sebelumnya yang juga bertema Jepang," ujar Dede. My Baagaa sendiri terdiri dari delapan menu. Harga per menu bervariasi antara Rp 5.000 sampai Rp 14.000 per potong, tergantung dari variasi isi dan ketebalan burgernya. "Untuk bahan bakunya, dijamin kehalalannya," tegas Dede. Saat ini, manajemen My Baagaa masih berada satu atap dengan manajemen My Bento. Di bawah My Bento, My Baagaa mempunyai empat gerai yang sudah berjalan. Adapun lokasinya baru di Jakarta dan Surabaya. Keempat gerai ini memang baru delapan bulan silam resmi beroperasi. Tapi, yang mengejutkan – ini klaim Dede – animo masyarakat untuk mengonsumsi burgernya begitu tinggi. Makanya, Dede memutuskan untuk mewaralabakan unit usahanya ini. Belum ada terwaralaba Bagi yang tertarik menjajal bisnis burger jepang ini bisa melirik skema bisnisnya. Untuk menjadi terwaralaba My Baagaa, Dede mematok biaya investasi mulai Rp 15 juta hingga Rp 120 juta. Bagi yang tertarik dengan model gerai kecil (booth) bisa menjajal paket investasi Rp 15 juta. My Baagaa sendiri akan memberikan satu set perlengkapan penjualan, bahan baku, dan membagi teknik pembuatannya. Untuk usaha ala rombong ini, perkiraan omzet per harinya sekitar Rp 250.000 dan perkiraan balik modal selama 1,5 tahun. Sementara, untuk terwaralaba yang tertarik konsep mini resto, bisa menjajal paket investasi Rp 120 juta. Perkiraan Dede, jika dalam sehari gerai ini mampu meraup omzet Rp 500.000, biaya investasi akan kembali dalam tempo dua tahun. "Bulan November-Desember, ada promosi berupa diskon 30% bagi yang ingin bergabung," ucap Dede. Nantinya, pada tahun kedua dan seterusnya, My Baaga akan menciduk biaya royalti sebesar Rp 4 juta. "Dengan catatan penjualannya sukses dan bagus," imbuh Dede. Menurut pengamat waralaba Amir Karamoy, usaha burger jepang ini boleh juga untuk dicoba. Karena, sebenarnya, "Usaha jenis makanan masih punya peluang yang besar ketimbang jenis usaha lainnya," ujarnya. Catatan Amir: calon terwaralaba harus jeli melihat skema bisnis yang ditawarkan pihak manajemen. Alamat: Jl. Jatiwaringin Raya Gg. Pribadi No. 89, Jaktim. Telepon: 08157767032.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mencuil Laba Gurih Burger Jepang
Produk burger bukan barang baru bagi lidah orang Indonesia. Camilan favorit masyarakat Negeri Paman Sam ini telah menjamur gerai-gerainya di pelosok negeri. Toh, peminat roti isi ini tetap tinggi karena praktis dikonsumsi. Berbekal hal tersebut, sebuah usaha waralaba baru, My Baagaa, menawarkan kembali waralaba burger. Cuma bedanya, burger yang satu ini memakai embel-embel dari Jepang. Walaupun, tampilan, isi, serta rasa dan kemasan kurang lebih masih serupa dengan burger-burger lain yang telah ada.  Waralaba burger jepang ini dipelopori oleh Dede Sulaiman. Dede sebelumnya sudah sukses mengembangkan waralaba masakan jepang My Bento. Saat ini gerai My Bento telah tersebar di 35 cabang di 15 kota di Indonesia. Ingin mengulang kesuksesannya, Dede lantas berinovasi membuat burger jepang ini. "Tema Jepang sengaja saya ambil karena sesuai dengan core bisnis saya sebelumnya yang juga bertema Jepang," ujar Dede. My Baagaa sendiri terdiri dari delapan menu. Harga per menu bervariasi antara Rp 5.000 sampai Rp 14.000 per potong, tergantung dari variasi isi dan ketebalan burgernya. "Untuk bahan bakunya, dijamin kehalalannya," tegas Dede. Saat ini, manajemen My Baagaa masih berada satu atap dengan manajemen My Bento. Di bawah My Bento, My Baagaa mempunyai empat gerai yang sudah berjalan. Adapun lokasinya baru di Jakarta dan Surabaya. Keempat gerai ini memang baru delapan bulan silam resmi beroperasi. Tapi, yang mengejutkan – ini klaim Dede – animo masyarakat untuk mengonsumsi burgernya begitu tinggi. Makanya, Dede memutuskan untuk mewaralabakan unit usahanya ini. Belum ada terwaralaba Bagi yang tertarik menjajal bisnis burger jepang ini bisa melirik skema bisnisnya. Untuk menjadi terwaralaba My Baagaa, Dede mematok biaya investasi mulai Rp 15 juta hingga Rp 120 juta. Bagi yang tertarik dengan model gerai kecil (booth) bisa menjajal paket investasi Rp 15 juta. My Baagaa sendiri akan memberikan satu set perlengkapan penjualan, bahan baku, dan membagi teknik pembuatannya. Untuk usaha ala rombong ini, perkiraan omzet per harinya sekitar Rp 250.000 dan perkiraan balik modal selama 1,5 tahun. Sementara, untuk terwaralaba yang tertarik konsep mini resto, bisa menjajal paket investasi Rp 120 juta. Perkiraan Dede, jika dalam sehari gerai ini mampu meraup omzet Rp 500.000, biaya investasi akan kembali dalam tempo dua tahun. "Bulan November-Desember, ada promosi berupa diskon 30% bagi yang ingin bergabung," ucap Dede. Nantinya, pada tahun kedua dan seterusnya, My Baaga akan menciduk biaya royalti sebesar Rp 4 juta. "Dengan catatan penjualannya sukses dan bagus," imbuh Dede. Menurut pengamat waralaba Amir Karamoy, usaha burger jepang ini boleh juga untuk dicoba. Karena, sebenarnya, "Usaha jenis makanan masih punya peluang yang besar ketimbang jenis usaha lainnya," ujarnya. Catatan Amir: calon terwaralaba harus jeli melihat skema bisnis yang ditawarkan pihak manajemen. Alamat: Jl. Jatiwaringin Raya Gg. Pribadi No. 89, Jaktim. Telepon: 08157767032.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News